pmiigusdur.com - Namaku Mata Hari merupakan salah satu novel yang tercipta dari tangan seorang sastrawan Indonesia yaitu Remy Sylado.  Novel ini diterbitkan tahun 2010 dengan mengangkat biografi seorang tokoh wanita yang berpengaruh di dunia.

Menurut penulis, novel ini sangat menarik untuk dibaca, dikaji dan direnungkan. Karena isi keseluruhan novel ini dapat kita tinjau  dari berbagai sisi, mulai dari: Agama (problematika akan Tuhan di dalam diri manusia), sejarah (kehidupan terdalam bangsa Indonesia yang dijajah oleh Belanda serta keadaan sosial pasca Perang Dunia I), politik (konspirasi dan perang antar Negara Inggris, Perancis, Rusia, Jerman, Austria, dan Hongaria), kemanusiaan (memanusiakan manusia tanpa batasan agama, kasta, dan bangsa), percintaan (ketulusan, penghianatan, dan dendam), problematika dalam keluarga, dan banyak hal yang dapat ditinjau dari sisi feminisme. Semua pesan tersebut menjadi satu dalam sebuah kisah kehidupan seorang wanita yang namanya tetap abadi terkenang.

Penyajian jalan cerita Mata Hari memang tidak semenantang novel karya Eka Kurniawan yang menuntut kita untuk double fokus dan mengingat. Novel ini lebih kalem dalam penyampaian jalannya cerita, karena sangat mengalir dan natural. Meskipun begitu, hal itulah yang membuat pembaca lebih mudah mengikuti alur cerita novel ini. Bahasa yang digunakan sangat tidak monoton, karena banyak menggunakan kata-kata yang jarang ditemukan pada novel umumnya. Sehingga membuat pembaca tertantang untuk telaten mangartikan kata-kata yang dianggap asing dan lucu, terutama kata-kata dalam bahasa jawa yang akan menggelitik para pembaca.

Hal paling menarik dari novel ini adalah kuatnya pesan dari sisi kemanusiaan untuk  memanusiakan manusia yang ingin diangkat kembali setelah terpendam dalam kefanatikan buta terhadap agama, nasionalisme, keturunan, kasta, dan lainnya. Sikap tokoh utama Margaretha Geertruida, atau yang kemudian lebih memilih mengganti namanya menjadi Mata Hari yang terkesan liar, telah berhasil menelanjangi pemikiran kita. Untuk tidak mencederai nilai kemanusiaan dengan dalih kekuasaan atau kepentingan politik apalagi individu.

Selain dari sisi tersebut, terdapat pesan khusus kepada setiap wanita untuk tidak hanya terpaku pada keindahan tubuh (eksternal) saja. Tetapi seharusnya terus meningkatkan aspek kecerdasan (intelektual) yang akan menaikkan nilai seorang wanita. Tubuh hanyalah seoonggok daging yang sewaktu-waktu bisa membusuk. Berbeda dengan intelektual yang semakin berjalannya waktu akan selalu menjadikan wanita semakin memancarkan kekuatan karakternya.

Ditinjau dari sisi agama, ada kata-kata yang sangat membekas dalam ingatan penulis ketika di salah satu alur cerita Mata Hari berkata “Pakaian seperti Nabi tapi kelakuan seperti Babi” kata-kata ini menyimpan arti yang sangat besar khususnya bagi penulis pribadi, karena pakaian sering kali dijadikan tolak ukur akan kesolehan seseorang. Pakaian seolah menjadi pertanda akan ke-kaffah-an seseorang dalam beragama. Seolah-olah ketika pakaian sesuai dengan tekstualis agama maka finallah ia sebagai 'abdullah (hamba Allah). Bukan berarti dalam berpakaian tidak penting, tetapi kita harus menyadari bahwa pakaian hanya simbol di batas syariat ada aspek hakikat yang harus kita penuhi dan berusaha untuk digali.

Selain hal itu, latar belakang Mata Hari sebagai seorang Vrijdenker juga sangat mengesankan. Mampu menarik kita pada alur pemikiran matinya Tuhan dalam batinnya. Berbagai macam perasaan menjadi satu dalam novel ini yang membuat pembaca seolah terbangun untuk menyadarkan kembali setiap perasaan di hatinya

Novel ini menggambarkan sosok wanita yang sangat kuat terlepas dari pekerjaannya sebagai sundal dan penari eksotik. Ada begitu banyak konflik yang dapat dijadikan bahan perenungan. Menurut penulis, di beberapa sisi ada kesamaan dengan salah satu novel karya Muhidin M. Dahlan yang berjudul “Tuhan Izinkan aku menjadi Pelacur”. Keduanya mengangkat sosok wanita yang sebenarnya berlatar belakang baik namun berakhir sebagai wanita penghibur. Perbedaannya jika Dahlan mengawali cerita dari latar belakang agama, maka Remy Sylado membukanya dengan problematika dalam keluarga.

Novel Namaku Matahari menurut penulis cukup lebih baik dan masuk akal. Karena konflik yang dijelaskan begitu rinci dan sampai ke klimaksnya. Tidak terburu-buru dalam penyampaian, sehingga pembaca dapat memahami setiap tokoh yang terlibat di dalamnya. Berbeda dengan novel M. Dahlan  yang konfliknya lebih ramping dan terprioritaskan pada ranah agama saja.

Terakhir, novel ini tidak hanya menyajikan kisah hidup seorang wanita saja. Melainkan juga kisah seorang anak, istri, ibu, majikan, penari, pelacur, mata-mata, dan wanita biasa yang terbugkus dalam satu nama Mata Hari.

Judul
Namaku Matahari
Penulis
Remy Sylado
Penerbit
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan
Pertama, Tahun 2010
Tebal
562 Halaman
ISBN
978-9792262810
Peresensi
Yulita Putri



Peresensi lahir pada, 12 Juli 1999. Sekarang sedang mengampu pendidikan di Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Editor: Eykaz