Pemuda sering dikonotasikan dengan segala hal yang penuh dengan harapan. Bagaimana tidak, banyak quotes pahlawan yang menaruh harapan besar kepada para pemuda sebagai pemegang tonggak estafet kepemimpinan bangsa ini. Terlalu jauh dan luas mungkin membincang tentang bangsa ini, minimal mampu menjadi pengaruh bagi sekitar kita masing masing. 

Hal tersebut pun senada dengan makhluk berpendidikan tinggi yang disebut "Mahasiswa". Mahasiswa juga mempunyai satu keunggulan merasakan duduk di bangku perkuliahan. Mahasiswa menjadi sosok yang semestinya mendapatkan strata tertinggi di antara golongan pemuda yang lain baik dari segi gagasan, maupun gagasan serta kreativitas-kreativitas untuk memajukan masyarakat sekitar.

Jika benar mahasiswa masuk ke dalam kategori usia produktif, apakah sudah produktif mahasiswa kini? Contoh saja dalam hal kepekaan mahasiswa terhadap isu sosial. Masih adakah mahasiswa yang hingga kini benar benar mengawal sampai tuntas atas problema yang ada. Kekerasan, perampasan, penindasan marak terjadi dimana mana. Penyebaran isu radikalisme, terorisme, kabar hoaks. Hampir tidak ada gerakan mahasiswa yang benar-benar muncul sehingga minimal mampu meminimalisir hal-hal tersebut. Malah justru peran pemuda yang tidak mencicipi bangku perkuliahanlah yang masif. Gerakan-gerakan sosial dari satu tempat yang dimulai dari para pemuda sekitar yang mengawal isu tersebut. Apakah justru mahasiswa teralu sering mengkritik pemerintah sampai habis tapi semua itu berhenti di status sosmed masing masing? 

Sikap heroik, superior, dan gagah perkasa panitia saat penerimaan mahasiswa baru  mengingatkan pada istilah yang sering didengungkan yaitu  agent of change. Bukankah sudah semestinya mahasiswa sebagai agen perubahan pemilik saham terbesar atas keberlangsungan negeri ini? Ironi tentunya ketika hari ini perubahan yang didengungkan justru sebuah perubahan kepada arah kemerosotan. Gembar-gembornya di mimbar menggunakan megaphone malah justru menjadikan mahasiswa layaknya politisi. 

Tenteng buku, bercelana robek dan berseragam organisasi dengan kain merah putih di lengan kanan menjadi ciri khas mahasiswa kini mungkin. Bagaimana tidak bukan tentang pengisian kapasistas diri melainkan hanya sebatas agar terlihat fashionable saja. Mencuci otak dengan anti mahasiswa kupu- kupu (kuliah pulang - kuliah pulang) sampai lupa kalua dirinya sediri adalah mahasiswa kura-kura (kuliah rapat - kuliah rapat). Praktis tidak ada bedanya memang jika mahasiswa kupu-kupu mengejar nilai maka mahasiswa kura-kura mengejar legitimasi organisasi untuk pemenuhan CV, Konser, perlombaan, dan segala event menjadi bahasannya setiap hari.

Siklus hidup terus saja berputar tanpa bisa dihentikan sedetik saja. Mahasiswa masih saja memuja pada hal yang tidak sama sekali merepresentasikan sebagaimana lazimnya pemuda yang sangat dibutuhkan kehadirannya oleh masyarakat, selain bentuk fisiknya saja yang memang masih muda. Semangat pemuda tidak sama sekali tersalurkan dan terealisasikan melalui mahasiswa. Akhirnya mahasiswa hanya akan mendapatkan posisi praktis dan instan dengan hanya bermodal ijazah yang masih dianggap sebagian besar orang sebagai bukti kemahiran dalam salah satu bidang. Kemampuan dalam membaca isu-isu terkini namun tidak mampu diimbangi dengan kemampuan menjaga kehidupan bersosial dengan warga sekitar yang dampaknya akan berhenti pada pembahasan-pembahasan wacana belaka. 

*****
Mengatasnamakan kemanusiaan tetapi menginjak keadilan, 
bangkit dari keterpurukan menuju kegelapan

****

Oleh: Alfan
Editor: Iftahfia
Ilustrasi: az-ad