Oleh: Ahmad Sajidin

pmiigusdur.com - Saat itu penulis memiliki janji menemui salah satu lawyer yang berbaik hati menawarkan kerjasama untuk menyumbangkan hand sanitizer dan penyemprotan disinfektan di daerah Kota Semarang yang membutuhkan. Senin, (23/03/2020). 

Rencana kami akan bertemu di salah satu kafe di Jln. Supeno III Semarang, pukul 15.00 WIB. Karena latar belakang penulis adalah GUSDURian dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Maka, seperti biasa kami agak molor tidak sesuai jadwal yang disepakati. Hal ini harus dimaklumi jika membuat janji dengan kami. Kalau tidak tahu tradisi molor tersebut, berati bukan kami yang salahmelainkan yang mengajaknya. (Bagian ini hanya bercanda ya gaes. Tapi memang sering begitu sih).

Sore itu penulis berangkat dengan Thoyyibatun Khofifah. Dia merupakan ketua Lembaga Studi Advokasi dan Perempuan (LPSAP) PMII Rayon Abdurrahman Wahid, yang sering melakukan pendampingan di daerah Brintik, atau secara administratif ditulis Jln. Wonosari VII, RT 06/03, Randusari, Kec. Semarang Selatan. Nantinya tempat itu akan dijadikan sebagai salah satu tempat yang kami tuju untuk mendapatkan bantuan hand sanitizer tersebut.

Kemudian penulis menghampiri aktivis legendaris kemanusiaan Kota Semarang. Beliau adalah ketua Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) yang sudah menjabat tiga tahun lebih dan tidak tahu reor-nya kapan. Tapi semangatnya patut ditiru oleh pegiat sosial kemanusiaan lainnya, khususnya di Kota Semarang. Soal inisial, pasti sudah banyak yang menganal siapa orang tersebut. Biasanya orang memanggilnya Mas Wawan, atau Gus Wawan karena sering berpeci, atau Pdt. (HC) Setyawan Budi karena beragama Kristen.

Tentu itu bukan persoalan, karena Gus Dur pernah berkata Tidak penting apa pun Agama atau Sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik buat semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu”. Ungkapan ini menjadi penting pada kondisi ini, agar seluruh elemen bangsa mengutamakan gotong royong ketimbang saling mencela dalam upaya melawan Covid-19 yang sudah menjadi pandemi global.

Sore itu kami berempat mengobrol soal bagaimana langkah yang akan kita ambil. Apa yang dapat kita perbantukan dalam membantu tenaga medis dalam upayanya mengatasi virus ini. Dan edukasi masayarakat untuk setidaknya meminimalisir penyebaran Covid-19 di Semarang yang sudah tergolong zona merah berdasarkan pantauan data Jateng Tanggap Covid-19, dapat diakses melalui laman https://corona.jatengprov.go.id/. Tentunya dalam pertemuan tersebut kami tetap menjaga jarak fisik dengan menerapkan jarak aman kisaran satu meter.

Dari pertemuan tersbut, akan ada dua hal yang akan kita galakkan. Pertama, membantu sosialiasi edukatif di masyarakat yang akan kita tuju, kemudian meyerahkan bantuan berupa hand sanitizer dan penyemprotan disinfektan bila memang diperlukan. Kedua, membantu pihak-pihak medis dalam upayanya mengatasi pasien Covid-19 di Kota Semarang.

Setelah satu jam mengobrol. Singkat cerita, diambil-lah sikap bahwa pada sore itu kita akan membagikan hand sanitizer bantuan dari Yayasan Rasadharma ke 2 lokasi. Yaitu di daerah Brintik dan di salah satu Rumah Sakit (RS) di daerah Semarang (Sengaja tidak disebutkan nama RS-nya karena ada kesepakatan penulis dan pihak penerima). Kemudian kami bergegas menuju RS yang dituju dengan prosedur masuk yang agak ketat. Kami menuju ruang posko siaga Covid-19 untuk bertemu salah satu dokter yang nantinya akan memberi keputusan, menerima atau menolak bantuan yang kami tentukan sesuai dengan kebutuhan RS tersebut.

Setelah menunggu sekitar satu jam, akhirnya dokter menemui kami dan menyambut baik maksud dan tujuan kami. Dokter tersebut kemudian cerita banyak soal pengalaman dan himbauan bagi kami, dan ini yang penting untuk penulis sampaikan dalam tulisan ini.

