Ilustrasi Pemuda yang Malang:istockphoto.com 

Pak Amir merupakan salah satu warga di desa mekar yang memiliki jabatan di dalamnya. Pak Amir sudah berkeluarga dan memiliki dua orang anak. Saat ini pak Amir menjabat sebagai petugas keamanan di desa mekar. Setiap harinya Pak Amir berkeliling dan menyusuri sudut desa untuk memastikan keamanan bersama dua orang temannya Memed dan Aslan. Namun, tanpa dipungkiri  setelah sekian lama menjabat sebagai petugas keamanan Pak Amir selalu menggunakan kekerasan, serakahnya dan semena-semena dalam bertindak. 

          Pada suatu hari saat berkeliling di sekitar desa mekar, Pak Amir melewati seorang bapak tua namanya Mahmud, yang sedang mengais rejeki dengan menangkap ikan.

          Pak Amir melihat tangkapan ikan yang terkumpul di ember begitu banyak. Tanpa pikir panjang langkahnya menghampiri Pak Mahmud, merebut dan mengambil paksa hasil tangkapannya, sehingga mendorong Pak Mahmud sampai jatuh. Lalu, Pak Amir membawa tangkapannya  pulang ke rumah dengan rasa senang, karena  yang dia inginkan hari ini untuk makan ikan tercapai. Tapi, tidak dengan pak mahmud yang tadi hasil tangkapan nya diambil paksa. Seharusnya hari ini ia dapat memakan hidangan yang enak dan sisanya bisa di jual ke pasar, malah kepulangannya dengan hati bersedih dan hanya membawa tangan kosong. 

***

           Sesampainya dirumah istrinya pun bertanya,

Istri: "Mana hasil tangkapan hari ini pak?"

Pak Mahmud: "....." -Masih diem.

Istri: "Kenapa pak? Lalu, mana ini ikan nya? Ibu mau masak buat bapak dan sisanya untuk kita jual ke pasar."

Pak Mahmud: "Maaf bu, hari ini bapak tak dapat sekali ikannya."

Istri: "Tidak mungkin pak, biasa nya juga dua atau tiga ikan pasti bapak membawanya pulang untuk kami. Kenapa pak? Kemana ikannya?"

Pak Mahmud: "Ikannya diambil sama pak amir bu."

Istri  : "Apa? Pak Amir? Petugas keamanan desa sini?"

Bapak Mahmud: "Iya bu"

Istri: "Ya sudah pak, masuk dulu ibu buatin telur."

          Dengan hati yang penuh amarah, istrinya pun tak terima dan ingin membalas perbuatan Pak Amir. Karena bagi keluarga pak mahmud menangkap ikan sudah menjadi sumber rejeki, untuk mereka bertahan hidup dalam mencukupi kebutuhan.

          Namun, membalas perbuatan pak amir akan menjadi sia-sia bagi Istri Pak Mahmud, karena Pak Amir disini memiliki jabatan dan mempunyai bekingan dari atasannya. Lemah dan tanpa kekuatan untuk membalas, istri Pak Mahmud hanya bisa pasrah dan berdoa agar diberikan hukuman yang setimpal bagi Pak Amir, agar tidak menggunakan jabatan untuk melakukan tindakan yang semena-mena. 

          Terlukis bahagia pada hati Pak Amir, terlihat senyum lebar pada bibirnya, karena melihat anak dan istrinya menyantap hidangan dengan lahap, dan menghiraukan dari apa yang telah dilakukan pada pak mahmud yang membuat mereka kehilangan sumber rejekinya hari ini. 

***

          Tujuh hari selang berlalu dari kejadian itu, semenjak kemaren tangan kanan pak amir sering merasa kesakitan, bahkan saat bertugas sakit pada tangannya datang tiba-tiba. Tapi, pak amir mengira sakit di tangan kanannya ini hanya karena pegal, sebab sebelumnya ia pernah mengangkat barang yang berat. 

          Hari esoknya pun, tangan pak amir merasakan sakit lagi. Semakin hari semakin menusuk, menerpa sekujur tangan kanan pak amir, tidak hanya bertahan dua atau sampai tiga hari saja, tapi ini terus berkelanjutan. Bahkan tugasnya untuk memastikan keamanan di desa mekar pada hari ini dan hari-hari sebelumnya harus terbengkalai, karena menahan sakit ditangannya. 

          Memed dan Aslan teman pak amir saat bertugas pun datang ke rumah untuk menjenguk dan melihat keadaan.

Memed: "Bagaimana pak, apakah sudah membaik?"

Pak Amir: "Semakin hari malah tambah sakit, med."

Memed: "Bukannya sudah diperiksakan, pak?"

Pak Amir: "Sudah med, tapi ya begini masih sakit saja, malah dokternya bilang tidak memiliki gejala apapun."

Memed: "Diamputasi saja pak."

Aslan : "Iya pak, semoga saja setelah diamputasi rasa sakit di tangan kanannya sudah hilang."

          Pak Amir memikirkan saran dari memed. Dalam hati Pak Amir tak ingin kehilangan salah satu tangannya, tapi kalau begini terus sakit juga.

