Secara etimologi, postmodern adalah lawan dari modernisme. Jika modernisme lebih mengutamakan rasionalnya, postmodern lebih mengedepankan hasrat dalam mencari sebuah kebenaran. Postmodern muncul pada akhir abad ke-20an dan awal abad ke-21. Postmodern sendiri muncul karena adanya suatu kritikan atas masyarakat modern yang seolah-olah merendahkan martabat manusia. Manusia seakan kehilangan atau melupakan hakikatnya sebagai seorang khalifah di muka bumi.

Menurut pandangan modernisme, segala sesuatu hanya sekedar dianalisis, dibongkar, dan ditafsirkan, serta disusun kembali. Manusia seakan diperbudak oleh teknologi dan sains yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Dalam situasi yang seperti ini, postmodern kemudian muncul dan ingin mengembalikan hakikat atau kebebasan seorang manusia dalam berpikir dengan menggunakan rasio sekaligus melibatkan intuisi dalam mencari kebenaran.

Postmodern bersifat relatif yang mana dalam postmodern sebuah pikiran digantikan oleh keinginan, penalaran digantikan oleh emosi, dan moralitas digantikan relatif. Postmodern mengatakan bahwa kebenaran tidak ada yang mutlak, segala sesuatunya bersifat relatif yang akhirnya khirnya era postmodern ini membawa banyak perubahan pada berbagai aspek kehidupan.

Dalam era postmodern, kebebasan, keluwesan, dan fleksibelitas dengan mengedepankan hasrat seorang manusia dari pada rasio adalah suatu karakteristik sendiri yang dimilikinya, juga membebaskan manusia dalam menafsirkan, mengekspresikan dirinya dalam segala hal. Hal ini yang menjadi pertanyaan. Apakah masih ada standard kebenaran di era postmodern ini?

Jika pada era modernisasi manusia memiliki suatu acuan, titik pusat sebuah kebenaran, dan memiliki batasan-batasan dalam ilmu pengetahuan, dalam postmodern tidak demikian. Istilah postmodern sangat membingungkan sebab postmodern menolah bentuk tunggal, menolak kemapanan akibatnya sulit untuk didefinisikan serta ketidakpastian yang membingungkan. Tetapi lebih dari itu, para ahli postmodern dalam perdebatannya berakhir pada satu titik kesepakatan dimana fenomena ini menandai berakhirnya sebuah cara pandang universal.

Orang-orang  pada postmodern memiliki kecenderungan untuk menolak hal-hal yang bersifat struktural. Postmodern hampir sama seperti mereka yang menganut aliran kebebasan. Gejala-gejala yang timbul di era postmodern tersebut, antara lain: pernikahan kini dianggap bukan lagi dianggap sebagai hal yang sakral oleh sebagian orang, oleh karena itu maraknya terjadi perserlingkuhan, dan seks bebas.

Ketika kebenaran menjadi relatif, manusia yang pandai pada dasarnya memiliki hasrat untuk terus mencari, dan selalu tidak puas. Dari pencarian yang terus menerus itulah postmodern menjadi sebuah kegelisahan yang mengakibatkan hilangnya suatu kebenaran secara universal. Karena Standard universal itu hanyalah Allah. Tentukan posisimu!

Oleh : Amelinda Astridayani (Mahasiswi TM Semester 2)