Ilustrasi orang sedang berdo'a oleh: Dai

Tuhan tidak melihat gelap dosa

Langit yang muram

Rembulan terang yang tercabik warna emasnya

Ataupun dada yang pernah robek mengalirkan warna merah semerah langit sore

 

Bayang-bayang pun sembunyi

Di antara sela-sela kaki letih berdiri

Di bawah reruntuhan kota-kota yang mulai melengang

Tak isyaratkan wajah Tuhan akan cepat berlalu di gemuruh nadiku

 

Dia merapal jejakku

Menyandingkannya dengan warna tanah yang teramat merah

Juga beberapa serpihan doa-doa yang menghitam

Mengeram dipelukan lengan-lenganNya

Pada sebuah perjalanan yang tak ada ujungnya

 

Apapun pasti akan cemburu

Melihat kasih disimpul mati

Walau dosa-dosa sanggup merobek kulitku ini

Menyayat bulan hingga tinggal separuh

Memecahkan sebuah gelas hingga tak utuh

Batu-batu pun akan meronta di dadaku hingga hancur luluh

Dan senyap itu akhirnya pelan-pelan menanam sepasang rindu

Menyirnakan ribuan dengung kumbang yang bertengger di kepalaku

Atau manisnya kepak kupu-kupu di mataku

 

Kekasih, inikah percintaan yang tanpa batas itu

Bahasa-bahasa jiwa

Yang dulu meringkuk menyiulkan getir perpisahan

Rupanya kesendirian ini awal mula ketiadaan

Dan Engkau, menyapihku menyusu pada puting-puting kefanaan

Namun, memang, serupa bunyi letusan mesiu

Kepalaku selalu melahirkan curiga

Tentang segala, ya segala hal

Tentang segala yang kuartikan mendung ataupun hujan

Bahwa ada buah-buah kesuraman yang dimekarkan

Dan hingga, doa-doa selalu saja menulis dirinya sendiri untuk bercakap dengan Tuhan

 

Karya: Ngadi Nugroho

Kaliwungu, 2023