Dok. Google

"Kenapa yang gue lakuin selalu salah?"

"Kenapa gue sering ngerasa cemas?"

"Kenapa gue selalu butuh penerimaan dari orang lain?"

"Kenapa ngga ada yang ngertiin gue?"

"Kenapa? Kenapa?"

"Padahal gue udah melakukan berbagai cara untuk self healing. Biar gue ngga berpikir seperti itu. Tapi apa yang salah dari self healing gue sampai gue malah merasa makin jauh dari diri sendiri?"

Siapa yang pernah atau bahkan mendapati pemikiran seperti di atas? Sekilas cuplikan pertanyaan di atas biasa terjadi atau bahkan kita alami sendiri. 

Tanpa sadar kita sering merasa waswas atas apa yg terjadi dengan keadaan diri kita. Parahnya, kita lebih memilih mengesampingkan pemikiran tersebut tanpa berniat untuk mengatasinya. Padahal kita bisa mengatasinya melalui self healing, misalnya melalui tips dan uraian dari buku ini.

Buku karya Ardhi Mohamad ini akan memberikan jawaban mengenai bagaimana curahan dari pertanyaan "kenapa" bisa terjawab lewat buku ini. Tentu saja banyak alasan menarik dibalik "kenapa" kita berpikir seperti itu atau merasa demikian. 

Beragam bahasan pun bisa kita lihat di buku ini bahwa ada beberapa bagian yang menjadi seluk beluk mengapa kita berpikir demikian. Misalnya dari sisi orang tua, kecemasan, insecurity, kegagalan, depresi, perasaan bersalah dan lainnya. Jadi singkatnya, buku self healing ini menjadi solusi atas pertanyaan yang tercurah di atas. 

Mengulas dari bahasan “Feels like i don’t have a friend” yang memberikan pernyataan mengenai kenapa gue nggak punya temen? Kenapa ngga ada yang ngertiin gue? Menjadi inti topik yang paling relate sekali dengan circle pertemanan yang tak begitu solid dan juga merupakan topik yang kita alami mungkin?

Kata penulis, kita adalah generasi yang paling kesepian, terbukti dari sebuah studi yang menanyakan kepada orang-orang, “Dalam keadaan kritis, berapa teman dekat yang bisa kamu hubungi untuk dimintai bantuan?"

Jawaban yang paling umum adalah nol alias nggak ada. Fase pembelajarannya, bahwa kita sebagai manusia, tidak bisa selalu bersama, pasti ada waktunya renggang, berpisah, bahkan menjauh. Maka selamat, kita sudah pernah mencicipi rasanya loneliness. Dan pada akhirnya hubungan kita dengan manusia lain nggak selalu bisa diandalkan dan dijadikan prioritas.

Sejujurnya ada dua hal yang bisa dilakukan untuk lepas dari loneliness ini. Pertama yaitu Reconnection, usaha untuk terhubung kembali dan memperkuat intensitas interaksi. 

Kedua Deepeing, yaitu memperdalam relasi dengan menghadirkan kedekatan yang bertahan lama. Dan inipun tidak semudah dan se-instan itu. 

Kedua cara itu butuh pengorbanan lebih, butuh waktu, butuh menyingkirkan gengsi dan butuh maju duluan. Memang berat, tapi kedua hal itu memang perlu dilakukan. Caranya gimana? Balik lagi ke masing-masing orang. Misalnya mulai peduli duluan, mentraktir, atau melakukan tindakan yang membuat mereka senang menghabiskan waktu bersama kita.

Dari perjalanan self healing ini, kita kira kehadiran seorang teman yang selalu ada, memaafkan kesalahan dari orang yang menyakiti kita, itu semua bisa menyembuhkan luka kita. Tapi ternyata tidak. 

Bukan itu, itu hanya bentuk penyangkalan bahwa kita berusaha menyembuhkan diri kita. Bahwa ketika kita sakit dan terluka, kita tidak bisa apa-apa sampai ada yang nolongin kita. Padahal kita tidak bisa terus bergantung sama orang lain. Kita tidak bisa terus-terusan menyalahkan hal-hal di luar. Dan berharap ada perubahan baik setelahnya. 

Hanya kita. Kita yang bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Kita yang bisa menentukan untuk memilih jadi yang lebih baik. Kita yang bisa memilih jalan yang benar. Stop clinging to them. Tapi ingat, orang lain tidak menolong kita bukan berarti kita jadi mengandalkan diri sendiri. Kita aja ngga cukup, manusia aja tidak cukup. Kita butuh bantuan yang lebih besar. Allah Yang Maha Kuasa atas Segala Sesuatu.

Peresensi : Arisma