Pmiigusdur.com- Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo adakan Masa Pengenalan Anggota Baru (MAPABA) 2025 di SMP 5 Hasanudsin Mangkang, Sabtu (9/13/2025).
Taufikul Akbar selaku pemateri manajeman aksi memaparkan bahwa dalam sebuah aksi demonstrasi, peran koordinator lapangan (korlap) memegang tanggung jawab utama atas jalannya aksi.
"Dalam sebuah aksi demonstrasi, peran koordinator lapangan (korlap) memegang tanggung jawab utama atas jalannya aksi," paparnya.
Sedangkan korlap, lanjutnya, Ia dibantu oleh wakil korlap yang menjalankan fungsi serupa untuk memastikan massa tetap terkendali.
"Sedangkan korlap dibantu oleh wakil korlap yang menjalankan tugas dan fungsi serupa untuk memastikan massa tetap kondusif dan terkendali," terangnya.
Selain itu, orator berperan penting dalam menyampaikan orasi dan menggugah semangat peserta aksi di lapangan.
"Kemudian orator berperan penting dalam menyampaikan orasi dan menggugah semangat peserta aksi di lapangan," jelasnya.
Namun, ketika aksi berubah menjadi chaos atau kerusuhan hingga mengakibatkan massa tertangkap, jalur yang dapat ditempuh adalah dengan menghubungi Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
"Apabila aksi berubah menjadi chaos atau kerusuhan hingga mengakibatkan massa tertangkap, jalur yang dapat ditempuh adalah dengan menghubungi Lembaga Bantuan Hukum (LBH)," ucapnya.
Akbar menambahkan dalam paparannya jika seringkali terdapat peserta aksi yang hanya ikut tanpa memahami tuntutan, sehingga kondisi ini berpotensi menimbulkan kurangnya kepedulian antar sesama peserta ketika kerusuhan pecah.
"Meski demikian, seringkali ada peserta aksi yang hanya ikut serta karena sekadar mengikuti arus tanpa paham tuntutan maupun sikap yang seharusnya diambil. Kondisi ini berpotensi menimbulkan kurangnya kepedulian antar sesama peserta ketika kerusuhan pecah," tambahnya.
Ia juga menyoroti dari segi media yang memiliki peran vital dalam sebuah demonstrasi, karena dapat menyoroti langsung jalannya aksi dan menyampaikan kondisi nyata kepada publik.
"Media juga memegang peran vital dalam sebuah demonstrasi, karena dapat menyoroti langsung jalannya aksi dan menyampaikan kondisi nyata kepada publik," ungkapnya.
Bentuk antisipasi apabila situasi tidak terkendali, Akbar memberi masukan supaya massa dapat berlindung di lembaga-lembaga seperti LBH, kampus, atau institusi lain yang dapat memberi perlindungan.
"Apabila situasi tidak terkendali, Akbar memberi masukan supaya massa dapat berlindung di lembaga-lembaga seperti LBH, kampus, atau institusi lain yang dapat memberi perlindungan," ulasnya.
Selanjutnya Ia juga menjelaskan tahap pra-aksi diisi dengan diskusi publik, emutaran film, pembuatan poster aksi, hingga penyusunan press release.
"Tahap pra-aksi biasanya diisi dengan diskusi publik, pemutaran film, pembuatan poster aksi, hingga penyusunan press release," katanya.
Selain itu, lanjutnya, komunikasi dan koordinasi antar perangkat aksi, baik korlap, wakorlap, maupun tim media, menjadi kunci agar jalannya demonstrasi tetap sesuai rencana.
"Komunikasi dan koordinasi antar perangkat aksi, baik korlap, wakorlap, maupun tim media, menjadi kunci agar jalannya demonstrasi tetap sesuai rencana," tambahnya.
Setelah aksi berakhir, evaluasi dilakukan untuk menilai jalannya kegiatan sekaligus memastikan isu yang diangkat tetap terawal, terutama ketika aspirasi ditujukan kepada pemerintah pusat.
"Setelah aksi berakhir, evaluasi dilakukan untuk menilai jalannya kegiatan sekaligus memastikan isu yang diangkat tetap terawal, terutama ketika aspirasi ditujukan kepada pemerintah pusat," pungkasnya.
Dalam sesi tanya jawab, Salah satu peserta MAPABA Marsha menyampaikan pandangan kritis apakah ikut demonstrasi hanya karena FOMO lebih baik dihindari?
Pertanyaan tersebut dijawab oleh pemateri dengan penegasan bahwa demonstrasi karena FOMO tidak masalah selama massa tetap dapat dikontrol dengan baik.
Sementara itu, Viona menanyakan makna demo sporadis. Dijelaskan bahwa demo sporadis merupakan unjuk rasa yang muncul secara tiba-tiba, tidak teratur, dan tidak terencana dengan baik, biasanya dipicu oleh peristiwa mendesak.
Shofi turut menyinggung soal potensi chaos dalam aksi. Ia menanyakan alasan mengapa aksi damai seringkali diabaikan, sementara aksi rusuh justru dituduh makar. Tanggapan yang muncul menyebutkan bahwa aksi damai membutuhkan feedback nyata, seperti pejabat turun langsung menemui massa. Jika tidak ada respon, eskalasi biasanya meningkat, dimulai dari aksi dorong-mendorong, penyemprotan water cannon, hingga penggunaan gas air mata.
Sementara itu, Rasya mengangkat isu kriminalisasi aktivis. Pertanyaan tersebut dijawab dengan penjelasan bahwa banyak aktivis dipidanakan karena tindakan represif aparat terhadap warga sipil. Oleh sebab itu, ketika berada di kantor aparat, disarankan untuk tetap diam dan tenang agar terhindar dari masalah hukum lebih lanjut.
Reporter: Esa
Editor: Lala
0 Komentar