Apa kabar, Sahabat? 
Lama ya kita tak bertemu. 
Bagaimana kabar keluarga di rumah? 
Baik-baik saja kan? Itulah yang kuharapkan. 

Tak terasa ya kita sudah bertambah semester saja. Bagaimana dengan kuliah kalian? Bagus kan? 
Emmm... Ngomong-ngomong, dulu bagaimana ya kok kita bisa bertemu? Hingga sekarang bisa sedekat ini. 

Ahh aku masih ingat, dalam dinginnya malam dulu kita sama-sama pernah mengucapkan janji yang diawali dua kalimat syahadat. Hingga suatu saat, aku masih ingat sekali betapa gelagapnya bicara kalian ketika ditanya oleh pemateri saat materi berlangsung. Kini kalian sudah berubah, kalian pandai berorasi, berbicara di depan umum, hingga kalian bisa mempengaruhi orang lain.

Aku juga masih ingat, ketika dulu kita sering membaca bersama buku pinjaman senior. Membuka KBBI karena tak tau arti kata "kapitalisme", berdebat arti kata "perspektif", hingga kita sama-sama lelah akhirnya menyerah lalu tidur bersama di atas dinginnya keramik. Kini, kalian sudah jauh berkembang. Buku kalian segunung, bacaan dan wawasan kalian pun luas. Tulisan-tulisan kalian juga sudah banyak tembus media online dan cetak. 

Aku juga masih ingat dulu kita ikut acara pendampingan anak, ya sekadar mengajar ngaji dan menghibur mereka. Padahal kita tak tau siapa mereka. Kini, kalian sudah banyak dibutuhkan orang. Karena keterampilan dan komitmen kalian mendampingi anak-anak sudah tidak bisa diragukan lagi, ditambah dengan banyaknya dukungan oleh orang yang mendahului kita. 

Aku masih ingat pula, ketika Desember kita ditugasi menjadi panitia pembantu Pemilwa. Semalaman suntuk kita melipati ribuan kertas surat suara, demi terlaksananya demokrasi di kampus tercinta. Kini aku melihat, foto kalian dicoblosi oleh banyak orang ketika pemilihan mahasiswa. Kalian Sahabatku! Kalian menang dalam kontestasi! Dan kalian, kini berhak menjadi pemimpin organisasi itu, mengemban amanah untuk satu periode. 

Satu lagi yang aku masih ingat. Dulu... banyak sekali kegiatan yang kita ikuti bersama, sampai tak bisa kusebut satu persatu. Mungkin kalian masih mengingatnya, jadi tolong ingatkan aku. 

Melihat senyum, tawa, dan candaan kalian kala itu... Seolah tak ada beban di pikiran sama sekali, seolah tak ada masalah yang datang silih berganti menghantui dari segala arah: depan, belakang, kanan dan kiri.

Namun, seiring berjalannya waktu, kini senyum kalian tampak berubah. Tak ada yang pudar, namun terlihat tak begitu ikhlas hingga manisnya berkurang. Begitu pun dengan canda tawa kalian, kini tak begitu lepas. Seakan-akan ada tali dan jangkar yang menjerat di leher kalian.

Ke manakah itu semua? Yang dulu pernah sakit hati, kecewa, dan putus asa. 
Aku bertanya kepada waktu, namun ia tak menjawab. 
Aku pun bertanya kepada kesempatan, namun ia pergi begitu saja. 
Lantas, harus bertanya kepada siapa, Sahabat? 


Salam dari Sahabatmu: Boim
Dalam sepinya Ngaliyan pukul empat pagi hari, sebelum sang surya muncul di bagian barat Indonesia.

Penulis: Boim
Editor: eikaz
Ilustrasi: az-ad