Dialog Terbuka yang diadakan di Aula Gedung Q UIN Walisongo |
Semarang, 7 Desember
2015. Lembaga Pengembangan Studi
Advokasi dan Perempuan (LPSAP) bekerjasama dengan Korp PMII Putri (KOPRI) Rayon
Dakwah mengadakan agenda Dialog Terbuka yang bertemakan “Bersama Melawan
Kekerasan Seksual Melalui Gerakan Kampus”. Acara ini di ikuti oleh 80 peserta
dari kader-kader PMII Rayon se-Komisariat Walisongo Semarang, yang terdiri dari
lintas Komisariat, PC KOPRI Semarang, Komunitas PRT Semarang, serta UKM
An-Niswa.
Dialog ini dalam rangka
kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Seksual. “Harapannya (Dialog Terbuka) mampu menggugah kesadaran
kader bahwa kekerasan seksual adalah kasus kita bersama yang harus di lawan,”ungkap
Ketua LPSAP,Lailatus Sa’adah. “Karena kekerasan
seksual merupakan kejahatan yang
merenggut martabat manusia secara sewenang-wenang,”lanjutnya.
Acara Dialog Terbuka yang dilaksanakan
di aula gedung Q kampus II UIN Walisongo Semarang ini di buka oleh Gus Ma’ruf yang
mewakili ketua Rayon PMII Abdurrahman Wahid. Selanjutnya ditampilkan kreasi tarian oleh anggota LPSAP.
Kemudian masuk dalam acara
inti, yaitu dialog terbuka yang di moderatori
oleh Sahabati Chusnul Talata. Ada tiga pembicara yang hadir dalam dialog
terbuka ini, yaitu Mutiara Ika Pratiwi (Komite Nasional Perempuan Mahardhika), Lailatus
Sa’adah dari ketua LPSAP sendiri dan Dian Puspita Sari (LRC-KJHAM).
Penyampaian pertama oleh
Sahabati Lailatus Sa’adah mengenai gambaran umum kondisi kekerasan seksual di
lingkungan UIN Walisongo Semarang serta peran dan upaya LPSAP dalam mengawal
isu Kekerasan Seksual.”Kekerasan seksual tidak hanya terjadi di ranah umum,
tetapi juga terjadi di lingkungan kampus yang notabenenya kampus Islam,”ulasnya.
Selanjutnya menyambung
dengan apa yang disampaikan oleh Sahabati Ela, Mutiara Ika Pratiwi memaparkan seputar
kekerasan seksual, dari mulai pengertian kekerasan seksual, bentuk-bentuk
kekerasan seksual, dan dampak dari kekerasan seksual. “Kekerasan seksual adalah
segala tindakan berkonotasi seksual di luar keinginan kita atau bersifat
paksaan,”paparnya.
Terakhir, Sahabati Dian-sapaan
akrabnya menunjukkan data-data yang ditemukan oleh LRC-KJHAM dalam menangani
kasus kekerasan seksual. Selain itu, Dia juga menyertakan hambatan-hambatan
selama mendampingi korban kasus kekerasan seksual. Bahkan upaya untuk menghapus
kekerasan seksual itu sendiri.
Dalam dialog tersebut
peserta mengikuti dari awal sampai akhir dengan antusias. Terbukti dengan
banyaknya peserta yang bertanya mengenai kekerasan seksual itu sendiri. Dialog
ini ditutup dengan penampilan dari Sahabati KOPRI Dakwah.(el)
0 Komentar