Ilustrasi: pmiigusdur.com
Oleh: Ann-Fz
pmiigusdur.com - Tinggal di kos kumuh, dekat bantaran sungai. Potret-potret pinggiran yang luput dari semesta dan tak sekalipun terekspos media. Kenyataan demikianlah rajah salah satu ibu kota di Jawa Tengah. Lupakan hal itu, ada yang lebih penting untuk kusampaikan padamu, Sobat. Agaknya petak kumuh ini menjadi saksi, gundah gulana anak manusia. Mencoba merantau dengan segala keungkalannya, atau bisa dibilang menantang hidup, mencari peruntungan dan pengalaman di tanah orang.

Rehatlah sejenak, aku tahu engkau lelah. Menghadap hari yang terasa berat. Tiba-tiba ingin pulang. Tiba-tiba ingat Ibu, Bapak, Kakak, Adik, dan seterusnya, dan semuanya. Mengadu kepada Tuhan, hingga akhirnya tumpah ruah tangismu. Bahagia yang kau kira tulus itu, terangnya hanya sekelumit omong kosong. Terbayang ayahmu berpayung panas di sawah, menunggu tibanya musim panen. Terngiang ibumu duduk termangu di sudut pasar, menanti pembeli yang tak jua datang. Kiranya hal apa yang sudah kau beri kepada keduanya? Apa sumbangsihmu untuk setidaknya menghargai jerih lelah mereka? Coba tanyakan sekali lagi pada dirimu, Sobat. Lelah dan letihmu tak sebanding usaha mereka, bukan?

Sungguh tiada tempat paling indah selain setapak jalan menyusuri rumahmu. Tiada tempat paling nyaman selain belaian ibumu. Tiada tempat paling aman selain dekapan ayahmu. Dan tiada tempat yang paling merindukan selain berada di antara keluargamu. Maka, buatlah semampu yang kau bisa agar tempat kumuhmu senantiasa menjadi tempat terindah, ternyaman, teraman, dan paling merindukan yang kau miliki.

Suara desau angin menemani hati yang sedang rindu, berbisik menceritakan betapa aku ingin pulang dan melepas segala keluh kesah sesaat di perantauan. Aku sedang rindu dan tidak ingin diganggu. Betapa benar adanya, obat rindu adalah temu. Rinduku tumpah ruah, tak muat lagi kutampung sendiri. Pelupuk mataku basah, menanggung rindu yang tak pernah usai. Rindu yang ternyata semenyakitkan ini. Sesak dan perih sendiri di perantauan.

Kuatkan hatimu, tatalah apa yang sepantasnya kan kau berikan kelak pada mereka. Manusia tanpa pamrih yang membesarkanmu. Patutlah kau berbahagia memiliki keduanya, atau bahkan telah menjadi satu-satunya, sebab yang lain telah pergi?

Sobat, aku tahu. Berada jauh memberimu kebebasan. Berlagak dan bergolek sesukamu. Tapi ingat satu hal penting ini, berapa lama kau akan berkutat di zona itu. Apa harga yang pantas kau bayarkan kepada kedua orang tuamu kelak, yang memberi izin dengan segala keringatnya hanya untuk memberimu kesempatan hidup di kota rantau. Sungguh, kau harusnya punya langkah demi langkah yang akan membuat kedua orang tuamu tersenyum bangga, atau menangis haru karena capaianmu yang gemilang. Tak perlu muluk-muluk. Cukup jangan membuat keduanya menangis sedih dan meratapi nasibmu yang tak seberuntung lainnya.

Tanah rantau mengajarkan banyak hal. Mencoba kuat berada jauh di tengah sekumpulan orang-orang asing. Kemudian menemukan teman. Saling menguatkan. Jika beruntung kau akan menemukan dirimu berada di sekeliling orang-orang hebat. Terpesona! Mulai bermimpi menjadi hebat seperti mereka. Sibuk merajut asa dan mewujudkan mimpi-mimpi yang kian membara. Demikian setiap insan mengharap mimpinya menjadi kenyataan. Harap dan asa para orang tua pun demikian bukan? Mewujudkannya adalah sebuah penghargaan tertinggi bagi mereka.

Penulis adalah kader Cakrabuana '19
Editor: Eykaz