Doc. LKaP 


Memasuki usia ke-73 kemerdekaan Indonesia yang diperingati pada 17 Agustus 2018. Seperti tahun-tahun sebelumnya ,memang setiap tahunnya menjadi ajang bagi masyarakat membuat serangkain acara. Pengurus Rayon Abdurrahman Wahid pun turut merayakan hari kemerdekaan untuk negara tercinta kita, Indonesia.

Kegiatan ini berlangsung selama dua hari di gunung berintik dan di area Tugu Muda Semarang.  Serangkain acara pada hari pertama Kamis (16/08), kita mengadakan lomba-lomba untuk memeriahkan kemerdekaan RI yang ke-73 dengan adik-adik diberintik yang setiap minggunya didampingi oleh Lembaga Pengembangan Studi Advokasi dan Perempuan(LPSAP). Kemeriahan lomba  ada  sembilan  macam  ; Lomba kelereng, Lomba makan kerupuk, lomba adzan, lomba menghafalkan surat pendek ,lomba berwudlu,  lomba membaca puisi kemerdekaan, lomba membaca teks proklamasi, lomba menyanyikan lagu kemerdekaan, dan lomba menyusun puzzle garuda Pancasila.

Puncak dari kegiatan  ini  yang berlangsung di area Tugu Muda Semarang (17/08), kami dari pengurus rayon Abdurrahman Wahid, komunitas Dynamic Learning dan adek-adek berintikpun merefleksikan hari kemerdekaan dengan  berorasi,  pembacaan puisi, pembacaan teks prolamasi dan lain-lainnya. Dari adek-adek berintik ikut serta menampilkan kreasinya. Disamping itu pembagian hadiah bagi juara perlombaan kemarin.

Sejumlah pengurus rayon pun  ikut  serta mendampingi adek-adek yang ikut lomba, tidak hanya dari pengurus Rayon Abdurrahman Wahid saja  dari temen-teman Komunitas Dynamic Learningpun ikut serta memeriahkan acara tersebut. Tidak hanya kami yang antusias, Adek-adekpun juga sangat antusias dalam merayakan kemerdekaan RI yang ke-73. Dalam kegiatan ini kami bersama anak-anak, orang muda, dan orang tua. Bahwa kita sama-sama diberikan ruang merasakan kemerdekaan di hari kemerdekaan ini.

Penghujung senja yang kami lewati pada 17 Agustus ini, menjadi  hari yang tak bisa dilupakan. Kami menjumpai sosok bu Ayu yang istilahnya menjadi ibu asuh bagi mereka ( anak- anak Brintik).
"saya tidak ingin melihat adik-adik ini mengalami hal yang sama ketika dulu waktu saya kecil. Mereka harus mendapatkan pendidikan layaknya anak- anak yang lain" ucap Ayu dengan wajah yang berkaca- kaca.

Dijelaskan pula  bahwa anak-anak di Brintik ini mempunyai latar belakang yang berbeda dengan anak pada umumnya. "mereka harus turun ke jalan, ngamen setiap hari. Karena orang tuanya ada yang sudah tidak peduli dengan mereka. Ada juga yang tidak menpunyai semangat sekolah karena orang tuanya bercerai, dan masih banyak lagi mbak. Makanya saya bersyukur kalian- kalian masih peduli dengan mereka" perkuat perempuan kelahiran Magelang tersebut.

Acara ini memang tidak semata- mata dilaksanakan perihal untuk memperingati hari kemerdekaan saja. Namun segalanya lebih dari itu, untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama. Sedikit memberikan ruang kepada mereka untuk merasakan merdeka yang sesungguhnya. Walaupun merdeka yang sesungguhnya belum kita dapatkan 100%.

*Ditulis oleh Fathkiyatun Nisyail Ulya  ( Direktur LPSAP Masa Juang 2018-2019)
*Editing oleh FR ( Tim Penerbitan )