Oleh: Yulita Putri
pmiigusdur.com - Siapa yang tidak mengenal sosok laki-laki berkacamata dengan rambut khasnya ini? Belum lagi suaranyabelum lagi karya-karyanya. Ia adalah Jhon Winston Lennon atau yang lebih akrab disapa: Jhon Lennon. Pria berkelahiran pada, 9 Oktober 1940 ini merupakan pentolan group band yang sangat melegenda: The Beatles.

Jhon Lennon merupakan seorang penyanyi, pencipta lagu, instrumentalis, penulis, sekaligus aktivis politik. Karirnya paling menonjol adalah di bidang seni. Karyanya di dunia musik khususnya bersama The Beatles, telah banyak menghasilkan lagu-lagu yang mendunia kisaran tahun 1960-1970. Namun pada tahun 1970-1975, ia memulai menjalani karirnyasalah satu lagu yang paling sukses adalah Imagine. Sebuah lagu yang tercipta pada tahun 1971 oleh Jhon Lennon dan kekasihnya: Yoko Ono.

Imagine, seakan-akan membayangkan dunia lain dalam perspektif yang lebih luas. Lagu ini seperti suatu ungkapan tentang dunia idealis yang banyak diidamkan oleh banyak orang.

Namun, Imagine banyak dimaknai sebagai lagu yang mengajak kita untuk menjadi ateis (tidak bertuhan). Bahkan di salah satu sekolah yang ada di negara Pakistan, lagu ini dianggap menista agama. Lennon dianggap mengajak untuk tidak bertuhan melalui lagunya itu.

Sangat menarik untuk kita elaborasi makna apa sebenarnya yang terkandung dalam lagu ini, yang secara eksplisit lirik-liriknya banyak mengundang kontroversi dari berbagai kalangan.

Imagine there’s no heaven, it’s easy if you try, no hell below us, above us only sky, imagine all the people, living for today

Bayangkanlah tak ada surga, mudah bila engkau mau berusaha, tak ada neraka di bawah kita, di atas kita hanyalah langit, bayangkanlah semua orang hidup hanya hari ini.

Lirik ini saya rasa bermakna suatu sindiran bagi semua manusia yang melakukan sesuatu hanya karena suatu pengharapan surga neraka, yang entah kapan kita akan menjumpainya. Jhon lennon seperti mengajak kita untuk melakukan sesuatu bukan karena suatu hal yang masih bersifat fiksi. Tetapi ia benar-benar mengajak kita untuk melihat realitas yang hari ini terjadi dan melakukan suatu hal atas nama kebaikan.

Imagine there’s no countries, it is’nt hard to do, nothing to kill or die for, no religion too, imagine all the people, living life in peace

Bayangkanlah tak ada Negara, tidak sulit melakukannya, tak adala alasan untuk membunuh dan terbunuh, juga tak ada agama, bayangkan semua orang menjalani hidup dalam damai.

Lirik ini menurut saya yang paling menarik (paling banyak meimbulkan kesalahpahaman). Lennon menyejajarkan antara Negara dan Agama yang kerap kali mengundang pertikaian hingga peperangan.

Sejarah memang mencatat sangat banyak kesengsaraan atau pembunuhan terjadi karena perang antar negara yang tak kunjung usai. Bahkan tetap terjadi hingga 41 tahun kemudian seusai lagu ini dibuat. Kaum pasifis seperti Jhon Lennon memimpikan dunia tanpa kekerasan dan tanpa perang. Mereka membayangkan dunia tanpa negara yang di dalamnya semua orang bisa mengatur dirinya sendiri meraih kebaikan bersama dalam suatu interaksi yang damai.

Pandangan Lennon juga menerawang lebih jauh yaitu sebuah dunia tanpa agama, karena harus diakui bahwa kerap kali agama dijadikan sebagai sumber pertengkaran dan peperangan. Tidak sedikit peperangan yang melibatkatkan atau terkadang hendak menisbatkan semua peperangan kepada agama.

A.C Grayling dalam What is Good: The Search for The Best Way to Live dengan sangat gamblang mengatakan bahwa “semua penderitaan manusia selain yang disebabkan oleh penyakit dan berbagi keburukan alami, telah merupakan akibat dari konflik konflik yang diilhami agama dan penindasan-penindasan atas agama” Pernyataan sinis tersebut jelas dilatarbelakangi bukan dari esensi agama yang merupakan ajaran menuju perdamaaian dan kebaikan, tetapi akibat dari manusia yang mereduksi nilai agama.

Lennon seperti menyindir banyak khalayak bahhwa akan lebih baik tidak beragama tetapi kita hidup dalam perdamaian daripada harus beragama dengan banyak pertikaian dan peperangan (Bukan berarti Lennon mengajak kita untuk tidak beragama).

You may say Im a Dreamer, but Im not the only one, I hope some day you’ll join us, and the world will live as ones

Mungkin engkau kan berkata aku seorang pemimpi, tapi aku bukanlah satau-satunya, kuharap suatu saat engkau kan bergabung bersama kami dan dunia akan bersatu.

Dalam lirik ini saya merasa ada rasa keputusasaan, karena beberapa atau mungkin sudah termasuk banyak, menganggap dunia seperti itu hanyalah sesuatu yang utopis. Keputusasaan itu tetapi tidak absolut karena Lennon tetap optimis dengan mengajak yang lainnya untuk ikut bersama-sama menciptakan perdamaian.

“Imagine no possessions, I wonder if you can, no need for greed or hunger, A brotherhood of man, imagine of the people, sharing all the word”

Bayangkan tak ada harta benda, aku ragu apakah kau mampu, tak perlu rakus ataupun lapar, persaudaraan manusia, bayangkan semua orang, berbagi dunia ini

Lirik terakhir saya lebih suka mengkontekstualisasikan-nya dengan keadaan hari ini. Seperti tulisan saya yang lalu Menjelanjangi diridengan lagu Imagine milik Jhon Lennon Bait ini sangat pas untuk merespon hal-hal yang terjadi di tengah pandemi Covid-19. Bagaimana di tengah situasi pandemi Corona yang semakin menggila, kita tetap berbagi atas nama persaudaraan manusia mengesampingkan kerakusan dan ketakutan akan lapar.


Saya merasa, lagu ini justru sangat pas dijadikan sebagai salah satu lagu himne perdamaian dunia. Saya tidak menemukan sama sekali makna yang dinggap sebagai ajakan untuk tidak bertuhan, justru saya merasa lagu ini membawa kita kembali kepada Tuhan.

Jadi, apa esensi tertinggi dari mengimani Tuhan? Benarkah lagu ini membawa kita untuk tidak bertuhan?


Penulis adalah warga Bandar Lampung yang berusaha mewakili dirinya sendiri dalam menulis
Editor: eykaz
Ilustrasi: pmiigusdur.com