pmiigusdur.com - Setiap kelompok masyarakat pasti mendambakan kelompoknya menjadi yang terbaik, paling di segani dan di hormati...

Kalau anda bertanya pada masyarakat, seperti apa tatanan sosial yang ideal itu, maka anda akan mendapat sekian macam jawaban yang berbeda, tergantung latar belakang sosial, politik dan keagamaan mereka. yang pasti setiap jawaban yang di berikan selalu bergerak dalam tiga dataran ideal, realitas-sejarah dan mitos. Tiga kaki yang membangun klaim hampir semua kelompok masyarakat...

IDEALISME itu berakar pada kesadaran sepenuhnya bahwa yang paling mendasar untuk membangun kelompoknya menjadi yang terbaik dan di hormati adalah peradaban yang maju dan mandiri, tidak menggantungkan diri kepada kelompok lain serta selalu mampu mencipta dan mengatur. peradaban yang di dalamnya memuat unsur filosofi, imajinasi dan inovasi sebagai perwujudan puncak kemajuan.
Beruntunglah bahwa IDEALISME itu bersifat nilai dan abstrak. Ia bukan layaknya sebuah penemuan yang dipatenkan. Tidak ada pembatasan kepemilikan. Ia juga lebih mirip puisi yang kaya kalimat bersayap dan simbolik, yang telah lepas dari tangan penulisnya. Bisa ditafsir dan dimaknai sendiri oleh masing-masing pembacanya.
itulah sebab banyaknya kelompok yang mengeklaim dirinyalah yang paling baik atau paling ideal.

Kalaulah ada kelompok yang mengatakan mereka selalu menampilkan IDEALISME, maka kita sebenarnya sedang berbicara persoalan aspirasi. Di dataran REALITAS tidaklah selalu seperti itu. Ada konteks dan faktor penyebab terjadinya REALITAS atau yang di sebut  SEJARAH, dan tentu saja --seperti masyarakat pada umumnya-- amnesia selektif
kita ambil contoh, kita pasti mafhum bahwa islam adalah agama rahmatan lil 'alamin, di manapun islam ada pasti membawa kebaikan, sewaktu islam masuk ke indonesiapun dengan kebaikan dan akulturasi budaya, sehingga islam di terima dengan baik oleh masyarakat indonesia.
tapi kita tak pernah mau mengingat bahwa dalam catatn sejarah islam juga pernah menindas kaumnya sendiri, tepatnya waktu kholifah mu'awiyah bin sufyan berkuasa yang dengan teganya ingin menghabisi kaum syi'ah. inilah yang di sebut.

Anda tahu, amnesia selektif adalah kekhasan kita umat manusia. Mengingat dan menyimpan hanya yang kita mau, lalu mendorong yang tidak kita inginkan ke pinggir ruang ingatan. Dan ketika ranah ideal dan realitas bertemu menjadi satu, para fanatis kelompok melakukan proses seleksi yang sama. Sehingga yang mereka ingat hanyalah hal-hal yang mereka anggap cocok dengan anggapan, khayalan, dan bayangannya saja.

Tentu saja AGAMA dengan sejarahnya yang sudah begitu panjang dalam peradaban umat manusia, di mana setiap agama mempunyai satu masa, sekian banyak sejarah, sekian banyak nabi dan tokohnya  yang menampilkan heroisme perjuangan. Bahwa ada juga yang kebalikannya, tidak masalah. Seperti saya katakan: yang berkebalikan, yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ideal akan didorong untuk dibuang dan dilupakan dan dikatakan bukan sejarah kami, tidak sesuai dengan filosofi kami dan lain sebagainya. Di sinilah kemudian MITOS mempunyai celah untuk masuk, menjembatani realitas dan yang ideal. MITOS, seperti kita tahu, pengertian sederhananya adalah dongeng untuk menjelaskan realitas yang dihadapi manusia terkait dengan "sesuatu" yang lebih besar (supra).

Ia, MITOS dalam agama, adalah sebuah upaya untuk mendudukkan gaya ke-agamaan dalam atmosfer ideal. kemudian AMNESIA SELEKTIF adalah prosesnya, upaya untuk melakukan SELEKSI INGATAN dengan cerita sejarah, dongenng, atau legenda yang di inginkan. Datanya tersedia di perjalanan sejarah agama yang bersangkutan.

namun idealisme, realitas-historis, amnesia-selektif dan mitos bukanlah sesuatu yang negatif. bahkan hal ini mampu menumbuhkan motivasi yang membara dalam membentuk watak fanatisme bahkan nasionalisme dalam berbangsa dan bernegara. tinggal bagaimana para elit pemerintah mengarahkannya...


Oleh: Muhammad Husni Mushonnifin
(Ketua PMII Komisariat Walisongo Periode 2011-2012)