Freepik.com

Di era globalisasi teknologi informasi semakin meningkat pesat banyak orang yang menggunakan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari tak terkecuali dalam pendidikan. Kesetaraan pendidikan menjadi topik penting yang perlu kita bahas bersama. Teknologi informasi kini hadir sebagai solusi ampuh untuk mengurangi kesenjangan pendidikan di desa.

Pendidikan adalah hak fundamental yang harus dimiliki oleh setiap individu tanpa memandang lokasi geografis nya. Namun, kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan tetap menjadi permasalahan yang mengkhawatirkan. Ada beberapa faktor yang menjadi permasalahan kesetaraan pendidikan Teknologi Informasi di Daerah Pedesaan.

Pertama, kurangnya akses ke bahan ajar dan sumber informasi. Ini merupakan salah satu tantangan utama dalam pendidikan Teknologi Informasi. Di daerah pedesaan mungkin tidak memiliki akses pembelajaran yang sama seperti di perkotaan seperti bahan ajar yang berbasis komputer dan dilengkapi dengan perangkat multimedia lainnya. 

Kedua, pembelajaran jarak jauh. Siswa yang tinggal di pedesaan mungkin tidak bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh atau daring. Karena keterbatasan sinyal yang tidak mendukung mereka dalam kelas online dan tugas online.

Ketiga, adalah kendala geografis yang dimana sering kali menjadi penghalang besar bagi siswa di daerah pedesaan untuk mengakses pendidikan. Karena jarak dan medan yang sulit membuat mereka sulit mencapai sekolah, terutama selama musim hujan atau di daerah terpencil. Kurangnya infrastruktur, seperti jalan yang layak dan transportasi umum, semakin memperburuk situasi.

Keempat, tantangan lainnya adalah kesiapan dan keterampilan guru dalam menggunakan TI. Tidak semua guru memiliki latar belakang atau pelatihan yang memadai dalam mengoperasikan perangkat lunak atau aplikasi TIK. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan dalam memanfaatkan potensi penuh teknologi dalam proses pembelajaran.Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan siswa dan guru di sekolah pedesaan seringkali menjadi tantangan dalam menggunakan media era digital. Mereka mungkin tidak terbiasa dengan penggunaan komputer, internet, dan perangkat teknologi lainnya, sehingga kesulitan untuk mengintegrasikan media tersebut ke dalam proses belajar mengajar.

Kelima, adalah Biaya yang tinggi. Perangkat teknologi dan akses internet merupakan kebutuhan yang cukup mahal bagi sekolah-sekolah di pedesaan. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan untuk mengalokasikan dana untuk pembelian dan pemeliharaan perangkat teknologi yang dibutuhkan.

Keenam, yaitu Kurangnya dukungan dari pemerintah dan pihak swasta. Pemerintah dan pihak swasta seringkali kurang memberikan perhatian dan dukungan kepada sekolah-sekolah di pedesaan. Hal ini menyebabkan sekolah-sekolah tersebut sulit untuk mendapatkan bantuan dalam hal penyediaan infrastruktur, perangkat teknologi, dan pelatihan bagi siswa dan guru. Pemerintah harus lebih serius dalam memberikan dukungan kepada sekolah-sekolah pedesaan agar dapat memanfaatkan media digital untuk pembelajaran. Dapatkah pemerintah menyediakan akses internet dan perangkat komputer yang memadai bagi sekolah-sekolah pedesaan? Dapatkah pemerintah memberikan pelatihan bagi guru-guru di sekolah pedesaan agar dapat menggunakan media digital untuk pembelajaran? Jika pemerintah dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan tindakan nyata, maka kendala penggunaan media era digital di sekolah pedesaan dapat diatasi dan siswa-siswi di sekolah pedesaan dapat mengakses informasi dan ilmu pengetahuan seluas siswa-siswi di sekolah perkotaan.

Ketujuh, Budaya dan tradisi. Di beberapa daerah pedesaan, terdapat budaya dan tradisi yang menganggap bahwa penggunaan media era digital dalam pendidikan merupakan hal yang tidak sesuai. Hal ini menyebabkan siswa dan guru enggan untuk menggunakan media tersebut dalam kegiatan belajar mengajar.

Kedelapan, Kurangnya Partisipasi Masyarakat. Masyarakat di daerah pedesaan seringkali tidak menyadari pentingnya penggunaan media digital dalam pembelajaran. Mereka menganggap bahwa pendidikan tradisional, dengan metode ceramah dan buku teks, sudah cukup memadai. Akibatnya, mereka tidak mendukung upaya sekolah untuk mengintegrasikan media digital ke dalam proses belajar mengajar. Padahal, media digital dapat membantu siswa untuk belajar lebih efektif dan efisien.

Selain itu, masyarakat di daerah pedesaan juga seringkali tidak memiliki akses ke internet atau perangkat digital. Hal ini membuat mereka tidak dapat memanfaatkan media digital untuk mendukung pembelajaran anak-anak mereka. Ketidaktahuan dan keterbatasan akses ini menjadi kendala utama dalam penggunaan media digital di sekolah-sekolah pedesaan.

Terakhir, perubahan kurikulum dan kebijakan pendidikan yang terus berkembang juga menjadi tantangan bagi guru dalam penerapan TIK. Guru harus terus memperbarui pengetahuan mereka tentang teknologi, serta menyesuaikan strategi pembelajaran dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

Kesimpulannya, Kesenjangan pendidikan di daerah pedesaan terkait teknologi informasi mencerminkan tantangan signifikan yang dihadapi siswa dan masyarakat. Akses terbatas terhadap internet dan perangkat teknologi, serta rendahnya literasi digital, menghambat kemampuan mereka untuk memanfaatkan sumber daya pendidikan yang tersedia. Meskipun teknologi informasi menawarkan peluang untuk meningkatkan keterampilan dan akses pendidikan, infrastruktur yang tidak memadai dan faktor sosio-budaya menjadi penghalang utama. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, organisasi nirlaba, dan komunitas untuk meningkatkan aksesibilitas dan pelatihan digital, guna memastikan semua siswa memiliki kesempatan yang setara dalam pendidikan berkualitas.


Penulis: Khansa Alzena Firsy
Editor: Najwa