Ilustrasi toleransi dalam masyarakat yang heterogen: iStock
Definisi Toleransi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransi berarti sifat atau sikap toleran, batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan secara istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.

Ramadhani (2013: 14) mengemukakan, toleransi dimaknai sebagai tasamuh dalam Bahasa Arab. Tasamuh merupakan pendirian atau sikap termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian yang beraneka ragam meskipun tidak sependapat dengannya. Namun, menurut Hilali dalam Islam istilah toleransi lebih dekat hubungannya dengan As-Samahah yaitu kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan, lapang dada karena kebersihan dan ketakwaan, kelemah lembutan karena kemudahan, rendah hati di depan sesama muslim bukan karena hina, mudah bergaul dengan siapa pun tanpa penipuan dan kelalaian.

Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuhkembangkan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada, serta menjadi entry point bagi terwujudnya suasana dialog dan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat. Sehingga toleransi harus menjadi kesadaran kolektif seluruh kelompok masyarakat mulai dari tingkat anak-anak hingga orang dewasa. (Qowaid, 2013)

Berdasarkan pemaparan mengenai pengertian toleransi, penulis berpendapat  bahwa toleransi adalah suatu sikap menghargai dan menerima satu sama lain walau terjadi perbedaan baik dari adat, suku, budaya, ras dan agama sehingga orang lain juga mendapatkan hak-haknya dengan tujuan menciptakan kehidupan yang rukun, damai, aman dan tentram serta harmonis.

Urgensi Toleransi Bagi Bangsa Indonesia

Toleransi sudah dikenal sejak dahulu pada masa Nabi Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan dengan adanya Piagam Madinah. Dimana Nabi dalam merumuskannya tidak hanya memerhatikan kepentingan atau kemaslahatan masyarakat muslim, namun juga memerhatikan kemaslahatan masyarakat non-muslim. Tujuan utama dari piagam Madinah adalah mempersatukan penduduk secara integral yang terdiri dari unsur-unsur  heterogen. Sehingga dengan adanya Piagam Madinah seluruh warga Madinah baik dari orang-orang Islam (Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar) dan orang-orang Yahudi terjamin keamanan dan kebebasan tiap-tiap penduduknya. Sebagaimana Piagam Madinah pada masa Nabi Muhammad, Negara tercinta Republik Indonesia ini juga memiliki sebuah pengikat persatuan dan kesatuan bangsa yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Dalam Pembukaan UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 telah disebutkan, bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya sendiri-sendiri dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya”.

Republik Indonesia sebagai negara yang besar dengan sejarah dan peradaban yang panjang, sehingga memiliki banyak keragaman dan kebhinnekaan yang sangat besar dipandang dari etnik, budaya bahasa, tradisi dan agama. Bangsa Indonesia ditakdirkan sebagai bangsa yang hidup dalam pluralitas dan kebhinnekaan. Keragaman ini merupakan sebuah anugrah yang membuat suatu keunikan dan kekhasan bagi bangsa. Keragaman bangsa yang menjadi jati diri bangsa Indonesia ini harus menjadi sebuah kewajiban bagi Bangsa Indonesia, yaitu dengan membangun kehidupan yang toleran terhadap semua perbedaan. Sehingga setiap komponen bangsa harus saling berkolaborasi turut aktif untuk menjaga keutuhan dan kekuatan bangsa, ada beberapa prinsip persatuan dan kesatuan bangsa bagi bangsa Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika, nasionalisme, kebebasan bertanggungjawab dan sikap toleransi. Sikap toleransi merupakan hal yang penting untuk ditumbuhkan agar tercapai kehidupan yang damai dan tentram serta menjadi negara yang baldatun thayyibatun warobbun ghofur.

Tahapan Memperkuat Toleransi

Negara Indonesia terkenal akan strata sosial yang heterogen sehingga diperlukan suatu pemersatu di antara semua perbedaan, yaitu melalui toleransi. Hakikat dari toleransi adalah menerima semua perbedaan, maka hal ini perlu ditumbuhkan dan dikuatkan dalam benak warga negara Indonesia. Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk memperkuat toleransi adalah sebagai berikut.

1.      Memahami perbedaan

Perbedaan yang ada bukan digunakan untuk mengkotak-kotakkan. Melainkan, perbedaan itu indah dan membuat kita kaya akan sudut pandang dan pola pikir. Sebagaimana halnya pelangi yang menjadi cantik karena gabungan dari beberapa warna maka jadikanlah perbedaan sebagai warna pelangi yang kita gabungkan untuk menjadi cantik seperti halnya pelangi. Bagaimanapun setiap orang tidak akan memiliki pemikiran yang sama.

2.    Menjalin pertemanan dan memperbanyak relasi dengan orang yang berbeda

Kebiasaan hidup dalam lingkungan yang homogen tidak salah kita tinggal sejenak untuk mencoba bergaul dengan orang yang berbeda. Justru langkah itu akan membangun sikap toleransi. Perbanyak juga menjalin pertemanan dengan orang yang berbeda baik dari budaya, agama, suku hingga kondisi fisiknya. Dengan langkah itu, kita akan mendapatkan pelajaran untuk lebih menghargai perbedaan.

3.    Meperkuatkan rasa empati

Menghindari sikap egois dengan menempatkan seandainya diposisi orang lain adalah suatu cara untuk menumbuhkan dan menguatkan rasa empati terhadap sesama. Sebagaimana halnya kita tidak memaksakan pendapat kita untuk diterima oleh orang lain adalah suatu upaya untuk mnguatkan rasa empati terhadap sesama.

