Ilustrasi pendidikan karakter di era globalisasi: Pixabay |
Pmiigusdur- Pendidikan di Indonesia dipandang masih berkualitas rendah jika dibandingkan dengan pendidikan negara-negara maju macam Finlandia yang sudah dikenal dunia sebagai negara dengan Pendidikan terbaik. hal ini dibuktikan dengan merebaknya mindset sebagian penduduk Indonesia yang lebih mementingkan bekerja di usia muda, dibanding menuntut ilmu yang berguna untuk masa yang akan datang. Sebagian dari penduduk Indonesia menganggap bahwa belajar hanya tindakan yang membuang-buang waktu saja, ada hal yang lebih kongkrit yaitu bekerja lalu mendapatkan uang dari pada belajar yang belum jelas hasilnya. Hal ini tentu berdampak pada paradigma sempit masyarakat tentang Pendidikan dan berdampak kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi
Era globalisasi menghadirkan perkembangan teknologi yang begitu pesat, hal ini berdampak pada masifnya informasi yang tak terkendali dan tidak tersaring secara bijak jika di imbangi dengan pengetahuan yang memadai. sehingga informasi apapun mudah tersebar luas, misalnya informasi di media sosial tentang pergaulan dan budaya barat yang negatif yang mengakibatkan berbagai nilai negatif dari luar negeri mudah masuk dan mempengaruhi pemikiran maupun karakter generasi muda seperti tidak punya rasa malu, berpakaian fullgar tidak sesuai budaya timur.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan salah satu kunci dalam kelangsungan hidup manusia, baik secara individu, kelompok maupun masyarakat. mengapa demikian? Dalam sebuah hadis dikatakan “ Jika kita menginginkan dunia, maka harus berilmu (tentang dunia), dan barang siapa yang menginginkan akhirat maka harus berilmu (ilmu akhirat)”. Hal itu menandakan jika kedudukan Pendidikan untuk memperoleh suatu pengetahuan sangat penting bagi manusia. Sehingga perlu ditanamkan kesadaran dan keyakinan bahwa pendidikan dapat membimbing anak agar tidak salah arah dalam menuju kebahagiaan dan keselamatan hidup sebagai individu atau masyarakat.
Urgensi Pendidikan Karakter
Ki Hajar Dewantara mengajarkan pada kita untuk menanamkan pendidikan yang berlandaskan pada kodrat alam dan kodrat zaman. Maksudnya adalah pendidikan dilaksanakan dan didasarkan pada lingkungan tempat tinggal peserta didik, sehingga anak lebih mudah mendapat pengalaman belajar karena sumber belajarnya berasal dari pengalaman hidup daerah masing-masing peserta didik. Sedangkan pendidikan dengan kodrat zaman adalah pendidikan dengan pola pikir abad 21. Peserta didik diharapkan dapat mempunyai empat keterampilan yaitu berpikir kritis, kreatif, kolaborasi, dan komunikasi untuk mewujudkan pelajar yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Pendapat ini mempunyai relevansi yang sangat erat untuk membangun karakter dan budi pekerti peserta didik.
Pendidikan karakter merupakan inti dari pendidikan. Tingkah laku peserta didik dapat ditentukan oleh kebiasaan yang diajarkan kepadanya. Apabila dia dibiasakan untuk berbuat baik maka dia akan melakukan perbuatan baik, begitu juga sebaliknya. Pendidikan agama dan karakter merupakan landasan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar dan sebagai salah satu antisipasi agar pesserta didik terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan agama di era globalisasi saat ini. Kuatnya pendidikan agama akan menciptakan generasi penerus yang berkarakter dan berkualitas. Secara umum, ruang lingkup pendidikan karakter adalah penanaman dan pengembangan nilai, sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti luhur. Karakter bukan hanya bersifat personal seperti adil dan jujur, akan tetapi juga mencakup pada dimensi publik yakni terciptanya etika kolektif yang didasarkan pada kesadaran masing-masing pribadi akan nilai karakteritas, sehingga mampu diterapkan dalam kehidupan sosial masyarakat.
Pemanfaatan Era Globalisasi Untuk Pendidikan Karakter
Era globalisasi juga memiliki dampak positif terhadap pendidikan karakter, karena dampak globalisasi dengan dilengkapi teknologi, saat ini orang bisa tahu budaya sopan santun melalui sumber-sumber informasi dari internet, dengan membaca dan mengikuti akun-akun yang memuat informasi tersebut, misalnya akun pondok pesantren seperti Lirboyo kediri, dulu untuk mengetahui budaya santri serta tindak-tanduknya dan pola hubunganya dengan Kyai harus berada di pesantren terlebih dahulu, tetapi hari ini kita dimudahkan hanya dengan memfollow akunya dan melihatnya lewat you tube atau google kita bisa mencontohnya sekalipun kita tidak ada disana. Hal ini menjadikan pendidikan karakter dan agama sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi permasalahan sosial yang ada di tengah masyarakat, juga terbantu dengan kemudahan akses informasi yang ada. Maka, perlu adanya kesadaran dari masing-masing individu serta kelompok untuk memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mendatangkan kemaslahatan bersama dalam upaya mengatasi krisis Pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter akan tercapai secara optimal jika kita menganggap Pendidikan itu proses yang penting bagi kehidupan kita dan memanfaatkan teknologi informasi di era sekarang untuk pembangunan karakter anak bangsa.
Penulis: Habib
Editor: Sajidin
0 Komentar