Kembali Ke Khittah
Merenungi beberapa kelemahan yang disebutkan diatas tadi, perlu adanya rekontruksi gerakan PMII. Kembali ke khittah gerakannya merupakan hal yang mutlak harus dilakukan sebagai upaya penyelamatan organisasi ini. Dzikir, fikir dan amal sholeh menjadi trilogi yang tidak bisa dihilangkan dari gerakan organisasi ini.

Landasan ideologis dan produk hukum yang dimiliki sudah begitu baik dan relevan dalam merespon perkembangan pemikiran dan isu-isu kekinian. Tinggal dalam implementasinya saja yang harus dapat mengilhami setiap cara berfikir dan berperilaku kader sebagai pembela bangsa dan penegak agama.

Pertama, Mengenal kembali PMII, tidak dipungkiri bahwa ketidaktahuan berimbas pada perilaku seseorang. Orang menjadi bingung dan bertindak seenaknya ketika tidak mengetahui dasar dari apa yang dia lakukan. Kader harus memahami secara radikal dan komprehensif tentang landasan ideologi, nilai-nilai dan setiap produk hukum yang dimiliki PMII, bukan sekedar menjadi kader yang taqlid terhadap PMII. Sehingga kader memiliki pemahaman yang baik, dan pada akhirnya mampu menerapkannya dalam setiap aktivitas gerakan.

Kedua, Independensi yang berarti PMII harus mempertegas sikap dan arah geraknya sebagai organisasi ekstra-parlementer yang berdiri sendiri dan tanpa campur tangan kepentingan dari pihak manapun sehingga PMII mampu menjadi organisasi mahasiswa yang memperjuangkan seluruh elemen bangsa dengan tanpa terkecuali dan tanpa iming-iming kekuasaan dan materi.

Ketiga, Membangun budaya intelektual yang merupakan pondasi dasar kemampuan kader dalam memecahkan permasalahan di masyarakat. Kembali kepada teks-teks ilmiah dan produksi gagasan yang massif  perlu dilakukan sebagai perjuangan dalam pemikiran PMII. Pergulatan wacana yang baik akan melahirkan teori-teori yang baik pula dalam mengurai problematika bangsa. Implementasi dari konsep fikir dari PMII tersebut tidak boleh mandeg mesti digempur dengan beban kulaih mahasiswa yang berat. Wacana yang progresif dan visioner perlu dibudayakan sebagi wujud kontribusi PMII bagi dunia dan bangsa Indonesia.

Sejalan dengan pemikiran tersebut diats, perlu menjadi perhatian bagi seluruh elemen PMII dalam uapaya melestarikan kultur sejatinya sebagai organisasi pergerakan. Organisasi yang diibaratkan bak sebuah kawah condrodimuko, yang dapat membentuk karakter dan kepribadian serta kedewasaan intelektual anggotanya.

Sedari awal kader harus mendapatkan pendidikan ke-PMII-an yang sesungguhnya, melalui pemahaman yang baik dan contoh yang baik pula dari yang sudah terlebih dahulu tahu. Sehingga dinamika perkembangan kultur gerakan tersebut mengarah kepada kemajuan, bukan justru mengalami kemunduran.



Tulisan ini pernah dimuat di Buletin Kosmopolit Edisi VII/September 2014