‘Tik..Tik..’
Bunyi hujan diatas genting
Airnya turun tidak terkira
Cobalah tengok dahan dan ranting
Eitts kok malah nyanyi,. Hehehhe.
Jadi teringat masa kecil dulu, yang suka langsung lari keluar rumah kalo hujan
datang, pun menari dan menyanyi dibawah hujan hingga akhirnya dimarahi mama
karena khawatir dengan tubuh mungilku ini jika nanti terserang flu dan
demam.
Ngomong-ngomong, siapa sih yang
tidak suka aroma air yang turun dari langit dan jatuh menimpa tanah kering?
Petrikor namanya. Ya ya ya, aku teramat suka dengan aroma air yang orang-orang
sebut dengan air tuhan ini. Entah mengapa jatuhnya air hujan ke bumi mampu
sekali untuk membuat tubuh ini rileks, menikmati hawa dingin yang menusuk
tulang atau menikmati hawa dingin dengan segelas kopi ataupun susu hangat. Hmm
nikmat dunia, bukan?
Seringkali ketika hujan turun,
banyak orang-orang yang menikmatinya dengan lamunan atau dengan berhalusinasi
atau mungkin hanya sekedar berangan-angan seperti aku saat ini. Aku sering
berpikir, mengapa Tuhan menghadirkan kebahagiaan setelah kesedihan
ataupun sebaliknya?
Setiap orang sedang bergelut dan
berjuang dengan kesulitan hidupnya masing masing, sadar akan hal itu membuatku
berpikir kembali bahwa hal baik tidak akan berlangsung lama, begitupun hal
buruk. Layaknya roda yg berputar, masing-masing memiliki giliran untuk terjadi
dalam hidup. Kuncinya hanya satu yakni A minor, eh bukan bukan, kuncinya
bersyukur. Bersyukur sudah diberi nikmat hingga saat ini, meski dengan
banyak rintangan dan perjuangan
yang harus dilalui.
Ahhh, lamunanku seketika buyar setelah petir
dan kilat saling menyambar. Tapi, yang perlu dicatat baik baik adalah jangan
pernah iri dengan rejeki dan nikmat orang lain, rumput tetangga memang tampak
lebih hijau, tapi siapa yang tahu itu asli ataukah palsu.
Penulis : Moon-A
Editor : Finata
Layouter : EL-H
Ilustrator : SCRT
1 Komentar
💖
BalasHapus