Pendidikan dan Tantangan Global

Dalam era globalisasi ini, dunia menuntut agar masyarakat di Indonesia mampu bersaing dengan negara lain di dunia. Luasnya akses informasi dan komunikasi menjadi keuntungan sendiri masyarakat Indonesia dalam mengakses apapun itu, tak halnya pun tentang pendidikan. Kita dapat mengakses apapun yang berbau pendidikan baik dalam negeri maupun luar negeri. Akan tetapi yang menjadi persoalan bukan hanya masalah itu, semakin adanya globalisasi juga semakin bersainngya pendidikan di negara kita. Ironsinya, di tahun 2015 ini, zona Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan diterapkan di seluruh nergara kawasan Asia Tenggara. Tentunya hal ini akan semakin memperseulit Indonesia jika tidak segera berbenah dalam segala aspek, tentunya pendidikan.

Dalam zona MEA tersebut, negara-negara di kawasan Asia Tenggara di perbolehkan keluar masuk dengan bebas. Akan ada banyak persaingan ketat antar negara didalamnya, baik dalam sektor ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Pendidikan nantinya juga akan sangat terpengaruh karena adanya MEA ini, semisal dalam masalah tenaga pendidikan,  para pendidik dalam negeri harus mempu bersaing dengan para pendidik luar negeri jika memang masih ingin mendapat tingkat kepercayaan masyarakat dalam mendidik anak di sekolah. Apabila kualitas pendidik dalam negeri secara persentase ternyata lebih rendah dari pendidik luar Indonesia, tentunya beberapa sekolah akan tak segan-segan memilih tenaga pendidik dari luar Indonesia yang lebih satu tingkat diatasnya. Tentunya, Tingkat dan kualitas pendidikan di Indonesia lah yang nantinya akan mampu bersaing dalam MEA tersebut. Lantas, bagaimana nasib pendidikan kita sekarang ini, apakah pendidikan di Indonesia sudah berbenah?

Upaya Pemerintah

Potret suram pendidikan yang ada di Indonesia ini selalu menyisakan tanda tanya besar. Mulai dari siapa yang harusnya bertanggung jawab dalam permasalahan pendidikan ini, hingga mengapa pendidikan di Indonesia tak kunjung dapat membaik. Akan tetapi, dari berbagai argumen tersebut, pemerintah selaku penyelenggara pemerintahan yang bertujuan mensejahterakan warga negaranya telah berusaha memperbaiki pendidikan di Indonesia.

Setiap tahun, alokasi dana pendidikan selalu mendapatkan porsi besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada tahun 2015 ini, pemerintah telah mengalokasikan Rp.404,00 triliun untuk anggaran pendidikan. Anggaran tersebut mencapai 20 persen dari APBN yang disediakan. Alokasi dana tersebut digunakan untuk belanja pegawai dan gaji guru, pembangunan fasilitas dan sarana sekolah serta pemberian beasiswa. Dari tahun ketahun peningkatan anggaran ini memang selalu meningkat tajam. Dalam sepuluh tahun ini, anggaran pendidikan naik enam kali lipat. Bagi pemerintah, peningkatan anggaran pendidikan ini, menjadi indikator meningkatnya pembangunan di tanah air. Pasalnya pemerintah melihat perkembangan dan pencapaian dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang fluktuatif.

Selain itu, dalam lima tahun kedepan, pemerintah lewat Kemendikbud telah membuat prioritas program dalam mewujudkan pendidikan di tanah air. Kemendikbud membidik persoalan akses hingga kualitas dan tata kelola pendidikan. Ini sesuai dengan permasalahan pendidikan yang melanda hari ini dimana akses dan pemerataan pendidikan yang selayaknya belum dapat tertata rapi. Masih banyak kesenjangan-kesenjangan antarwilayah yang membatasi akses terhadap pendidikan yang cukup besar. Kemendikbud harus segera memperbaiki akses terhadap pendidikan yang berkualitas, kualitas pembelajaran, sistem penjamin mutu, manajemen dan tata kelola pendidikan, relevansi dan daya saing pendidikan, serta memperbaiki pendidikan agama, moral dan pembentukan karakter. Dalam hal ini, permasalaan tersebut konkritnya hanya berbicara mengenai teknis, dan persolan tersebut ada karena besarnya jumlahn penduduk dan luasnya wilayah pendidikan di Indonesia. Seperti halnya, keterbatasan akses transportasi yang terkadang menyulitkan pemerintah dalam mengkoordinir kebijakan pemerintah. 

Bersambung ke Pendidikan dan Tantangan Global di Indonesia (3-Habis)