Dok. Pribadi

"Apa sih enaknya gabung komunitas percinta alam? Bukannya setiap orang bisa mencintai alam tanpa gabung komunitas?"

Pertanyaan agak sinis itu dilontarkan oleh salah satu teman saya ketika saya baru bergabung dengan salah satu komunitas percinta alam ditempat saya menimba ilmu, Kota Semarang. Mendengar pertanyaan itu, saya menjawabnya dengan enteng saja. Bahwa bergabung dengan komunitas percinta alam itu banyak manfaatnya. 

Semua bermula dari sebuah hobi mencoba hal-hal baru, saya mulai mencoba berkenalan dengan alam bebas. Awalnya Cuma ikut kegiatan camping salah satu komunitas percinta alam. Kebetulan komunitas percinta alam ini memiliki hubungan kultural dan ideologis dengan organisasi ekstra yang saya ikuti, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Komunitas Percinta Alam (KPA) Pashtunwali namanya.  

Berdiri pada 14 Desember 2014, KPA Pashtunwali didirikan atas dasar kesamaan visi dan minat dari kader PMII lintas angkatan dan rayon. Embrio KPA Pashtunwali bermula dari kelompok-kelompok kecil peminat kegiatan alam bebas, terutama pendakian gunung. Keinginan untuk membentuk organisasi didasari semangat meningkatkan penguasaan teori dan praktik lapangan kegiatan alam bebas disertai dengan pemahaman diskursus lingkungan. 

Meski demikian, keanggotaan KPA Pashtunwali tidak terbatas pada kader-kader PMII saja. Karena prinsip dari KPA Pashtunwali sangat menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan tolong-menolong. Nilai tersebut sesuai dengan makna filosofis nama “Pashtunwali”. Penamaan “Pashtunwali” berasal dari nama sebuah suku di pegunungan Afghanistan yang memiliki tradisi menjadikan siapa saja tamu mereka sebagai keluarga. Bahkan, untuk orang asing sekalipun. Mereka akan mengupayakan segala cara melindungi warga suku dan atau siapa saja tamu yang dianggap sebagai keluarga sendiri. 

Sebagai kader PMII, saya memaknai kecintaan terhadap alam merupakan bagian dari implementasi dari Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII “Hablun Minaal Alam”. Mencintai alam memiliki konsekuensi tak hanya sekadar menikmati dalam bentuk petualangan, kebutuhan story media sosial, atau ajang untuk pamer kepada teman-teman. Tetapi mencintai alam juga harus ikut serta melindungi alam dari segala bentuk ancaman perusak. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia memiliki berbagai macam masalah lingkungan, mulai dari eksploitasi alam, perubahan iklim, hingga membuang sampah sembarangan. Berbagai komunitas percinta alam akhirnya mencari solusi dan melindungi alam kita. KPA Pashtunwali mengkolaborasikan petualangan, diskusi, dan advokasi lingkungan hidup. 

Sebagai implementasi nyata wujud kepedulian dan kecintaan terhadap alam, KPA Pashtunwali ikut serta dalam kegiatan aksi pengawalan kebijakan pemerintah yang berpotensi merusak lingkungan seperti perubahan iklim. KPA Pashtunwali juga berusaha menghidupkan ruang-ruang dialog melalui diskusi-diskusi dan bedah film. 

Di alam bebas, KPA Pashtunwali terus berupaya untuk menjaga lingkungan agar tetap asri dan lestari seperti bersih pantai, bersih gunung, penanaman mangrove, pendakian gunung, dan kemah ceria anti sampah plastik. 

Namun, untuk bisa hidup di alam bebas tentu tidak asal-asalan. Perlu adanya bekal keterampilan dan pengetahuan. Sebagai contoh saja dalam kegiatan pendakian gunung. Banyak hal yang perlu dipersiapkan bukan hanya soal materi atau konsumsi. Tapi lebih dari itu, kemungkinan-kemungkinan akan hal yang tidak bisa diprediksikan harus bisa diantisipasi. Seperti kehabisan bekal, terpisah dari rombongan atau bahkan terjadi cidera. Itu semua bisa diantisipasi dengan adanya bekal keterampilan dan pengetahuan. 

Lantas bagaimana caranya agar bisa mendapatkan itu semua? 

Yaa, gabung KPA Pashtunwali jawabannya.


Oleh: Sedulur Kondek 

(Pernah Mapaba PMII Rayon Abdurrahman Wahid tahun 2017)