Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (Rismajt) berkolaborasi dengan Gama Candi Resto mengadakan kajian akbar bersama Habib Muhammad Al-Mutohar di hall Gama Candi Resto Bukit Semarang Baru (BSB) Mijen, Selasa (29/7/25).
Kajian kali ini mengusung tema "Hijrah Cinta", disampaikan oleh sang pembawa cahaya, Habib Muhammad Al-Mutohar. Habib Muhammad menyampaikan delapan pesan penuh makna dalam kajian rohani yang memikat hati jamaah di Rismajt. Kajian ini tidak hanya menjadi pengingat spiritual, tetapi juga meresap sebagai refleksi bagi setiap yang mendengarnya.
1. Cinta Sejati: Ketika Kasih Tak Mengharapkan Balas
Cinta dalam Islam bukan soal saling menyukai, saling memperhatikan, atau timbal balik dalam kasih sayang. Jika cinta hanya muncul karena dibalas, maka itu hanyalah balas budi, bukan cinta sejati.
Cinta sejati, kata Habib Muhammad, adalah kesiapan untuk berkorban tanpa syarat. Seperti cinta Rasulullah ï·º kepada umatnya, beliau menangis memohon ampunan untuk mereka, meski tak pernah dilihat, tak pernah dibalas, bahkan di masa setelah beliau tiada. Itulah cinta yang tulus, yang lahir dari hati yang bersih dan tertambat pada Allah.
"Cinta yang mengharapkan imbalan, bukan cinta. Itu transaksi. Cinta sejati adalah ketika kau mencintai karena Allah, tanpa peduli apakah kau dicintai kembali," ujar beliau.
2. Jodoh: Cerminan Jiwa, Bukan Sekadar Impian
Banyak yang sibuk mencari jodoh, menggambarkan pasangan idaman seakan memilih produk di pasar. Tapi Habib mengingatkan: jodoh bukan sekadar pilihan, ia adalah cerminan dari diri kita sendiri.
Allah berfirman dalam Surah An-Nur ayat 26:
"Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik," tutur Habib Muh.
Artinya, sebelum mencari jodoh, perbaikilah diri. Karena jodoh bukan hanya soal siapa yang akan menemani hidup kita, tapi siapa yang akan mengajak kita lebih dekat kepada Allah.
"Jangan sibuk mencari setengah badanmu, tapi sibukkanlah dirimu menjadi setengah yang utuh di hadapan-Nya," Jelasnya.
3. Menghadapi Fitnah: Saat Diam adalah Kemenangan
Dalam kisah Siti Aisyah radhiyallahu ‘anha, ketika beliau difitnah berzina dengan Shofwan bin Al-Mu’atthal, yang beliau lakukan hanyalah diam, menangis, dan berserah kepada Allah. Beliau tidak meminta klarifikasi, tidak marah, tidak membela diri secara berlebihan.
Kenapa? Karena beliau tahu: Allah Maha Melihat, Maha Mengetahui, dan Maha Pembela.
Di zaman media sosial yang penuh gosip, fitnah, dan adu domba, pesan ini begitu relevan.
Habib mengingatkan:
"Jangan terpancing. Jangan membalas. Serahkan segalanya pada ‘jalur langit’ pada Allah. Pertolongan-Nya mungkin tak datang secepat jari mengetik, tapi pasti datang dengan cara yang paling mulia," Dawuh beliau.
Ketika kita diam karena iman, bukan karena takut, maka diam itu menjadi doa. Dan doa itu naik ke langit.
4. Mata Hati: Dua Mata, Dua Tugas
Allah memberi kita dua mata. Bukan hanya untuk melihat dunia, tapi untuk membaca hati.
Habib Muhammad menyampaikan dengan penuh hikmah bahwa mata kanan kita gunakan untuk melihat kebaikan orang lain, sedangkan mata kiri kita arahkan untuk melihat kekurangan diri sendiri.Tugas kita bukan menilai orang, tapi memperbaiki diri. Menilai adalah hak Allah. Kita hanya diminta introspeksi apakah aku sudah cukup baik untuk mengharapkan yang baik? Apakah aku mencintai karena Allah, atau hanya karena nafsu?
5. Maksiat yang Dipamerkan, Hidayah yang Harus Didoakan
Zaman ini, banyak yang bangga memamerkan dosa. Maksiat diunggah, aib disebar, dan dosa dijadikan bahan pamer. Padahal, dosa seharusnya disembunyikan, bukan dipublikasikan.
Orang yang benar-benar takut kepada Allah, jika berbuat salah, ia langsung bertaubat dalam sunyi. Ia malu kepada Rabb-nya, bukan malu kepada manusia.
6. Jodoh, Cerai, dan Takdir: Semua dalam Genggaman Ilahi
Perjodohan bukan kebetulan. Ia diatur oleh Allah, seperti disebutkan dalam Surah An-Nur ayat 3 dan 26. Namun, perpisahan pun bisa menjadi takdir. Perceraian bukan selalu kegagalan, bisa jadi rahmat yang tersembunyi.
"Jodoh bukan selalu berarti selamanya. Kadang, Allah mempertemukan untuk mengajarkan hikmah. Kadang, Allah memisahkan untuk menyelamatkan jiwa," tuturnya.
Semua adalah rahasia Ilahi. Yang penting, kita tetap tunduk, sabar, dan percaya bahwa setiap pertemuan dan perpisahan punya makna yang kelak akan terungkap.
7. Hati-Hati dengan Informasi: Jangan Cepat Berprasangka
Di era digital, kabar menyebar lebih cepat dari angin. Tapi kebenaran tidak selalu dalam viral.
Habib mengingatkan jangan mudah percaya. Jangan cepat marah. Lakukan tabayyun — klarifikasi dengan adab. Berburuk sangka tanpa bukti adalah dosa. Dan menyebarkan keburukan tanpa konfirmasi adalah fitnah. Sebelum berkata, tanya dulu pada hati apakah ini akan mendekatkan aku pada Allah, atau hanya memuaskan ego?
8. Melihat Maksiat: Jangan Sampai Mata Hati Kita Pun Tertutup
Ketika kita melihat orang pamer maksiat, jangan langsung membenci.
Benci pada perbuatannya, tapi tetap sayang pada jiwanya.
"Doakan agar mata hati kita tetap bersih. Jangan sampai kita ikut tercemar hanya karena melihat keburukan. Karena yang paling berbahaya bukan orang yang bermaksiat, tapi orang yang hatinya sudah mati melihat kemaksiatan," ucap beliau.
Hijrah cinta bukan move on dari seseorang, tapi move on dari dosa. Hijrah cinta bukan sekadar berhenti mencintai seseorang, tetapi ia adalah perpindahan cinta dari yang fana ke yang abadi, dari yang menyesatkan ke yang mendekatkan pada Allah. Cinta yang benar tidak menjauhkan dari Allah, tapi mengantarkan pada-Nya. Jika cintamu membuatmu lalai dari shalat, lupa dari dzikir, maka tanyakanlah pada diri sendiri cinta apa ini?
Oleh: Khimi Zakariya
Editor: Lala
0 Komentar