Segala sesuatu yang terlihat nyata belum tentu benar-benar nyata, oleh karena itu, kita harus meragukan segala yang terjadi. “aku berfikir maka aku ada”- Rene Descrates.

Secara etimologi filsafat berasal dari dua kata yaitu philo yang berarti “cinta” dan shopia yang berarti “kebijaksanaan”. Sedangkan menurut terminologi, filsafat memiliki banyak definisi tergantung sudut pandang masing-masing orang yang mengartikannya. Akan tetapi pada intinya filsafat merupakan pencarian hakikat sebuah kebenaran. Dalam mengkaji permasalahan, filsafat melakukannya secara mendalam, sistematis dan menyeluruh. Untuk mempermudah dalam mempelajarinya terdapat periodisasi yang membagi-bagi filsafat dalam berbagai masa. Mulai dari zaman pra socrates, socrates, skolastik (abad pertengahan), modern hingga post modern. Dalam setiap masanya filsafat mempunyai corak pemikiran yang berbeda-beda sesuai dengan titik fokus kajian para filsufnya.

Di zaman modern corak pemikirannya difokuskan pada antroposentris yang memandang manusia sebagai pusat kajian. Filsuf-filsuf pada masa ini memandang manusia memiliki satu hal yang dapat mengendalikan seluruh kehidupan, dengan hal tersebut yang biasa disebut akal fikiran justru menafikan keeksistensian Tuhan.

Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa filsafat modern antara lain Rene Descrates dengan teori rasionalitasnya, John Lock dengan empirisnya, serta Immanuel Kant dengan kristisisme yang dapat menggabungkan antara rasionalis dengan empiris.

Ke-eksistensi-an Tuhan
Berbeda dengan zaman skolastik atau abad pertengahan, yang fokus kajiannya diarahkan pada pembahasan tentang teologi atau ketuhanan. Di zaman modern ini para filsuf mencoba untuk keluar drai pengkajian tentang hal tersebut. Descrates misalnya berhasil menghentikan dominasi iman (kristen) dan menghargai kembali akal. Karena filsuf pada zaman ini berpegang teguh pada pendirian bahwa manusia pada hakikatnya bukan sebagai viator mundi (penjiarah dimuka bumi), melainkan sebagai vaber mundi (pekerja atau pencipta dunianya), denga teori ini pemegang mutlak kebenaran adalah manusia iu sendiri. Tuhan dianggap ada karena fikiran manusia yang menganggapnya ada. Sebenarnya dalam mempelajari keeksistensian Tuhan jangan hanya sekadar memikirkan dari rasionalitas, karena agama dimulai dengan kepercayaan. Tidak ada yang lebih besar dari kekuatan sang Maha Penggerak dari segala sesuatu yang bergerak di bumi ini.

Peran Tuhan
Pada zaman ini pemikiran rasionalitas sangat menerapkan keraguan untuk segala sesuatu, termasuk tentang kemampuan indera dalam menganalisis sebuah keberadaan. Jika Tuhan yang maha sempurna tanpa batas itu benar-benar ada maka ia tidak akan menipu kita soal yang ditunjukkan oleh akal sebagai sesuatu yang jelas dan terpilah-pilah. Menurut pendapat ini Descrates tidak melihat bahwa terciptanya akal fikiran adalah untuk megembangkan atau menganalisa tentang yang belum jelas dan terpilah-pilah. Jika Tuhan memberi potensi pengetahuan yang telah jelas maka akal fikiran tak akan begitu berguna.     

Oleh : Nayiroh (Mahasiswi TBI Semester 2)