Freepik.com.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program unggulan pemerintah yang digagas untuk meningkatkan kualitas gizi siswa dan ibu hamil di Indonesia. Program ini pada dasarnya memiliki tujuan mulia, yakni mengurangi angka stunting, memperkuat kesehatan generasi muda, serta mendukung tercapainya cita-cita pembangunan manusia Indonesia yang unggul.

Namun, sejak pelaksanaannya, program ini justru menimbulkan polemik. Bukan hanya karena persoalan teknis distribusi dan kualitas makanan, tetapi juga karena munculnya kasus keracunan massal di berbagai daerah. Alih-alih membawa kebaikan, implementasi program ini memunculkan pertanyaan besar: apakah pengelolaannya sudah sesuai standar dan tepat sasaran?

Berdasarkan analisis data Badan Gizi Nasional (BGN), sejak Januari hingga September 2025 tercatat 75 kasus keracunan dengan total sekitar 6.517 korban penerima manfaat MBG di seluruh Indonesia. Sebagai mana berikut:

- Wilayah I (Sumatera): ±1.307 korban

- Wilayah II (Jawa): ±4.207 korban

- Wilayah III (Indonesia Timur): ±1.003 korban

Faktor penyebab utama ialah, pada pengolahan bahan makanan tidak sesuai SOP (dibeli terlalu jauh dari waktu masak, kualitas bahan menurun). Distribusi terlambat, makanan basi sebelum sampai ke penerima. Sanitasi dapur dan air yang digunakan tidak memenuhi standar kesehatan. Minimnya kontrol dan pengawasan dari pemerintah terhadap vendor/penyedia makanan (SPPG).

Program MBG memang ditetapkan sebagai program prioritas nasional. Namun, regulasi teknis di lapangan seringkali hanya berdasarkan juknis internal tanpa standar baku yang seragam di seluruh daerah. Hal ini membuka celah pelanggaran SOP, ketidakseragaman kualitas, hingga praktik asal-asalan dari vendor.

Dampak sosialnya ialah penurunan kepercayaan publik terhadap pemerintah, serta kesehatan masyarakat yang terancam. Kesehatan generasi muda tidak boleh dikorbankan hanya karena kesalahan teknis dan kecerobohan pihak penyedia.

"Makanan bergizi seharusnya menjadi sumber kehidupan, bukan menjadi sumber keracunan."


Oleh: Sahabat Esa Azriel Azzahra

Editor: Lala