4     Tidak berlebihan dalam menyampaikan apresiasi dan kritik

Setiap orang pasti mempunyai pendapatnya masing-masing dan setiap orang juga bebas untuk mengutarakan yang terpenting adalah dalam penuturannya tidak menyakiti perasaan orang lain yang berbeda pandangan. Begitu pula dalam menyanggah pendapat orang lain. Beri sanggahan yang sewajarnya dengan memberi apresiasi terlebih dahulu baru mengungkapkan dengan sopan.  

5.    Bergabung ke komunitas atau gerakan yang berikilim toleransi

       Perluas wawasan dan juga relasi kebangsaan dengan bergabung disuatu komunitas gerakan toleransi. Selain itu kita juga akan mendapat inspirasi serta terlibat secara langsung dalam aksi toleransi yang akan berdampak signifikan untuk kehidupan berbangsa dan bertanah air.

 

6.    Memperkuat dasar-dasar kerukunan

       Dasar-dasar kerukunan harus kita pupuk baik dari kerukunan internal dan antarumat beragama, serta antar umat beragama dengan pemerintah. Dengan adanya kolaborasi dari seluruh strata sosial maka sikap toleransi akan terwujud dan terlaksana.

Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Sikap Toleransi

Orang-orang yang memiliki sikap toleransi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.      Orang yang memiliki sikap toleransi tidak akan memaksakan kehendaknya terhadap orang lain serta memberikan kesempatan oarang lain sesuai dengan kehendaknya.

2.    Orang yang memiliki sikap toleransi pasti akan selalu menghormati orang lain walaupun berbeda dengannya.

3.      Orang yang memiliki sikap toleransi pasti akan bergaul dengan siapapun tanpa memandang agama, ras, budaya, adat bahkan kondisi fisik.

4.       Orang yang memiliki sikap toleransi pasti akan mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

5.      Orang yang memiliki sikap toleransi pasti akan memiliki wawasan yang luas sehingga tidak kaget ketika ada oarang yang berbeda dengannya.

6.       Orang yang memiliki sikap toleransi akan selalu tolong menolong tanpa melihat siapa yang di tolong.

7.       Orang yang memiliki sikap toleransi pasti akan menyadari adanya keragaman budaya yang ada tanpa mencampuradukannya.

8.       Orang yang memiliki sikap toleransi akan selalu menghormati dan menghargai orang lain.

9.   Orang yang memiliki sikap toleransi pasti akan selalu bersikap baik terhadap siapapun tanpa melihat strata sosial.

10.  Orang yang memiliki sikap toleransi adalah orang yang senantiasa mencintai perdamaian.

Ayat Al-Qur’an Tentang Toleransi

            Sikap toleransi juga dijelaskan dalam salah satu surah di Al-Qur’an yaitu surat Al-Kafirun ayat 1-5 sebagai berikut.

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١﴾ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾

Artinya:

1. Katakanlah: Hai orang-orang kafir

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah

3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah

4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah

5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah

6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku

            Tema utamanya adalah penolakan terhadap ajakan kaum musrikin untuk menyatukan ajaran agama dalam rangka mencapai kompromi. Sambil mengajak untuk melaksanakan ajaran agamanya masing-masing tanpa mengganggu satu sama lain.

Isi pokok dari surat ini adalah pernyataan bahwa tuhan yang disembah Nabi Muhammad Saw dan pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang kafir dan nabi muhammad saw tidak akan menyembah apa yang disembah oleh kaum musyrikin.

            Kandungan utama dari surat al-kafirun adalah mengajarkan suatu sikap toleransi antar umat beragama. Dari surat al-kafirun dikemukakan bahwa toleransi memiliki batasan yang tidak boleh dilanggar yaitu yang berkenaan dengan akidah. Maka kita jadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama dan sebagi dasar sudah mengatur batasan-batasan dalam bertoleransi yang baik dan benar.

Kata Mutiara tentang Toleransi

“Toleransi menyiratkan tidak adanya komitmen terhadap keyakinan sendiri. Melainkan mengutuk penindasan atau penganiayaan terhadap orang lain." - John F. Kennedy

"Jika peradaban ingin bertahan hidup, kita harus mengembangkan ilmu hubungan manusia - kemampuan semua orang, dari semua jenis, untuk hidup bersama, di dunia yang sama dalam damai." - Franklin D. Roosevelt

"Hasil pendidikan tertinggi adalah toleransi." - Hellen Keller

“Tidak ada yang terlahir dengan membenci orang lain karena warna kulitnya, latar belakangnya, atau agamanya. Orang harus belajar membenci, dan jika mereka bisa belajar membenci, mereka bisa diajari untuk mencintai, karena cinta datang lebih alami ke hati manusia daripada kebalikannya." - Nelson Mandela.

“Bukan hak saya untuk menilai kehidupan orang lain. Saya harus menilai, saya harus memilih, saya harus menolak, murni untuk diri saya sendiri. Untuk diriku sendiri. " - Herman Hesse, Siddhartha

"Tidak ada toleransi yang terwujud tanpa ketegasan pada perilaku non-toleran." - Najwa Shihab

"Namun orang yang bijak akan menerima segala bentuk perbedaan sebagai kekayaan, karena keseragaman pikiran sungguh-sungguh memiskinkan kemanusiaan." - Seno Gumira Ajida

"Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya." - Gus Dur.


Penulis: David Maulana Ghufron