Aswaja (Ahlussunnah Wal Jama‟ah) secara bahasa berasal dari padanan kata bahasa Arab, yakni terdiri dari kata Ahlun yang artinya keluarga, golongan atau pengikut. Kemudian Ahlussunnah, berarti orang- orang yang mengikuti sunnah (perkataan, pemikiran atau amal perbuatan Nabi Muhammad SAW.). Dan al Jama‟ah yang berarti sekumpulan orang yang memiliki tujuan. Jika dikaitkan dengan madzhab, Aswaja memiliki arti sebagai sekumpulan orang yang berpegang teguh pada salah satu imam madzhab dengan tujuan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Sedangkan secara istilah Aswaja berarti golongan umat Islam yang dalam bidang Tauhid menganut pemikiran Imam Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi, sedangkan dalam bidang ilmu fiqih menganut Imam Madzhab 4 (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) serta dalam bidang tasawuf menganut pada Imam Al Ghazali dan Imam Junaid al Baghdadi. Istilah Aswaja ini sesuai dengan penjelasan Rais Akbar Nahdlatul Ulama, KH. Hasyim Asy‟ari yang memberikan tashawur (gambaran) tentang Aswaja versi NU sebagaimana ditegaskan dalam alqanun al-asasi
Aswaja sebagai sumber pergerakan, pandangan ini telah dikembangkan oleh Rais PBNU yaitu KH. Said Aqil Siradj. Dalam pemikiran beliau ini direformasi dalam paham ahlusunnah wal jama'ah (aswajah) sebagai metode berpikir tentang agama yang mencakup semua aspek kehidupan manusia baik dalam hal ibadah, keyakinan, munkahat, jinayah, muamalah, dan lainnya.
Ada empat ciri atau karakter utama ajaran Ahlussunah wal Jamaah sebagai manhaj al-fikr atau kita sebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya:
At- tawassut atau sifat tengah-tengah, sedang - sedang yang terkenal dengan moderat.
At-tawazun, atau seimbang dalam segala hal termasuk dalam penggunaan dalil naqli dan aqli.
At-tasamuh, atau toleransi menghargai perbedaan.
Al-I’tidal, adil atau tegak lurus.
Penulis : Ade Irawan Rao
Editor : Finata
Ilustrator : Safni
0 Komentar