(doc. Rayon) 


Pmiigusdur.com—Kamis (10/10/19), Biro Sosial dan Keagamaan (Soskem) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat UIN Walisongo Semarang mengadakan agenda Safari Maulid dan  ngaji Aswaja (Bedah Kitab Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah). Acara ini diadakan untuk menjalin silaturahim kepada para senior dan juga untuk membekali anggota baru sebelum nantinya dikenalkan dengan kajiaan-kajian yang lain. Hal semacam ini merupakan gebrakan awal bagi anggota baru PMII Rayon Abdurrahman Wahid sebagai pondasi bergerak dan harapannya tetap merawat serta meruwat tradisi-tradisi ke-Aswajaan sebagai nilai Spiritual.

Berlandaskan dari hal tersebut, penulis mengangkat tema konsep dasar Aswaja sebagai landasan bergerak. Agar nantinya anggota baru PMII tidak mudah roboh ketika sudah mempunyai pondasi yang kuat. Dalam agenda yang dilaksanakan di Ponpes Riset Al Khawirizmi tersebut, dengan dihadiri peserta sebanyak 30 anggota PMII Rayon Abdurrahman Wahid, terdapat beberapa poin yang disampaikan oleh Kiai Syamsul Maarif selaku pengasuh. Beliau menyampaikan tentang bab sunnah dan bid’ah.

Lafal sunnah (bahasa arab: سنة)  secara syara’ adalah: jalan yang di ridhai (Allah) yang ditempuh dalam agama, yaitu yang ditempuh oleh Rasulullah SAW diikuti oleh para sahabat dan salafunasssalihin yang faham terhadap agama. Ada hadist Rasulullah s.a.w yang berbunyi:

عليكم بسنتى وسنة الخلفاء الراشدين من بعدى

Artinya: “Hendaklah kalian berpegang pada sunahku dan sunah khulafa’ al-Rasyidin setelahku.”

Beliau juga menambahkan: secara urf (tradisi), sunah adalah: suatu ajaran yang diikuti secara konsisten oleh para pengikut, baik Nabi maupun wali. Dan istilah sunni adalah nisbat kepada sunnah. Dalam hal ini beliau berpendapat bahwa banyak perkara sunah yang dianggapnya wajib terhadap kelompok radikal.

Lafal Bid’ah (bahasa arab: بدعة ) adalah memperbarui sesuatu di dalam perkara-perkara agama atau perkara yang tidak terdapat di dalam syari’at. Beliau juga mengatakan  bahwa: jalan dalam meniti kehidupan beragama, yang jalan itu merupakan sesuatu yang di buat-buat dan menyerupai syari’at, dan dia dilaksanakan dengan tujuan memperbanyak ibadah kepada Allah. Contoh nyata dalam Bid’ah adalah sholawatan, tahlilan dan peringatan kematian. Dari tiga hal ini bisa diteliti bahwa sholawatan, tahlilan, dan peringatan kematian merupakan ajaran Rasulullah SAW yang sudah di tetapkan kepada para sahabat-sahabatnya sejak zaman dahulu yang kemudian dianut oleh beberapa umatnya dengan tujuan untuk  memperoleh pahala dan bernilai ibadah.

Kitab Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah adalah salah satu karya KH.Hasyim Asyari yang cukup masyhur dan dikaji pada beberapa tempat khususnya dikalangan Nahdliyin. Isi dari kitab ini pun cukup segar untuk dikaji, terlebih tentang pembahasan sunah dan bid’ah yang menimbulkan banyak perbedaan bagi kalangan tertentu. Dalam kitab ini tidak ada penyebutan secara eksplisit perihal latar belakang penulisan kitab, namun secara implisit terkandung dalam tujuan penulisannya yaitu agar bisa menjadi nasihat bagi siapapun yang mengkajinya. Kemudian di dalam diskusinya pemantik mengatakan “Harapan besar yang ditunjukkan  kepada para anggota baru maupun pengurus PMII, untuk tetap menjaga tradisi-tradisi dan ajaran syari’at islam yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW dan para Sahabatnya".

Penulis : Sahabat Irsyad, Koordinator Biro Sosial dan Keagamaan