Oleh: Afnan Abdul Aziz
pmiigusdur.com - Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menghantui masyarakat Indonesia. Kata menghantui seharusnya membuat masyarakat takut terhadap pandemi yang ada. Efek serta dampak yang ditimbulkan sangat signifikan, berbagai sektor kehidupan tingkat efektivitasnya menjadi turun.

Sekarang, masayarakat diajak untuk kembali normal menjalani kehidupan sebagaimana semestinya. Lantas, bagaimana dengan Covid-19 yang masih berkeliaran layaknya warga yang tidak di rumah saja?

Pemerintah seolah-olah membuat kita terpaksa hidup berdampingan dengan virus ini. Memang yang diharapkan pemerintah adalah berputarnya roda ekonomi. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah “Lebih prioritas mana, antara kemanusiaan dibandingkan perekonomian?

Banyak cerita di tengah mewabahnya pandemi, dari yang pilu hingga lucu. Seperti merebaknya PHK, perdebatan definisi antara kata ‘mudik’ dengan ‘pulang kampung’, dan cerita lainnya. Pada intinya, bukankah pandemi sudah merampas kebahagiaan seseorang? Kita tidak tahu bahwa hal semacam ini terjadi sedemikian rupa. Namun terlepas dari ketidakbahagiaan tersebut, pasti terdapat sinar terang yang dapat kita ambil dan dipelajari untuk ke depannya.

Kebijkan pemerintah seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) disinyalir akan diberlakukan relaksasi. Seperti yang saya sebutkan di atas tadi, bahwa hidup berdamai dengan virus bukanlah sesuatu yang bisa dimaklumi. “Berdamai itu kalau dua-duanya mau. Kalau kita mau damai tapi virusnya enggak ya gimana? tutur Jusuf Kalla. Benar adanya, berdamai dengan virus yang menyerang kita dengan otomatisme buta—buat apa juga.

Mati di tengah pandemi bukan merupakan harapan masyarakat melalui segala regulasi yang ada saat ini. Bayangkan saja, ODP dan PDP ketika dimakamkan harus menggunakan protokol pencegahan virus, terlepas positif atau tidak. Betapa sedihnya keluarga yang ditinggalkan tidak bisa melakukan upacara-upacara yang seharusnya dipersembahkan.

Kesedehian ini semakin menjadi ketika membayangkan respon dari beberapa warga yang pernah menolak pemakaman sebab mengonsumsi pemberitaan keliru mengenai virus corona. Terlepas dari teori konspirasi yang ada, media seharusnya tidak memberitakan ketakutan berlebihan. Pemerintah pun seharusnya memberikan data-data valid dan langkah-langkah kongrkit, agar kemudian media dapat pula menyajikan pemberitaan dengan baik dan benar.

Banyak yang bertaruh akan pandemi ini. Semoga kebijakan yang diambil pemerintah merupakan penyerapan aspirasi rakyat, sehingga dapat bersinergi dan berkolaborasi. Bukan kebijakan untuk segelintir pihak yang berkepentingan.



Perkenalkan saya Afnan Abdul Aziz kader Cakra Buana 2019 PMII Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat UIN Walisongo. Jurusan yang saya ambil adalah Manajemen Pendidikan Islam di Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan. Alamat tinggal saya di Desa Karanganyar Demak. Saya tertarik untuk menulis sejak pandemi ini. Dan, saya sadar pentingnya akan menulis. Terima Kasih dari saya.
Editor: Eykaz
Ilustrasi: pmiigusdur.com