Ilsutrasi Ivan Illich: Da'i |
Perjalanan Hidup Ivan
Illich
Ivan Illich, lahir di Wina tahun 1926. Illich
menjalani pendidikan Teologi di Universitas Gregoria, Roma. Dalam ilmu sejarah,
Ia meraih gelar doktor di Universitas Salzburg. Atas gelarnya tersebut, Illich diangkat
menjadi imam Gereja Katolik Roma. Pada tahun 1951, Illich pergi ke New York,
Amerika Serikat dan melahirkan banyak karya di antara imigran Irlandia di
Puerto Rico. Kemudian, pada tahun 1956-1976, Illich lebih produktif di bidang
penelitian penelitian dan seminar mengenai Instituonal Alternative in a
Technolgical Society. Fokus studinya, ia fokuskan mengenai Amerika Latin.
Illich memiliki gaya yang menentang arus
dan memiliki komitmen pada “Humanisme Radikal” yang membawanya menjadi seorang “hero”
bagi kaum Katolik Kiri. Hal ini seperti Romo Mangun yang ada di Indonesia. Gaya
seperti ini banyak tidak diketahui oleh hierarki gereja dan lembaga-lembaga
umum (konvensional). Karya-karya Ivan Illich yang berupa essai banyak tersebar
di The New York Review, The Saturday Review, Esprit, Kursbuch, Siempre,
America, Commenwealth, Espreuves dan Temps Modern.
Adapun karyanya yang berbentuk buku di
antaranya: Deschooling Society yang telah diterjemehkan menjadi “Bebaskan
Masyarakat dari Belenggu Sekolah”. Karya yang satu ini telah mendapat
penghargaan dari World Board of Education. Karyanya yang lain, pada tahun 1995,
yakni Medical Namesis juga telah diterjemahkan menjadi “Batas-batas
Pengobatan”. Selain itu, ia juga telah menghasilkan buku dengan judul Celebration
of Awarenes, Tool for Convivality, Energy and Equity, Shadow Work,
dan Vernacular Gender. Vernacular Gender pun telah diterjemahkan
menjadi “Matinya Gender”.
Pendidikan Kritis Ivan
Illich
Ivan Illich telah melihat dominasi sekolah
yang luar biasa sebagai pemegang otoritas dalam pendidikan dan pembelajaran.
Sekolah yang awalnya merupakan kegiatan manusia untuk mengisi luang telah
berubah menjadi suatu yang wajib diikuti oleh semua orang, baik warga negara
dari Puerto Rico, New York dan hampir di semua negara di belahan dunia ini.
Institusi sekolah telah memonopoli pendidikan dan pembelajaran.
Pergeseran peran dari mengisi waktu luang
menjadi suatu yang wajib dalam perspektif Ivan Illich, telah membawa dampak
besar dan sangat membahayakan. Orang akan dianggap gagal dalam hidupnya hanya karena
tidak dapat tamat di pendidikan dasar. Bahkan, anak dinilai menjadi beban
negara dan menurunkan citra negara di mata negara lain, karena gagal sekolah.
Peran sistem sekolah dalam posisi yang
sangat dominan seperti ini secara langsung telah membunuh keberadaan
pembelajaran-pembelajaran yang dilakukan orang di luar sistem sekolah.
Menjadikan aktivitas pembelajaran sebagai komoditas. Orang-orang yang melakukan
pembelajaran mandiri, mereka dikatakan ilegal, tidak diakui, ataupun tidak
dipandang oleh masyarakat sebagai suatu yang bermakna. Sebagaimana hadirnya
dominasi medis di dunia kesehatan. Praktek pengobatan tradisional dikatakan
melanggar dan tidak diberi ruang dalam kehidupan masyarakat dan dianggap
sebagai suatu bentuk pelanggaran dalam menangani penyakit.
Fenomena sekolah yang menggeser aktivitas belajar
menjadi komoditas yang diperjualbelikan bisa membawa kepada hal-hal yang kadang
di luar nalar. Apa yang dikatakan Pierre Bourdieo sebagai kekerasan simbolik, di
mana secara tidak sadar kadang guru atau sekolah membuat aturan yang
menguntungkan anak-anak yang mampu melayani mereka. Atau juga menguntungkan
anak yang punya fasilitas dan di sisi lain menomorduakan orang-orang miskin.
Dalam konteks Indonesia, dominasi ini juga
terjadi. Menjadi suatu hal yang aneh bahkan bisa disebut sebuah kejahatan jika
ada orang tua yang mempunyai anak di usia sekolah namun tidak dimasukkan ke
sekolah. Dinas pendidikan setempat akan datang dan menanyakan apa sebabnya.
Bahkan tidak segan-segan akan membujuk orang tuanya untuk memasukkan anaknya ke
sekolah dan digratiskan. Hal ini dilakukan karena pemerintah menerapkan aturan
untuk setiap tahunnya Angka Partisipasi Anak (APA) dalam pembelajaran harus
meningkat. Bahkan hal ini secara global dalam Millenium Development Goals
(MDGis) dijadikan sebagai salah satu indikator pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM).
Kritik Ivan Illich terhadap Pendidikan,
yaitu Komersialisasi Pendidikan. Dari komersialisasi Pendidikan melahirkan 3
permasalahan Pendidikan, yaitu:
- Biaya Pendidikan yang ada disekolah-sekolah menjadi ladang bisnis.
- Pengelompokkan kasta.
- Lembaga-lembaga Pendidikan yang mahal.
Penulis:
Naila Silmi Kaffah
Editor:
Fathur
0 Komentar