Suasana Kelas, Peserta Tampak Sangat Antusias
Semarang, pmiigusdur.com, Jum’at (18/2/2015) suasana pondok  pesantren Sabilul Huda penuh dengan bendera kuning yang tak lain adalah bendera kebanggaan PMII Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat Walisongo Semarang.

Adanya bendera tersebut sebagai pertanda bahwa di Ponpes Sabilul Huda merupakan tempat berlangsungnya suatu kegiatan dari PMII Rayon Abdurrahman Wahid yaitu Sekolah Kader ke-5.

Acara sekolah kader tidak hanya tahun ini saja yang bertempat diponpes tersebut melainkan sudah ke empat kalinya bertempat di daerah tersebut. Sekolah kader tahun ini berlangsung selama 6 hari yaitu dari tanggal 13-18 Februari 2015.

Antusias para peserta yang ingin mengikuti acara tersebut sangat besar, dibuktikan dengan jumlah peserta yang melampaui kuota yang ditentukan panitia yaitu sebenarnya hanya 25 kuota akan tetapi pesertanya mencapai 34 peserta yaitu 13 peserta putri dan 21 peserta putra.

Untuk mengikuti sekolah kader para peserta hanya perlu membayar 40.000 rupiah dengan fasilitas penginapan, makan, minum, bloknote, outbont, stiker, knowledge, sertifikat, selain itu dapat menambah teman.

Sahabat Bima Sakti selaku ketua panitia menuturkan bahwa latar belakang diadakannya sekolah kader ini bertujuan untuk merangsang pola pikir kader PMII Rayon Abdurrahman Wahid yatu pola pikir yang skeptis, kritis serta peka terhadap hal disekitar agar tidak apatis.

Materi-materi yang diberikan bukanlah materi yang dapat kita peroleh dibangku perkuliahan, materi yang dapat kita peroleh antara lain pengantar filsafat, filsafat helenisme, filsafat skolastik, filsafat modern, filsafat post-modern, analisis media, pengantar sosiologi, filsafat islam, filsafat pendidikan.

Selain para peserta diberi sedemikian banyak materi, peserta juga diberi permainan yaitu outbont,hal tersebut dilakukan agar peserta tidak merasa bosan terhadap suasana yang ada.

Selama berada di sekolah kader para peserta selalu di kaitkan dengan slogan “ satu angkatan satu jiwa “, slogan tersebut agar antar peserta itu memiliki jiwa yang apabila satu lapar yang lain juga harus ikut merasakannya. 


Kontributor    : Lenny Listiyani
Editor              : Yulizar Farid Firdaus