Disorientasi Gerakan
Penulis merasa muncul
disoreintasi gerakan di PMII sejauh pengamatan dan analisa yang dilakukan.
Tulisan ini mungkin memunculkan antitesis yang bertentangan dengan sudut
pandang penulis, namun hal tersebut baik untuk aktifitas pemikiran yang
dialektis.
Dalam perkembangannya,
PMII memang tidak bisa dilepaskan dari Nahdlatul Ulama (NU) secara kultural. Oleh
karena itu, dalam setiap dinamika yang terjadi ditubuh NU, terdapat peran dari
PMII meskipun organisasi kemahasiswaan ini berdiri secara independen. Jika disimpulkan,
muncul beberapa kelemahan gerakan PMII kekinian. Kelemahan tersebut sebenarnya
bukan ditubuh PMII, melainkan pada orientasi kader-kadernya.
Pertama, Politik praktis, artinya bahwa
arah gerak PMII lebih condong bermain politik kekuasaan dibandingkan politik
kebangsaan yang berorientasi pada kepentingan wong cilik. Hal tersebut terlihat
dalam keterlibatan oknum-oknum organisasi ini dalam praktik-praktik politik
praktis. Dengan mengatas namakan PMII, oknum meraup uang untuk kepentingan
pribadi dan sebagian orang. Misalnya pada praktik pemilihan umum baik daerah
maupun nasional.
Kedua,
Pragmatis (instan) yakni kecenderungan kader untuk mendapatkan sesuatu secara
lebih cepat dan mudah tanpa perjuangan. Kebiasaan tersebut begitu merusak PMII
karena memunculkan kader-kader yang oportunis, ingin meraih sesuatu tanpa
kematangan kompetensi yang dimiliki.
Parahnya, kemudian
dapat menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya. Hal tersebut berimbas
pada minat kajian pemikiran dan wacana intelektual yang kian asing dan memudar.
Kultur dialektika pengetahuan melalui mimbar-mimbar diskusi menjadi second choise dalam melakukan agenda
gerakan.
Ketiga,
Individualistik yang berarti bahwa mahasiswa tidak lagi berfikir tentang orang
lain dan segala problematikanya. Hal tersebut tentu mengkhianati mandat gerakan
PMII yang dekat dengan kaum marjinal. Tanggung jawab pribadi (belajar di kelas)
adalah segala-galanya dibandingkan perjuangan. Kultur kampus yang mengkungkum
ruang gerak mahasiswa tidak pelak menidurkan gerakan mahasiswa yang ada di
dalamnya. Beban kurikulum dan kewajiban belajar yang dimiliki mahasiswa menjadi
salah satu sebab lahirnya budaya individualis tersebut.
Bersambung ke Reinvensi Kultur Gerakan PMII (3-Habis)
Bersambung ke Reinvensi Kultur Gerakan PMII (3-Habis)
0 Komentar