Oleh: Almaidah
Berbicara tentang perempuan atau wanita memang tidak ada habisnya. Dari mulai penyebutannya saja, banyak sekali perbedaan pendapat. Ada yang berasumsi bahwa perempuan berkonotasi positif dan wanita berkonotasi negatif. Sebaliknya, ada juga yang berasumsi bahwa perempuan berkonotasi negatif dan wanita berkonotasi positif. Keduanya memiliki arti yang sama untuk penyebutan salah satu jenis kelamin.
Namun, perempuan dan wanita memiliki nilai tafsir yang berbeda. Pentingkah hal ini? Bagi para pejuang hak-hak perempuan/wanita ada keyakinan bahwa istilah yang tepat untuk menyebut diri mereka adalah langkah awal di dalam melakukan perjuangan melawan ketidakadilan. Dalam tulisan Sudarwati dan Jupriono “Betina, Wanita, Perempuan: Telaah Semantik Leksikal, Semantik Historis, Pragmatik (1997), menurut mereka secara etimologis, perempuan berasal dari kata empu (tuan; orang yang mahir/berkuasa; kepala; hulu; yang paling besar; maka kita kenal dengan kata empu jari “ibu jari” empu gending “orang yang mahir mencipta tembang”. Kemudian menjadi empuan --puan.
Sedangkan wanita, berasal dari bahasa Sanskerta/Jawa Kuno vanita yang artinya “Yang diinginkan”. Kata ini diserap oleh bahasa Jawa Kuno (Kawi) menjadi wanita, ada perubahan labialisasi dari labiodental ke labial: [v] ke [w]; dari bahasa Kawi, kata ini diserap oleh bahasa Jawa Modern; lalu dari bahasa Jawa, kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia (Slametmuljana, 1964 : 59-62). Secara etimologi Jawa, Wanita yaitu “Wani Ditoto” yang artinya berani diatur. Dalam artian, wanita harus berani diatur dan patuh terhadap laki-laki. Pada saat itu, masyarakat Jawa masih terpengaruh oleh budaya patriarki yang sangat feodal.
Dari sedikit penjelasan di atas, lalu manakah yang lebih tinggi dari keduanya? Manakah yang lebih mulia? Berdasarkan penjelasan di atas, penggunaan kedua kata tersebut memiliki kedudukan yang sama. Meskipun wanita lebih terkesan masih memuat patriarkis, tapi pemaknaan 'wanita' adalah sesuatu yang diinginkan menempatkan wanita sebagai makhluk yang istimewa.
Perbincangan mengenai penyebutan perempuan dan wanita memang selalu menarik. Ini merupakan bukti betapa berharganya makhluk Tuhan yang satu ini. Perempuan atau wanita tidak bisa dikatakan lebih tinggi nilainya. Ada banyak tafsiran yang berbeda-beda dan dari sudut pandang tertentu. Terlepas dari baik buruknya makna dari perempuan atau wanita, kita tidak boleh melupakan esensi dari keduanya yakni perempuan dan wanita adalah makhluk Tuhan yang harus dihormati, disayangi, dihargai, dipenuhi hak-haknya dan tidak menimbulkan stereotip yang negatif atas keduanya.
Kini saatnya kaum perempuan meninggalkan perdebatan tak berujung yang menghambat perjuangan kaumnya. Bagi saya, perempuan dan wanita itu sama saja. Jadi, yang lebih penting adalah semangat gerakan perempuan harus tetap digelorakan untuk mencapai tujuan atas keadilan perempuan. Ada banyak ketidakadilan yang dialami perempuan. Betapa kompleksnya masalah yang timbul. Salah satunya, angka kekerasan seksual terhadap perempuan yang semakin tinggi. Jika kaum perempuan hanya diam dan menerima apa yang terjadi, sungguh sangat disayangkan. Bagaimana jadinya jika hanya untuk membela dan memperjuangkan kaumnya sendiri saja tak mau?.
0 Komentar