Semarang, 23 November 2014. Lembaga Pengembangan Studi dan Advokasi Perempuan (LPSAP) telah rampung menyelesaikan agenda Sekolah Gender 2014. Acara yang dilakukan dua hari berturut-turut, Sabtu dan Minggu tanggal 22-23 November 2014. Acara ini bertemakan Membangun Kesadaran Kolektif dalam Relasi Gender di Era Global.  Kegiatan ini diikuti oleh 40 peserta dari kader-kader  PMII Rayon Abdurrahman Wahid, Rayon Ushuluddin, Rayon Syaria’ah Komisariat Walisongo Semarang.

Kegiatan yang dilaksanakan di basecamp Nusantara Puwoyoso Jerakah tersebut dibuka pukul 10.00 WIB (22/11) oleh Yulizar Farid Firdaus ketua Rayon Abdurrahman Wahid. Pasca Opening Ceremonial, agenda Sekolah Gender 2014 dilanjutkan dengan kegiatan diskusi. Materi yang dibahas dalam diskusi tersebut di antaranya Falsafah Gender, Gender dalam Perspektif Agama, Ekonomi-Politik dalam Relasi Gender,  Hukum Positif dalam Relasi Gender serta Gender dalam Relasi Sosial; Budaya Patriarkhi.

Pengisi materi dalam kegiatan tersebut terdiri dari berbagai kalangan. Di antaranya M. Amin Suroso dan M. Risya Islami yang merupakan senior PMII Rayon Abdurrahman Wahid, Imam Fadhilah senior PMII Rayon Syariah yang juga salah satu dosen di Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) Semarang. Selain itu, sekolah yang diadakan oleh LPSAP ini juga mendatangkan pemateri yang berasal dari National Goverment Organitation (NGO) di semarang, yakni Badi’ul Hadi dari LSM VITRA (LSM yang fokus pada kajian kebijakan anggaran) serta Witi Muntari, S.Pd.I dari LRC-KJHAM (LSM yang fokus dalam kajian Gender dan HAM).

Seberkas harap

Dalam diskusi tersebut peserta terlihat begitu antusias. Hal tersebut dibuktikan dengan dialektika yang terjadi di dalamnya. Pernyataan, pertanyaan dan gagasan yang ditelurkan begitu menarik, sehingga membuat suasana diskusi semakin hidup. Seperti yang diangkat dalam tema di atas, agenda sekolah gender ini diadakan dalam rangka menambah wacana serta meningkatkan kesadaran kader maupun peserta tentang relasi gender dalam masyarakat yang kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka. “Saya harap sahabat-sahabati dapat menyerap dengan baik apa saja yang nanti disampaikan oleh pemateri terkait dengan wacana gender dalam sekolah ini.” Ujar Nanda selaku ketua LPSAP dalam pembukaan acara sekolah gender tersebut.

Jika melihat realitas saat ini, relasi antara perempuan dan laki-laki yang terbentuk oleh masyarakat kita masih banyak mengalami ketimpangan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari terbatasnya peran dan gerak perempuan dalam berbagai sektor, baik itu sektor ekonomi, sosial, hukum maupun politik. “Peran perempuan saat ini memang bisa dikatakan masih minim.” Tegas Badi’ul Hadi salah satu pemateri dalam sekolah gender tersebut. Dari hal di atas dan dengan diadakannya sekolah gender oleh LPSAP ini, mengharuskan kader khususnya kader perempuan untuk melek, sadar terhadap realitas yang dan kemudian bangkit untuk bisa bersaing dengan bebas diluar tanpa adanya pandangan subordinasi dan diskriminasi terhadap perempuan. 

Akhirnya, kegiatan yang dilaksanakan di basecamp Nusantara ini ditutup dengan acara nonton film bersama dengan judul The Knaight Woman of Mirror Lake pada tanggal 23 November 2014 pukul 19.00 WIB dengan penuh antusias dan semangat gender demi kehidupan ke depan yang lebih baik. na/kader LPSAP PMII Gus Dur.