Pada hari Jumat, tanggal 22 Agustus 2025, bertempat di depan ruko Kampus 2 UIN Walisongo Semarang, Lembaga Kajian dan Penerbitan (LKAP) mengadakan serangkaian acara “Harmoni Kemerdekaan dan Refleksi Bangsa”. Acara ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, yaitu pembacaan Maulid Dziba, diskusi tematik, serta pengumuman pemenang sayembara puisi.
Diskusi tematik pada kesempatan ini dipandu oleh narasumber
Mas Syafiq Yunensa, S.Pd., M.Pd. Berikut rangkuman materi yang disampaikan oleh
Mas Syafiq:
Pada kesempatan diskusi tematik yang diadakan oleh LKAP, Mas
Syafiq menyampaikan sejumlah refleksi penting terkait sejarah pendidikan dan
dinamika bangsa Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan peran mahasiswa dan
pendidikan sebagai pilar kemajuan. Mas Syafiq membuka diskusi dengan mengingat
sejarah awal pendidikan tinggi di Indonesia. Ia menyebut bahwa kampus pertama
di Indonesia didirikan oleh Belanda dengan kehadiran sekolah kedokteran STOVIA
yang menjadi tonggak awal pendidikan formal tinggi di tanah air.
Selanjutnya, beliau juga menyinggung momen penting
pengulangan proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus, karena pada 16 Agustus
proklamasi hanya dibacakan di hadapan tujuh orang, sehingga pengulangan itu
memiliki makna penguatan semangat kemerdekaan bagi seluruh bangsa.
Dalam konteks sejarah yang lebih kontemporer, Mas Syafiq
membahas peristiwa besar tahun 1965-1966 yang melibatkan para mahasiswa dan
berkontribusi dalam perjalanan politik Indonesia saat itu. Ia juga menyinggung
era pemerintahan Soeharto yang membuka pintu masuk bagi perusahaan asing ke
Indonesia, sebuah kebijakan yang membawa dampak luas bagi perekonomian dan
sosial bangsa.
Mas Syafiq lalu mengkritisi mentalitas sebagian kalangan
mahasiswa yang hanya aktif selama di kampus namun setelah pulang ke rumah tidak
menerapkan sikap kerja keras, seperti yang diibaratkan “tidak nyangkul”. Ia
menegaskan bahwa jika pendidikan hanya menghasilkan sikap seperti itu, maka
lebih baik pendidikan tersebut tidak diberikan. Lebih lanjut, Mas Syafiq
menyoroti perbedaan mendasar antara negara maju dan negara berkembang yang
terletak pada pola pikir dan sistem pendidikan yang diterapkan.
Sebagai solusi, Mas Syafiq menegaskan bahwa terdapat empat
pondasi utama yang harus dimiliki oleh dosen dan mahasiswa guna membangun
pendidikan yang bermutu:
1. - Literasi dari apa yang kita
sukai.
2. - Pengembangan diri.
3. - Kemandirian ekonomi.
4. - Gerakan sosial.
Setelah diskusi dan tanya jawab berlangsung, pengumuman
pemenang sayembara puisi dilaksanakan dengan penuh antusiasme dari peserta.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama.
Demikian berita acara ini dibuat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Oleh: Nabila
Editor: Lala
0 Komentar