Jika keadaan bumi kita sudah rusak, maka bisa
dikatakan sekarang keadaan bumi sudah berada di fase kritis. Kerusakan Sumber
Daya Alam (SDA) di Indonesia yang semakin hari semakin bertambah, akan menimbulkan
banyak bencana alam yang membahayakan kehidupan manusia. Data terbaru dari University of Maryland yang
diterbitkan melalui Global Forest Watch mencatat
bahwa tingkat kehilangan tutupan pohon di Indonesia telah menurun
sebesar 60 persen. Selain itu, Global Forest Watch juga
melaporkan tingkat kehilangan hutan primer di Indonesia terus menurun pada
tahun 2021 selama lima tahun berturut-turut, yaitu daerah tropis
kehilangan 11% lebih sedikit hutan primer dibandingkan
tahun 2020, setelah meningkat sebelumnya sebanyak 12% sejak 2019
hingga 2020 yang sebagian besar disebabkan oleh kebakaran hutan. Hutan
primer di lahan gambut yang terlindungi telah menurun 88 persen antara tahun
2016 dan 2017. Pada tahun 2020, Indonesia telah kehilangan 270 ribu hektare
lahan hutan primer. Kemudian, kehilangan 200 ribu hektare hutan primer pada
2021. Kasus penebangan hutan, pembakaran hutan, dan alih fungsi lahan yang
menyebabkan kegundulan hutan terus melonjak. Kondisi ini semakin diperparah dengan maraknya pelanggaran
yang dilakukan manusia, seperti penebangan pohon, membuang sampah tidak pada
tempatnya, dan pelanggaran lainnya. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi
kelangsungan lingkungan hidup. Akibat rusaknya lingkungan yang umumnya
dilakukan oleh tangan manusia, bencana alam pun semakin sering terjadi seperti
banjir, krisis iklim, hingga pemanasan global. Selain itu, kerusakan lingkungan
juga disebabkan oleh negara yang lebih mementingkan kepentingan para pemodal
dibandingkan menjaga lingkungan lewat regulasi untuk kepentingan masyarakat
seperti keberpihakan kepada korporasi besar batu bara yang
ditampilkan dalam film sexy killer oleh watchdoc yang
menceritakan soal silang sengkarut kepentingan elit politik dan pengusaha pada
pilpres 2019.
Tidak hanya itu, permasalahan lingkungan di Indonesia
juga dapat dilihat dari sudut pandang kepedulian masyarakat terhadap
lingkungan. Kepedulian masyarakat Indonesia terhadap isu lingkungan terbilang
rendah. Hal ini tercermin dari penggunaan plastik yang sangat banyak di
Indonesia. Pertumbuhan industri kemasan plastik dipengaruhi oleh permintaan
dari pelanggan. Kemasan plastik kemudian menjadi sampah yang jika tidak
dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan 3,22 juta ton sampah plastik setiap
tahunnya. BPS tahun 2018 telah merilis data terkait Indeks Perilaku
Ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan (IPKLH) menunjukan angka
ketidakpedulian masyarakat di Indonesia terhadap lingkungan sangat tinggi.
Contohnya terkait dengan pengelolaan sampah, indeks IPKLH menunjukan angka
sebesar 0,72 yang dapat diartikan bahwa tingkat ketidak pedulian masyarakat
terhadap pengelolaan sampah sangat tinggi (Red: Semakin mendekati 1 semakin
besar). Hal ini harus menjadi perhatian serius bagi seluruh komponen
masyarakat.
Ibarat orang yang sakit, bumi yang dalam keadaan
kritis ini juga harus segera diobati. Fakta lapangan menunjukan kerusakan
lingkungan sudah ditunjukkan di depan mata. Akibatnya juga sudah dirasakan
mulai dari perubahan iklim, sampah yang makin menumpuk, hingga kurangnya udara
segar akibat banyak pohon-pohon yang ditebang. Memang agak sulit untuk
menciptakan gerakan kolektif sadar lingkungan. Masyarakat menganggap bahwa
bencana lingkungan adalah hal yang lumrah dan tidak perlu ditangani dengan
serius. Bahkan, ada yang menganggap bahwa kerusakan lingkungan adalah azab dari
Tuhan (tidak menjalankan syariat agama dengan baik). Sehingga kerusakan
lingkungan pun terasa menjadi hal yang biasa saja dan tidak perlu ditanggapi
dengan serius. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan perlu dilakukan oleh
semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.
Berbagai peran tersebut tentu saja tidak dapat
terlaksana jika tidak ada dukungan terhadap pendidikan konsumsi berkelanjutan.
Perlu adanya dukungan dari seluruh komponen, mulai dari pemerintah dan seluruh
elemen masyarakat. Selain itu, juga diperlukan pemahaman bersama oleh seluruh
pendidik di Indonesia akan konsep Pendidikan konsumsi berkelanjutan yang
nantinya dapat dimasukan kedalam kurikulum Pendidikan yang ada di seluruh
institusi pendidikan kita.
Karya: Agustin
Editor: Sajidin
0 Komentar