Dalam
perkembangan pengetahuan manusia, kita mengenal beberapa era filsafat yang memiliki ciri khasnya
masing-masing, yaitu filsafat pra Socrates, Socrates, scholastic (pertengahan),
modern dan postmodern. Zaman modern ditandai dengan afirmasi diri manusia
sebagai subjek. Apalagi setelah pernyataan Rene Descrates, “cogito ergo sum”
yang artinya “aku berpikir maka aku ada”. Berdasarkan pernyataan tersebut,
manusia dibimbing oleh rasio, artinya akal menjadi pengendali manusia terutama
tingkah lakunya. Sedangkan zaman dimana kita berada sekarang yaitu zaman postmodern.
Adanya zaman postmodern sendiri adalah suatu bentuk sikap kritik atas zaman
modern.
Menurut Pauline Rosenau, postmodern merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalan dalam memenuhi janji-janjinya. Postmodern juga cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas. Selain itu, postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan padangan dunia, mentanarasi, totalitas dan sebagainya. Postmodern memiliki corak desentering atau menggeser pusat, dari yang semua modern (manusia) menjadi nihil (tanpa pusat). Ketika pada masa modern menyebut manusia sebagai pusatnya, postmodern justru mengumandangkan kematian manusia.
Postmodern
juga menyangkut hal-hal yang ditekan oleh rasio pada masa modern. Seperti
mitos, seksualitas dan kegilaan. Di era postmodern ini, hal semacam itu justru
dibahas secara vulgar, seolah ingin merubah mindset manusia zaman
sekarang. Tentang seksualitas misalnya, pada era modern, manusia berpakaian
sopan, tak berani membahas seks secara terang-terangan. Ini sangat bertolak
belakang dengan era sekarang. Hal semacam itu sudah tidak tidak asing lagi
dibicarakan di depan umum, bahkan pecinta sesama jenis pun tak ragu untuk memperkenalkan diri mereka
kepada orang banyak.
Memang banyak sekali perbedaan yang sangat mendasar antara
filsafat modern dan postmodern. Tentunya kita sebagai manusia yang berakal
tidak serta merta menelan semua teori tersebut secara mentah-mentah. Pilih dan
yakini hal dari teori tesebut mana yanga baik untuk kita dan orang banyak.
Oleh: Rara Sarasmita (Mahasiswi TBI Semeter 2)
0 Komentar