Kurang lebih apa yang diceritakan dokter tersebut begini;

Kami dari pihak RS berterimakasih banyak kepada anda sekalian yang sudah berkenan membantu pekerjaan yang sulit ini. Sebelum lebih lanjut, tolong jaga kerahasiaan identitas dan RS kami karena ini berkaitan dengan prosedur RS ini. Sebenarnya kami memang sangat butuh bantuan seperti hand sanitizer, disinfektan, untuk kita gunakan sebagai tambahan, karena memang kurang stoknya. Hari ini kami dalam membuat disinfektan pun kami buat secara mandiri. Mengingat hari-hari ini pasien jumlahnya melonjak dan ketersediaan alat seperti Alat Pelindung Diri (APD) untuk kamipun masih alakadarnya. Sebenarnya kami lebih membutuhkan APD tersbut, sebab sementara ini kami masih menggunakan jas hujan sebagai APD sementara (Sembari menunjukkan APD berbentuk jas hujan kepada kami).

Belum lagi tantangan untuk membangkitkan teman-teman perawat dari ketakutan dan melecut semangatnya untuk bersama-sama merawat pasien yang terindikasi Covid-19 yang hari ini total ada: 8 pasien. Ini benar-benar menjadi tantangan bagi kami. Bahkan setiap hari kami suplai vitamin terus menerus agar kondisi tim medis tetap kuat untuk melayani pasien yang ada. Belum lagi jika ada PDP yang masuk, kita harus benar-benar memastikan wilayah yang dilewati sebisa mungkin steril dan tidak menaruh perhatian sehingga membuat warga menjadi panik.

Kalau jenengan tahu, Mas. Kami ini sudah beberapa hari tidak bertemu dengan keluarga. Sekalipun bertemu, harus benar-benar memproteksi diri untuk menjaga jarak dan tidak pula berdekatan dengan anak-anak kami. Hal itu terpaksa kami lakukan, meski sesungguhnya memang berat. Karena sekarang lawan kita adalah lawan yang tidak terlihat, itu lebih sulit dibandingkan melawan yang terlihat meski mereka bersenjata lengkap.

Bantuan ini sangat penting untuk kami selaku tenaga medis, yang saat ini sedang berjuang melawan pandemi Covid-19. Himbauan-himbauan untuk selalu menjaga kebersihan, menjaga kesehatan, dan tetap di rumahkalau memang tidak ada keperluan yang benar-benar mendesak. Setidaknya itu bisa membantu kami sebagai tim medis.

Setelah itu kami langsung menyerahkan bantuaan kepada RS tersebut. Terakhir, dokter tersebut berpesan kepada kami "Nanti kalau ada apa-apa bisa hubungi saya saja ya, Mas." Kemudian kami pamit dan beranjak keluar.

Setelah kami pamit dari RS tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke Brintik untuk membagikan hand sanitizer kepada warga sekitar. Tidak banyak memang, tapi mudah-mudahan bermanfaat setidaknya untuk memberikan pencegahan. Dan yang paling penting dari pemberian tersebut adalah terdapat upaya edukatif untuk bersama-sama menjaga kebersihan seperti pesan dokter di atas.


Dok. Ahmad Sajidin - Memberikan Hand Sanitizer di Desa Brintik

Dari cerita dokter di atas, penulis berefleksi bahwa memang benar untuk hari-hari ini sebaiknya kita perlu memproteksi diri kita masing-masing. Dengan mengisolasi diri untuk sebisa mungkin tidak bertemu dengan banyak orang, menjaga kebersihan, dan perilaku hidup sehat lainya. Dengan begitu, kita sedikit membantu tenaga medis yang saat ini sudah kewalahan. Selain itu, hal ini dampak positifnya juga untuk diri kita sendiri. Jika anda benar-benar menyayangi diri anda, keluarga anda, dan semuanya, maka berperilaku seperti anjuran dokter tersebut wajib untuk dilakukan sampai benar-benar negara dan dunia ini selesai menghadapi wabah ini, terlebih bagi daerah yang sudah masuk zona merah maupun kuning.

Bagi yang daerahnya masih hijau, dalam arti hanya terdapat ODP dan jumlahnya sedikit tentu jangan menganggap remeh. Karena belum tentu sepenuhnya daerah tersebut benar-benar aman dan tidak terdapat orang yang berpotensi menularkan Covid-19. Hal ini berdasarkan pada peristiwa sore tadi, ada pasien yang berasal dari daerah yang ODP-nya rendah dan sekarang berstatus PDP. Artinya, dalam hal ini semua wilayah berpotensi terserang virus ini, dan menjadi kekhawatiran tersendiri jika wabah ini pada akhirnya masuk ke wilayah yang minim fasilitas kesehatan sebagai rujukan Covid-19. Tentu akan kesulitan jika di wilayah tersebut ada yang terpapar. Maka, intinya jangan sampai meremehkantetap ikhtiarjangan panik. Tetaplah di rumah jika tidak ada keperluan yang benar-benar mendesak untuk dilakukan.

#yuksalingjaga #yukdirumahsaja



Penulis: Ahmad Sajidin
Editor: eykaz
Ilustrasi: pmiigusdur.com