Doc. Internet

Ini tentang perempuan yang—setidaknya bagiku—sangat istimewa. Perempuan yang tidak seperti perempuan-perempuan lain. Perempuan yang sepenuhnya sama sekali berbeda. Ini tentang dirimu. Sudah berapa lama kedua mata kita tak saling tatap? Menunggu waktu yang makin ke sini malah tak kunjung jelas. Penyebab kita tidak segera bertemu juga sulit untuk dimengerti. Apakah kau punya waktu barang sebentar? Ada yang ingin kubicarakan meski sebenarnya aku tidak tahu ini akan berguna atau tidak.

Begini, kau sangat tahu aku tidak pandai mencari topik agar chat kita terus berlanjut. Obrolan yang biasa kita bicarakan juga sering hanya membahas tentang sesuatu yang receh dan tak begitu penting. Pembahasan kita hampir selalu begitu-begitu saja. Tapi tak apa.

Kalau toh percakapan kita terpaksa stuck, aku hanya bisa mengeklik kontak WhatsApp-mu sambil ditunggui kursor yang selalu berkedip dengan setia, sesetia kepalaku memikirkan apa yang sekiranya masih pantas kita bahas sekadar agar aku tetap dapat berinteraksi denganmu, melanjutkan obrolan kita – yang tentu saja membuatku lebih baik. Dan maaf saja bila pesan-pesanmu sering kali cuma kulihat tanpa membalasnya walau hanya dengan Oh atau Oke atau wkwkwk atau hehehe. Itu adalah beberapa jenis balasan yang biasa digunakan untuk mengakhiri percakapan dan sungguh sebenar-benarnya aku tidak mau percakapan kita berakhir meski hanya sebentar. Tapi tetap saja tak bisa begitu dan aku selalu kehabisan bahan obrolan. Pun aku hanya bisa melihat-lihat kembali obrolan kita sambil membaca pesan-pesan yang pernah kita bincangkan hingga sampai pada dua lembar gambar yang kau kirim padaku waktu itu. Gambar pertama adalah wajah bulatmu yang tampak gusar dan songong tanpa kacamata disertai pandang mata sedikit sayu, tapi amat menawan. Lalu gambar kedua adalah wajahmu yang tetap saja terlihat bulat namun dengan kacamata, dan bibirmu yang sudah kau pulas tipis dengan lipstik merah muda, dan tentu masih tetap menawan.

Tiba-tiba saja aku teringat masker yang kau kenakan, yang bagian atasnya kau lepas lalu menjuntai di depan dadamu, saat kita berpapasan di tangga waktu kau berjalan sendirian untuk mengumpulkan tugas bahasa Inggris II di lantai 2 gedung N. Yang diriku cuma mampu tegak berdiri melihatmu dan tidak berani mengawali pembicaraan padahal kita sudah bertemu. Barangkali ini yang disebut-sebut sebagai situasi canggung. Malah temanku yang bisa dengan lugas dan berani mengajakmu berbasa-basi tanpa beban sambil menanyakan perihal tugasmu itu. Tapi tak apa juga. Setidaknya aku sempat mendengar suaramu saat kau menjawab basa-basi itu. Lantas kau memberiku kerling mata yang barangkali tak kau sengaja dan entah apa juga maknanya lalu kau menunduk menatap lantai kemudian berlalu perlahan-lahan dan aku hanya mampu melihatmu dari belakang hingga terdiam sesaat dan bergumam dalam hati, Ah, kau cantik sekali.

Aku juga teringat pada waktu di mana kau sangat mengkhawatirkanku – setidaknya begitu menurutku. Aku pernah sakit dan karenanya tak bisa mengikuti perkuliahan selama seminggu. Lalu kau tiba-tiba menjadi sangat perhatian padaku seperti menanyakan kabar dan sebab mengapa aku bisa seperti itu. Dan aku hanya bisa menjawab sekenanya agar sekadar kau kembali tenang dan semoga saja itu bisa meredakan kekhawatiranmu.

Ingin sekali rasanya mengajakmu pergi berdua – hanya kau dan aku. Entah menonton entah makan entah hanya berjalan-jalan entah apa pun. Semoga saja kita bisa hanya berdua menyusuri selembar jalan berkelok yang di tepi kiri dan kanan berjejer ilalang-ilalang panjang yang menuntun kita dengan tegar dan setia menuju ujung cahaya yang di sana terdapat hamparan laut cemerlang dengan banyak titik kemilau putih dan dua-tiga ekor camar beterbangan di bawah semampai langit yang bersih.

Namun seingatku sempat dua kali aku pernah mengajakmu dulu. Kau juga pasti masih ingat betul. Yang pertama kau menolak secara tegas dan terang-terangan. Yang kedua kau seperti memberikan kesan berkenan namun sesaat menjelang berangkat kau malah mengelak dan pada akhirnya kita tidak ke mana-mana. Ya, tak apalah. Aku tetap menyukaimu.

Rembang, Juli 2020.

Penulis             : A. Zulfa Muntafa

Editor              : Finata