Dok. Google

Setiap tanggal 10 November, Indonesia selalu merayakan hari pahlawan dan setiap sekolah diberbagai jenjang memeriahkan hari pahlawan dengan berbagai cara yang berbeda. Salah satu sekolah tingkat dasar di Kota Semarang juga tidak mau melewatkan hari besar tersebut. Sekolah tersebut menyambut dengan mewajibkan siswanya mengenakan kostum pahlawan favorit siswa masing-masing. Ini adalah cara yang dipilih oleh Sekolah bernama SD N 14 Kota Semarang, dengan mengangkat tema "Tirulah, pahlawan favoritmu.".

Sekolah Dasar tersebut dipenuhi dengan siswa-siswi yang berbondong-bondong mengenakan kostum pahlawan favorit mereka. Ada yang memakai kebaya seperti Raden Ajeng Kartini, ada yang berbaju merah dan berpeci seperti si Pitung dan berbagai kostum pahlawan baik luar maupun dalam negeri. Baik tokoh nyata maupun fiksi.

Jam 7 tepat bel sekolah pun berbunyi, dan diikuti dengan para siswa yang masuk kedalam kelas. Di lorong depan kelas, terlihat seorang guru paruh baya berjalan menuju kelas yang bertulis kelas 2. Didalam, para siswa duduk rapi dengan berbalut kostum pahlawan masing-masing. Pak guru pun duduk dikursinya sembari memandangi wajah-wajah semangat dari para siswa yang bangga memakai kostum pahlawan mereka. 

Akan tetapi ada satu orang siswa yang menarik perhatian sang guru. Arba namanya.

"Arba, kamu kok pakai baju bebas ke sekolah?." Tanya sang guru pada Arba yang membuat seisi kelas melihat ke arah siswa itu.

Arba hanya bisa terdiam malu ketika ditanya sang guru.

"Arba, sini maju kedepan." Seru sang guru.

Arba pun berjalan perlahan menuju pak guru dengan wajah tertunduk malu.

"Kamu kenapa kok pakai kaos? Apa kamu tidak tau kalo hari ini wajib memakai baju pahlawan?." Tanya pak guru dengan kepada Arba.

"Tau pak." jawab Arba dengan wajah merasa bersalah.

"lalu kenapa kamu memakai kaos ke sekolah?." Tanya pak guru kembali.

"Disuruh kakak saya pak." Jawab Arba.

"Katanya, setiap orang adalah pahlawan pak." Imbuh Arba.

Sang guru terdiam sejenak mendengar jawaban dari Arba dan lalu berkata.

"Yasudah duduk."

Pak guru pun berdiri dan memulai pelajaran.

Beberapa hari yang lalu, Arba berpenampilan berantakan dan badannya dipenuhi kotoran. Ia berjalan pulang menuju rumahnya. Di depan halaman, terlihat seorang lelaki muda tampan yang sedang duduk di teras rumah sambil menikmati rokok dan sebatang kopi di sore hari.

"Assalamualaikum mas Nor." Ujar Arba sambil berjalan masuk ke halaman rumah.

"Kotor banget dek, cepetan mandi sana." Seru mas Nor, dia adalah kakak Arba.

Arba pun berjalan masuk dan segera mandi.

Berselang beberapa menit setelah Arba selesai mandi dan berpakaian rapi, Arba kembali menghampiri mas Nor di depan teras.

"Mas." Panggil Arba dengan nada halus.

"Hmm, kalau udah manggil kayak gini pasti ada maunya nih anak." Celetus mas Nor.

"Hehehe, besok Senin suruh pakai baju pahlawan." ujar Arba dengan memasang wajah sok imutnya.

Setelah mendengar perkataan Arba, mas Nor sejenak terlihat bengong memikirkan sesuatu.

"Ya nanti tak coba minta ibu, kalo ibu udah pulang nanti malam. Sana ngaji dulu." Seru mas Nor.

Arba pun berpamitan dan pergi keluar.

Malam harinya, setelah Arba terlelap tidur dengan pulas. Sang ibu akhirnya pulang dan berdiri di depan pintu.

"Tok,tok,tok." Suara ketokan pintu.

"Assalamualaikum Nor, buka pintunya." Seru sang ibu.

mendengar panggilan ibu, mas Nor berjalan menuju pintu dan membukakannya.

"Arba udah tidur Nor?." Tanya ibu yang terlihat lelah.

"Udah bu." Jawab Nor.

Sang ibu berjalan memasuki rumah dan segera mandi.

Beberapa saat kemudian, setelah sang ibu selesai mandi dan akan beranjak tidur, mas Nor menghampirinya.

"Bu, besok Senin Arba disuruh pakai kostum pahlawan oleh gurunya." Ujar Nor yang berdiri di pintu kamar ibu.

"Iya, doain aja besok usaha ibu rame dan dapat uang buat sewa kostum." Sahut sang ibu, yang mulai terlelap tidur.

Ketika hari Minggu tiba, usaha jualan dan permak pakaian sang ibu sangat sepi sejak beberapa hari. Mengetahui hal itu, mas Nor pun memutar otaknya agar Arba dapat memakai kostum pahlawan tanpa mengeluarkan biaya yang banyak. 

Di malam Seninnya, mas Nor sedang melakukan hobinya, yaitu membaca tulisan yang diupload sahabat-sahabatinya di web pmiigusdur.com.

Ketika sedang melihat judul-judul tulisan di web PMII Gusdur, Ada satu judul tulisan yang menarik perhatian mas Nor yang berjudul "Aku adalah pahlawan bagi seseorang, begitu juga kamu." Setelah membaca tulisan itu, mas Nor pun melihat langit-langit kamarnya sambil tersenyum.

Keesokan paginya, sebelum Arba berangkat sekolah. Arba yang selesai mandi dan akan berpakaian bertanya kepada mas Nor.

"Mas kostum pahlawanku mana?." Tanya Arba.

"nih." Sahut mas Nor sambil menyodorkan satu set pakaian yang berisi kaos dan celana panjang.

"Lho kok ini mas? Kan disuruh pakai kostum pahlawan, nanti aku dimarahin kalau pake ini." Protes Arba yang memasang wajah kaget.

"Gini dek, seseorang bisa hidup pasti karena orang lain, entah itu orang tuanya, saudara maupun temannya. Bahkan Spiderman, Batman dan Superman pun tak bisa hidup jika dari kecil tak ada yang merawat. Para super hero yang di TV juga tidak bisa menolong seseorang jika tidak ada orang hidup yang bisa untuk ditolong. Jadi setiap orang adalah pahlawan bagi seseorang, percuma kuat kalo tidak ada yang ditolong dan tidak bisa jadi orang hebat. Orang hebat itu adalah orang yang menganggap semua orang di sekitarnya adalah pahlawan." Jelas mas Nor pada Arba.

"Tapi mas..." 

"Udah, percaya aja sama mas. Nanti kalo ditanyain guru, bilang aja" kata mas Nor, semua orang itu pahlawan bagi orang tertentu."


Penulis : Wahyu