Semarang, pmiigusdur.com— Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat walisongo adakan dialog kebangsaan dalam rangka memperingati haul Gus Dur yang ke-7. Acara ini diselenggarakan di Audit I lantai II Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, dengan tema “Kenduri Gus Dur; Agama Dalam Bingkai Keindonesiaan Dan Kemanusiaan” pada Jumat, (30/12).

Acara berlangsung cukup renyah dengan dihadirkannya empat pembicara, yakni K.H Abu Hapsin sebagai ketua PWNU Jawa Tengah, Tjahjadi Nugroho sebagai ketua API, Shuniyya Ruhama sebagai santri Gus dur dan terakhir ada, Yoseph Suyatmo Hadi Atmojo sebagai tokoh Katolik.

Sekitar seratus lima puluhan mahasiswa nampak antusias mengikuti puncak acara haul Gus Dur yang di moderatori langsung oleh sahabat Khoirul Anwar ini. Antusiasme mereka dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang ditujukan kepada para pembicara dalam menanggapi isu-isu terkini, seolah mencoba menghadirkan kembali sosok Gus Dur ditengah-tengah mereka.  

Enam mahasiswa yang mengajukan pertanyaan, Salah satunya Aris Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) sempat mempertanyakan perihal gerakan (4/11) dan (2/12) yang terjadi beberapa pekan lalu. Menanggapi terkait konflik agama tersebut, Abu Hapsin menyatakan bahwa akhir-akhir ini masyarakat sudah nampak memberikan panggung dari gerakan radikalisme, padahal sebelumnya, tidak sedikitpun gerakan dari kaum radikalisme ini diberi ruang untuk bergerak. “Gus Dur jelas akan marah besar apabila melihat ini, sebab gerakan yang dulu tidak pernah diberi ruang kenapa malah diberi kebebasan untuk bergerak,” tegasnya.

Selain Aris, Aisyah mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) juga menanyakan perihal Fatwa MUI yang akhir-akhir ini tengah mewarnai kancah media “pelarangan memakai topi Santa”. Romo Tjahjadi Nugroho dalam menanggapi hal tersebut menyatakan, bahwa pakaian itu bukan masalah agama melainkan masalah bisnis. Agama dimasukkan pada perangkap bisnis untuk membantu berlakunya suatu sistem penjualan. “Kalau hari raya pegawai disuruh memakai busana muslim, kalau natal disuruh pake baju santa,” sindirnya. 


Dengan gaya santainya romo Yatmo menanggapi perihal pelarangan memakai topi Santa oleh MUI, beliau mengutip perkataan dari Alm. Gus Dur “Gitu aja kok repot” kalau tidak mau memakai ya sudah. (Lap.Muya)