oleh : Bima Sakti

            Konversi Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang menjadi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang menjadi sebuah topik hangat untuk diperbincangkan. Kita ketahui bahwa saat ini paradigma masyarakat ketika memperbincangkan nama kampus Walisongo semarang maka kata yang disebut adalah nama IAIN. Saat ini IAIN telah berubah menjadi UIN dan pemanggilan nama UIN untuk kampus Walisongo semarang adalah hal baru bagi masyarakat lokal, regional, nasional maupun internasional. Lantas bagaimana dengan adat, susunan masyarakat kampus dan ciri dari kampus Walisongo semarang akan kah bertransformasi sama dengan halnya nama IAIN menjadi UIN?. Terlepas dari semua hal tersebut, sang penulis disini akan mencoba memberikan sebuah penjelasan tentang antropologi kampus yang menjadi alat untuk menganalisis sebuah tatanan peradaban kampus.
Antropologi secara umum membahas tiga hal yakni yang pertama tentang sebuah adat istiadat atau tatanan budaya yang menjadi panutan dan tradisi turun temurun dalam sebuah wilayah tertentu. Kedua dalam antropologi membahas mengenai susunan masyarakat, yang dimaksud disini adalah bahwa dalam setiap roda kehidupan yang berputar di sebuah wilayah tertentu terdapat sebuah susunan masyarakat tertentu pula. Dalam bermasyarakat terdapat dua pilihan yang meski kita pilih salah satu, yakni bahwa kita mau mewarnai atau kita yang diwarnai. Dan yang terakhir dalam pembahasan tentang antropologi adalah tipe fisik atau ciri-ciri fisik dari masyarakat tertentu yang menjadi karakteristik sebuah wilayah tertentu. Jadi Antropologi Kampus membahas tentang adat istiadat, susunan masyarakat dan ciri fisik dari sebuah kampus.  
Selain tiga hal yang dipaparkan penulis diatas ada dua macam model yang harus diketahui untuk mempelajari antropologi kampus yakni Model of Reality atau dalam bahasa sederhana yakni memberikan warna budaya atau kenyataan dan Model for Reality yakni memahami warna budaya. Budaya adalah simbol dan tidak mungkin terjadi dari kebiasaan. Antropologi kampus dalam bahasa akademik yakni antropologi pendidikan, yang melahirkan sebuah istilah Scientific prinsip. Berbicara mengenai Scientific prinsip, terdapat 3 hal yang dibahas dalam prinsip ini yakni kehidupan, perpaduan tradisi kehidupan dan tawaran hidup baru.

Analisa Dinamika Kampus
Dalam dunia kampus terdapat sebuah adat, susunan masyarakat dan ciri fisik. Dinamika kehidupan kampus yang harus kita ketahui yakni adanya birokrasi, pendidikan formal dan teknisi, ketiganya bisa kita katakan scientific prinsip. Dari ketiga hal tersebut Lalu kita bedah dengan model of Reality yang menghasilkan istilah adaptasi dan model for reality yang menghasilkan tawaran hidup baru.
Hal yang perlu kita ketahui bahwa dalam dinamika kehidupan di kampus yang tidak stagnan dan terkadang menimbulkan sebuah paradoksal, maka kita harus mengetahui peran dan posisi kita di kampus. Ada sebuah ilmu yang harus kita pelajari juga mengenai analisis diri kita dan orang lain sebelum kita menganalisis kampus yakni Etnopsikologi. Dengan pendekatan Etnopsikologi kita bisa menganalisis kepribadian diri kita sendiri, lalu kita analisis peran kita berada dimana, dan yang terakhir kita harus memahami psikologi diri sendiri dan orang lain. Setelah kita bisa memahami diri kita sendiri dan orang lain kita bisa memahami cara berkomunikasi dengan mereka dan setelah itu kita bisa menganalisis kampus.

Politik Kampus Bangunan Latihan
Dinamika kampus tidak hanya berbicara kuliah dan kumpul di kelas setelah itu pulang. Hal tersebut mungkin bisa kita katakan adalah paradigma dari mahasiswa profesional yang pekerjaannya sehari-hari hanya kuliah dan pulang. Tetapi lain halnya dengan mahasiswa yang Idealis-Konfrontatif ataupun Idealis-Realistis. Mereka tidak mungkin hanya kuliah saja tetapi mereka hidup berorganisasi di dalam maupun luar kampus, kebanyakan orang menyebut mereka adalah Aktivis.
Aktivis adalah orang yang melaksanakan peran individu untuk melaksanakan perubahan. Ada pula orang yang memberikan definisi lain, aktivis yakni orang yang mencari masalah dan menyelesaikan masalah tersebut. Berbicara aktivis mungkin tidak akan jauh dengan yang namanya politik kampus. Politik kampus adalah sebuah dinamika Politik yang terjadi di dalam Kampus. Selain itu politik kampus tidak hanya berbicara masalah perebutan kekuasaan dikalangan mahasiswa saja semisal dalam perebutan kursi tertinggi Organisasi Intra Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF), Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Senat Mahasiswa Fakultas (SMF), Senat Mahasiswa Universitas (SMU), Unit Kegiatan Mahasiswa dan organisasi-organisasi yang ada di dalam kampus. Namun politik kampus juga terjadi di gedung Akademik atau biasa kita sebut Dekanat, banyak konsolidasi-konsolidasi politik antar pejabat kampus yang bermain politik dengan lawan politik mereka di dalam gedung Akademik demi perebutan kursi panas semisal Dekan, Kepala Jurusan (Kajur) dan Sekretaris Jurusan (Sekjur). Jika kita berbicara politik kampus dikalangan mahasiswa tetap ada asas-asas yang harus dijunjung tinggi dalam berpolitik di kampus.
            Berpolitik di kampus adalah sebuah pembelajaran yang sangat penting untuk kawan-kawan mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa masih tidak dewasa dalam menghadapi situasi politik di kampus. Karena itu dalam berpolitik di kampus ada beberapa hal yang harus kita pahami. Pertama kita harus paham latihannya, yang dimaksud disini adalah manajemen konflik yang menjadikan adanya sebuah konflik antar sesama agar nuansa pertarungan semakin hidup. Hal yang kedua yang harus kita pahami bahwa politik kampus adalah politik kebangsaan bukan berkebangsatan, maksudnya yakni politik di dalam kampus adalah politik yang bernuansa nasionalis bukan ekstrimis dan radikal. Dan yang terakhir Politik kampus adalah harus bernuansa politik senyum bukan politik praktis yang menghalalkan segala cara.
Dari sekian banyak yang telah dipaparkan sang penulis, kesimpulan yang dapat diambil adalah perlu adanya sebuah Revolusi Adat, lalu kita harus membangun masyarakat yang baru dan gerakan mahasiswa, selain itu kita sebagai mahasiswa harus kuliah dan memiliki prestasi dan karya yang nyata. Dari ketiga hal tersebut bisa terciptalah Kampus ideal yang kita idam-idamkan. Mahasiswa juga harus bergaul dengan birokrasi tetapi ketika terjadi penyimpangan oleh Birokrasi maka Mahasiswa harus bergerak.     

*) Penulis adalah Pengurus LKaP PMII Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat Walisongo Semarang