          Setelah lama untuk berpikir, pak amir pun menyetujui saran dari Memed untuk mengamputasi tangan kanannya dan berharap rasa sakit yang dirasakan cepat hilang. 

           Keesokan harinya  Pak Amir  bergegas menuju rumah sakit, sekitar dua puluh lima sampai tiga puluh menit dari desa mekar untuk sampai di rumah sakit. Sesampai di rumah sakit pak amir langsung menceritakan derita yang dirasakannya selama ini dan memutuskan untuk mengamputasinya.

          Sesudah diamputasi tangan kanan Pak Amir, rasa sakitnya tak kunjung pergi, malah semakin menjadi-jadi. Tak selesai sampai disitu, tangan kiri Pak Amir juga sudah diamputasi, namun rasa yang ia derita ini malah semakin menjalar, membuat Pak Amir setiap harinya merintih. 


          Kedua tangan Pak Amir telah diamputasi, namun keadaannya semakin hari semakin memburuk. Pak Amir merenung dan pikirannya pun di penuhi dengan kebingungan dari keadaan yang dirasakan saat ini. Harus bagaimana lagi agar sakit yang terus menjalar ini bisa hilang dan merasakan hidup dengan tenang lagi. 

          Terlintas bayang raut wajah bapak tua yang sedang bersedih, kehilangan sesuatu dari hidupnya, ada barangnya yang dirampas dan diambil paksa oleh seseorang yang semena mena dan kejam.

          Pak Amir beranjak dari renungan nya, dan berkata dimana bapak itu, dimana bapak itu, menyebut nama pak mahmud dengan air mata terus mengalir, tangis hati penuh penyesalan, mengingat perbuatan yang pernah dilakukan dulu. 

Istri Pak Amir: "Hari ini sudah gelap, besok lagi kita datang ke rumah Pak Mahmud."

Pak Amir: "Tidak bu, bapak ingin segera meminta maaf pada Pak Mahmud."

***

         Keesokan harinya, 

Istri Pak Amir mengetuk pintu rumah pak Mahmud. 

"Tok tok tok"

Istri Pak Amir: "Assalamu'alaikum."

          Dari balik pintu Putri menjawab salam lalu membuka pintunya.

Putri: "Waalaikumsalam, ada perlu apa atau mau cari siapa ya bapak sama ibu?" -Sambil mempersilahkan mereka untuk masuk terlebih dahulu, namun ditolak sama istri dan Pak Amir.

Istri Pak Amir: "Udah gausah, disini saja mbak. Apakah betul ini rumahnya pak mahmud?"

Putri: "Mohon maaf bapak sama ibu, pak Mahmud sudah pindah dari sini 6 bulan yang lalu."

Istri pak Amir: "Kira-kira sekarang pindah kemana ya mbak?"

Putri: "Katanya, pak mahmud pindah ke desa sebelah."

Istri pak amir: "Oh ya udah, Terima kasih banyak mbak."

           Pak amir dan istrinya segera meninggalkan rumah Putri. Pak amir pergi dengan merintih kesakitan, pulang dengan kekecewaan, karena dari balik pintu bukan pak mahmud yang diharapkan. 

          Hari selanjutnya, sudah mendapat kabar dari Putri bahwa Pak Mahmud pindah, dan sudah diberi tahu juga tentang alamat rumah Pak Mahmud yang sekarang. 

"Tok tok tok." Istri pak amir mengetuk pintu

Istri Pak Amir: "Assalamu'alaikum."

          Pak Mahmud menjawab salam lalu membuka pintunya.

Pak Mahmud: "Waalaikumsalam, ada perlu apa atau mau cari siapa ya bapak sama ibu?"

Istri Pak Amir: "Apakah betul ini rumahnya Pak Mahmud?"

Pak Mahmud: "Iya betul, ini dengan saya sendiri."

          Pak Mahmud mempersilahkan mereka berdua untuk masuk terlebih dahulu. Istri Pak Amir memulai pembicaraan diruang tamu, Pak Mahmud dan Istri-nya mempersilahkan nya. 

Istri Pak Amir: "Kedatangan kami kesini untuk meminta maaf kepada Pak Mahmud atas kesalahan suami saya Pak Amir."

Pak Mahmud: "Apa? Ini Pak Amir?"

          Dengan keramahan Pak Mahmud sudah memaafkan kesalahan Pak Amir. Namun tidak dengan istri nya, masih menyimpan segumpalan dendam membara, yang pernah dilakukan Pak Amir pada beberapa tahun silam.

          Melihat keadaan Pak Amir yang sekarang, Pak Mahmud membujuk istrinya agar segera memaafkan, dan berdoa untuk pak amir agar segera membaik.

***

Beberapa bulan berlalu, 

          Hidup pak amir sudah berubah, semakin hari semakin membaik, pada sekujur tubuhnya sudah tidak merasakan sakit lagi. Pak amir dan keluarga nya sekarang hidup dengan tenang.


Karya: Nispa

Editor: Husen