Doc. Internet
Manusia diciptakan oleh Tuhan di dunia hanya untuk beribadah, tak ada yang lain. Seperti firman-Nya dalam Al-Qur'an Q.S Az-Dzariat: 56 yang artinya "dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku".

Tapi bagaimanakah sebenarnya ibadah itu? Dan kenapa manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada-Nya? Apakah kita tidak boleh melakukan hal lain diluar ibadah dan harus menghabiskan seluruh waktu untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya? Atau seperti apa?

Jika ditelisik lebih dalam  ibadah secara bahasa bisa diartikan tiga makna; 1. ta’at (الطاعة), 2. tunduk (الخضوع), 3. pengabdian (التنسك). Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan, ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.

Secara terminologis ibadah didefinisikan dengan banyak definisi, salah satunya pendapat Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir).  Ibnu Qoyyim juga mendifinisikan ibadah sebagai kesempurnaan cinta bersama kesempurnaan kepatuhan.

Menurut ulama tauhid, ibadah berarti adalah tauhid. Sementara kita tahu bahwa tauhid berarti perbuatan yang mengesakan Allah sebagai pencipta seluruh alam semesta. Dalam hal ini, ulama tauhid memberikan definisi tauhid adalah perbuatan mengesakan Allah, perbuatan yang sepenuhnya ta'dzim kepada Allah, merendahkan diri kepada Allah, menundukkan segenap jiwa dan raga kepada Allah, serta menyembah Allah sebagai Tuhan pencipta alam semesta.

Ibadah terbagi menjadi 2 macam, Ibadah Mahdhah,  artinya ibadah yang terfokus pada hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung. Sedangkan Ibadah Ghairu Mahdhah  yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan  hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .  

Segala Perintah dan larangan-Nya sudah dijelaskan pada ayat-ayat yang telah diturunkan kepada setiap utusan-Nya (para penerima wahyu). Untuk umat islam ayat-ayat tersebut berupa Al-Qur'an, sudah dijelaskan secara gamblang tentang semua itu. Dalam hal ini Al-Qur’an masih bersifat global, maka diperjelas dengan hadist.

Nampaknya arti ibadah sangatlah luas, tapi seiring berjalannya waktu ada sebuah penyempitan arti ibadah. Beribadah hanya terfokus pada ibadah mahdhah saja atau bagaimana hubungan mereka dengan tuhannya, seperti sholat, puasa, haji. Seakan-akan mengesampingkan ibadah Ghairu Mahdhah.

Banyak orang yang hubungan dengan tuhannya sangat kuat, sholat rajin, berangkat haji tapi kurang peka akan keadaan sosial. Masih banyak menyalahkan orang lain sehingga akhirnya muncul kebencian, seakan acuh tak acuh saat saudara-saudara ditindas atau diperlakukan tidak adil.


Menurut K.H Abdurrahman Wahid, memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan tuhannya. Secara tersirat menandakan bahwa memuliakan, menghargai, dan membela perlakuan tidak adil kepada sesamanya juga termasuk ibadah.

Hal itu juga diperkuat dengan pendapat ulama' tauhid mengenai ibadah, seperti yang sudah disebutkan di atas. Perbuatan yang sepenuhnya ta'dzim kepada Allah termasuk bagian dari ibadah. Tak seharusnya manusia hanya mementingkan ibadah mahdhah saja, tapi harus juga diimbangi dengan ibadah gairu mahdhah.

Membela kaum tertindas, melawan rezim yang sewenang-wenang, membantu sesama dan aksi-aksi sosial adalah bagian dari ibadah. Karena bagian dari memuliakan manusia, dan memuliakan manusia sama juga memuliakan penciptanya, itu juga termasuk perbuatan ta'dzim kepada Tuhannya.

Masih banyak kesempatan untuk beribadah. Segala perbuatan jika diniatkan dengan baik bisa dihitung sebagai ibadah. Ibadah itu luas maknanya, dan semoga tidak ada penyempitan-penyempitan makna ibadah.

Penulis: Muhammad Luthfi Hakim