Dalam rangka kegiatan safari maulid, biro Sosial dan Keagamaan (Soskem) mengadakan pembacaan rutin maulid dziba dan dilanjut dengan diskusi. Acara ini digelar dikediaman Sahabat Luqman, kecamatan Mangkang (5/9).
Diskusi yang bertema “Mengupas Sejarah dan Pemikiran Kiyai Sholeh Darat” ini dihadiri oleh 30 orang dari majelis dan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat UIN Walisongo Semarang dan dipantik oleh sahabat Ridwan Tambora serta Sahabat Luqman.
Menurut Sahabat Luqman selaku tuan rumah, Agenda safari maulid dan diskusi ini bertujuan untuk menjalin silaturahim kepada para senior yang dulunya pernah berproses di pergerakan mahasiswa islam Indonesia (PMII) Rayon Abudurrahman Wahid, kemudian dilanjut diskusi yang bertujuan untuk menambah ilmu serta wawasan yang luas.
”Acara pembacaan maulid simtuduror ini rutin diadakan setiap malam jumat wage yang bertempat di rumah saya, jadi saya harap dan saya minta kepada pengurus PMII rayon abdurrohman wahid untuk ikut berpartisipasi acara ini,” tambahnya.
Setelah Acara pembacaan maulid selesai, jamaah majelis kemudian duduk melingkar dan membahas tema diskusi yang telah disepakati. Sahabat Ridhwan Tambora menceritakan bahwa kiyai sholeh darat lahir tahun 1820 M dan wafat beliau 1903 M. Beliau merupakan ulama' nusantara yang hidup di masa antara dua revolusi Indonesia, yaitu antara perang Jawa yang dipimpin pengeran Diponegoro dan di masa pertempuran kemerdekaan tahun 1945. Perannya dalam menanamkan nilai-nilai patriotisme dan semangat melawan penjajah sebenarnya sangat besar. Di pertengahan abad ke-19 ketika Kiyai Sholeh Darat pertama kali mendarat di kampung mlayu darat, Semarang. Paska pengembaraan intelektualnya dari mekkah selama bertahun-tahun, nusantara terutama Jawa berada dibawah rezim kolonial.
“Dan salah satu ulama' yang berguru kepada kiyai sholeh darat adalah KH. Hasyim Asy’ari pendiri organisasi Nahdhatul Ulama' (NU)”, tandasnya.
Kemudian Sahabat Ridwan juga mengatakan, berbicara soal pemikiran dari kiyai Sholeh darat yang para santri santri ia didik kelak merupakan tokoh -tokoh yang mempunyai andil besar dalam gerakan. Yakni merebut pertahanan kemerdekaan Indonesia. Selain mendidik dan mengkader Ulama' yang patriotik, dalam gerakan pendidikannya terhadap masyarakat. Kiyai Sholeh darat juga berperan penting dalam dunia literasi.
“Beliau banyak mengarang kitab yang isinya memberikan pemahaman keagamaan terhadap masyarakat . Dalam mengarang kitab banyak menggunakan huruf pegon-jawa, bukan menggunkan bahasa arab. Dengan huruf pegon jawa itulah, akhirnya masyarakat Jawa mudah membaca dan memahami agama islam dengan mudah”, tambah pria yang sering dipanggil dengan Mbah Wan tersebut.
Kemudian sahabat luqman menyambung lidah dari sahabat Ridwan, "Didaerah Mangkang juga terdapat sumur di tengah masjid, itu salah satu peninggalan kiyai sholeh darat pada waktu dulu beliau pernah bertempat tinggal di daerah mangkang". Ujarnya.
Sementara itu Sahabat Irsyad selaku koordinator biro Seskem mengatakan bahwa, Harapannya dari pemantik diskusi kali ini, kader dari PMII Rayon Abdurrahman Wahid seharusnya lebih faham sejarah, jika tidak mengerti sejarah maka kita sebagai generasi muda untuk memecahkan bangsa itu mudah.
Reporter : Irsyad
Penulis : Irsyad
Editor : Aji
0 Komentar