Semarang, pmiigusdur.com - Mahasiswa IAIN Walisongo lakukan student camp selama lima hari di Penang Malaysia persisnya di KITAB (Kollej Islam Technologi Antarabangsa), sebagai bagian dari program project IsDB tahun 2013.
Kegiatan ini diikuti oleh 15 orang mahasiswa dan 5 pendamping, untuk melakukan search and find tentang kegiatan, pembinaan, pengembangan dan pendekatan pendidikan yang dilakukan di perguruan tinggi tersebut selama lima hari sejak Selasa - Jumat (5-8/11).
Rektor KITAB Dato Prof Dr Kasim bin Mustafa M A menyampaikan bahwa anatara Indonesia dan Malaysia itu satu rumah, hanya beda bilik.
"Kita itu satu rumah hanya berbeda bilik saja," kata Kasim dalam siaran persnya yang diterimasuaramerdeka.com, Jumat (5/11).
Guru besar alumni Amerika itu juga menegaskan bahwa pola pembinaan mahasiswa di KITAB mengedepankan pendidikan berkarakter, yakni mendidik orang yang tidak hanya cerdas atau pintar di bidang akademik melainkan yang utama adalah memiliki perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Maka KITAB mendedikasikan dirinya sebagai perguruan tinggi yang memiliki prodi tahfidzul Qur'an dan ekonomi Islam.
Selama lima hari disamping mahasiswa IAIN Walisongo mendapat inspirasi dan motivasi dari Rektor KITAB, juga melakukan kunjungan-kunjungan ke lokasi yang menjadi sasaran pengembangan kemampuan di bidang akademik, salah satunya di Pusat Falak Syeikh Tahir.
Di lokasi ini mahasiswa IAIN Walisongo dikenalkan beberapa pendekatan cara menentukan arah kiblat, pembuatan perhitungan kalender dan lain-lain. Berdasarkan pusat falak itu, Malaysia menggunakan pendekatan hisab dan ru'yatul hilal.
Dengan demikian jika hilal tidak dapat dilihat maka disempurnakan 30 hari. Hal ini berlaku secara nasional di seluruh Malaysia. Kunjungan yang tidak kalah penting juga dilakukan di Penang Port, kawasan pelabuhan kontainer internasional yang menggunakan prinsip syariah.
Untuk sampai di pelabuhan itu melalui penyebrangan jembatan penang port sepanjang 715 m. Dan saat ini masih dibutuhkan beberapa tenaga yang ahli di bidang ekonomi syariah.
Secara umum mahasiswa Malaysia lebih berorientasi pada penguatan akademik dan akhlakul karimah sehingga tidak terjadi demonstrasi seperti di Indonesia yang bahkan demo yang berujung pada anarkis.
Praktis mahasiswa Malaysia menerapkan sistem pendidikan ma'had, dengan konsep hubungan murid dan guru. Sehingga tidak ada istilah mahasiswa membentak dosennya atau gurunya baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Sumber: suaramerdeka.com