Doc. Rayon


Semarang, pmiigusdur.com—Lembaga Kajian dan Penerbitan (LKaP) mengadakan acara Workshop Penulisan. Hari pertama peserta dan panitia mengunjungi Kota Lama. Destinasi ini adalah salah satu wisata yang berada di Semarang. Kota Lama memiliki beragam situs sejarah, salah satunya pasar barang Antik yang terletak di sepanjang jalan. Peserta workshop itu berjumlah dua puluh lima orang, dilaksanakan pada hari sabtu (20/4).

Menurut  Adit salah satu penjual barang Antik yaitu penjual  uang lama, motif ia berjualan dan mepertahankan barang antik karena menurutnya menciptakan lapangan kerja lebih baik dari pada bekerja pada salah satu industi atau perusahaan. “Saya memutuskan untuk berjualan barang antik  sesuai dengan kesenangan mengoleksi barang antik dan akhirnya memutuskan untuk menjual belikan uang lama,” ujar Adit.

Ia juga menambahkan bahwa sebelum itu ia menggeluti dunia penjualan  motor lama dan akhirnya memutuskan berpindah menjual uang lama. Kendala menjual beli uang lama adalah pada pencarian uang karena sekarang ini sulit didapat. Pada bulan desember kemarin dari pihak Bank telah memutuskan untuk menutup pembelian dan penukaran uang lama. Penghasilan perhari yang ia dapat sekitar 300.000-500.000, target pembeli uang lama adalah orang yang akan menikah karena akan di gunakan sebagai mahar pernikahan.

Ari Arsyad selaku penjual buku lama menambahkan bawa motif ia sendiri menjual buku lama adalah hobi mengoleksi buku sejak ia sekolah, hobinya tersebut dapat ia gunakan untuk mencari uang dengan cara menjual belikan buku lama. Ari mengatakan,“saya hobi mengoleksi buku saat sekolah sehingga saya memutuskan bekerja sama dengan teman saya yang berada di Yogyakarta untuk menjual belikan buku lama karna menurut kami buku lama suatu barang yang tak akan mungkin lagi di cetak kembali,” ujar lelaki yang memiliki kulit sawo matang tersebut.

Sebelum itu ia juga menjadi penjual uang lama dan beragam macam keris, selain berjualan di pasar Antik ia juga berjualan melalui sosial media. “Menurut saya menjadi pedagang barang antik itu lebih untung dari pada menjadi karyawan swasta dan saya juga dapat bekerja sesuai hobi saya," tambahnya. Pendapatan menjual barang antik tak menentu setiap harinya, adakalanya memperoleh banyak konsumen dan adakalanya tak mendapat konsumen satupun, tetapi ia tetap lakukan karana itu pekerjaan yang ia nikmati.

Loyalitas menjual barang antik

Rofiq Ahmad selaku pemandu wisata dan penjual barang antik disana juga menambahkan alasan ia menjual barang antik,”saya suka mengoleksi barang antik dan saya ingin mempertahankan barang antik karna menurut saya barang antik adalah salah satu tradisi yang harus di pertahankan sampai anak cucu nanti,” ujarnya tegas.

Indonesi memliki beragam suku dan budaya salah satunya wayang, Rofiq juga seorang yang telah menciptakan wayang yang ia namakan dengan Wayang Suket, terbuat dari rumput liar yaitu rumput Wedong yang sering di temukan di Semarang. Selain berjualan barang antik ia juga bekerja sebagai pemandu wisata Kota Lama. Ia menjadi pemandu wisata sekitar 6 tahun yang lalu. “salah satu alasan orang mempertahankan untuk menjual dan mengoleksi barang antik karena kebanyakan orang yang suka barang antik memiliki ingatan yang tajam dan kuat sehingga jarang pikun dan bisa menjadi kebahagiaan tersendiri baginya.”

Paguyuban Padangrani

Di Kota Lama sendiri telah terbentuk sebuah oraganisasi Paguyuban barang seni (Padangrani)   yaitu sebuah wadah bagi para pedagang disana. Paguyuban ini sendiri telah terbentuk sekitar lima tahun yang lalu, dibentuk oleh para pedagang disana yang bertujuan untuk menaungi para pedagang barang antik di Kota Lama.

Padangrani di ketua oleh  Nanang yang di dukung oleh dinas perdagangan dan pariwisata Semarang. Ia bukan satu-satunya organisasi yang menaungi para pedangang barang antik di wilayah Semarang, karena hanya mencakup penjual barang Antik yang berada pada kawasan Kota Lama.

Rofiq Ahmad selaku bendahara Padangrani  juga menambahkan,“padangrani bukan sekadar wadah untuk para pedagang barang antik tetapi sebagai bentuk untuk mempertahankan budaya yang ada di Indonesia agar tetap terus diingat oleh masyarakat Indonesia,” tandas lelaki yang juga berkecimpung di Duta Kola. Pada dasarnya Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki beribu-ribu suku dan budaya sehingga masyarakat Indonesia harus ikut serta mempertahankannya.

Redaktur : Ilma,  Subhkan dan Husna ( Aksara) 
Pendamping : Noor,  FR

Berikut ini adalah dokumentasi yang kami dapatkan ketika wawancara dengan para narasumber:
Doc. Rayon/ Bersama Rofiq pembuat wayang suket

Doc. Rayon

Doc. Rayon/ bersama penjual buku lama




*Tulisan ini merupakan hasil dari Workshop Kepenulisan yang diadakan oleh Lembaga Kajian dan Penerbitan (LKaP)  Kelompok 2