Aku mencintai Negeri ini. Lalu aku menyusuri segala sudut kota untuk meninggalkan rasa dan menciptakan kenangan.
Lalu apa aku benar-benar mencintai Negeri ini? Oh tidak, aku
bedebah, pembohong, pengkhianat.
Bagaimana tidak? jika genap dulu kutuliskan sebuah cita-cita
membela Negeri, justru kini aku hanya menulis bait-baik nestapa dan syair
bianglala penuh dosa.
Ah...
Lagi-lagi...
Aku mencintai Negeri ini. Padanya terlukis sebuah rumah kayu
diantara hutan-hutan pinus. Sungguh, tempat bersembunyi paling nyaman bagi para
bedebah (aku).
Indonesiaku...
Takdirmu adalah takdirku, padamu aku menorehkan segala kepedihan.
Dan aku? Tetap saja tinggal.
Aku mencintai Negeri ini. Di tanahku ini aku belajar tersenyum. Di
tanahku ini aku tak perlu belajar menangis. Dan di tanahku ini aku menemukan
sebuah jalan, jalan rahasia untuk memahami hakikat cinta kepada Sang Pencipta.
Pemalang, 7 November 2020
Penulis : Eni Mafro'ah
Editor : Finata
Ilsutrasi : David
0 Komentar