Dok. Google


Jalanan pedesaan dengan kabut tipis menutupi kumbang yang tertidur di balik dedaunan. Remaja yang lebih suka disebut perempuan dari pada wanita bernama Arunika tidak surut langkahnya menuju puncak Jenggol Kemis.

"Bekal untuk bapak dan Arun udah di tas semua?" 

"Sudah pak, tadi ibu masukan nasi, lauk berupa sayur asem, tempe dan sambal goreng kesukaan bapak juga"

"Kopi?"

"Oh iya, kayaknya ketinggalan di meja makan pak."

Rutinitas setiap pagi yang dilalui oleh Arunika tidak pernah lepas dari kegiatan perkebunan kopi, meskipun itu belum waktunya panen kopi dia tetap akan berangkat ke kebun yang berada di bawah puncak Jenggol Kemis. 

Tidak jarang pula anak semata wayang dari pasangan Lasmadi dan Lasmani harus menikmati dinginnya hujan lereng gunung jambian, Meskipun begitu Arunika tidak pernah putus hasrat untuk menjumpai pohon kopi yang sudah dianggap sebagai keluarga, yang dirawat, dijaga dan dicintai dalam masa pertembuhannya. Selain itu, Latar belakang sebagai keluarga menengah ke bawah membuat Lasmadi sebagai lelaki satu-satunya dalam hubungan kekeluargaan, menjadikannya harus kuat dan mengupayakan segala cara agar keluarga yang telah dibangun dengan Lasmini tetap hangat di musim penghujan dan sejuk di musim kemarau.

"Bapak, ibu hari ini tidak ikut ke kebun?" Tanya Arun

"Tidak Run, emang Arun tidak diberi tahu sama ibu?"

"Tidak pak, emang ada apa pak?" 

"Hari ini ibu ada kegiatan bantu keluarganya pak joko yang mau ada acara khitanan"
 
"Feri mau dikhitan pak? Berani dia?"

Salah satu tradisi turun temurun dari warga desa setempat yaitu gotong royong pada hajatan tetangga. Tidak hanya perempuan saja, tapi laki-laki juga, dari anak hingga dewasa ikut saling membantu. 
 
Arunika tidak ubahnya perempuan biasa yang senantiasa bermain dengan bunga, mengejar kumbang di kebun kopi dan bermain dengan kucing kesayangannya. Lasmadi selalu menanamkan kepada Arunika tentang hidup yang sederhana meski punya harta, merangkul dan menghormati semua orang, memberikan kehidupan bagi makhluk yang membutuhkan.
 "Bapak, lihatlah daun kopi ini!" ungkap Arunika sambil memperlihatkan daun kopi yang ada lingkaran berwarna kuning dan tengahnya berwarna coklat tua. Lasmadi memegang daun tersebut dan membolak balikan sambil mencermati kondisi daun tersebut,

"Pohon ini sudah tidak sehat, sebelum penyakit ini merambat ke pohon lain dan mengakibatkan terganggunya proses pertumbuhan, lebih baik kita putik saja daunnya".

"Kenapa tidak kita semprot pestisida saja pak?, biar sekalian mati hama tersebut, toh kalau dibiarkan hidup nanti dia akan berkembang biak dan menempati daun lainnya, bukankah sama halnya kita menjauhkan dari diri kita tapi membiarkan mereka hidup dan merusak pohon lainnya?" ucap Arun.
 
Lasmadi memetik daun tersebut lalu jongkok sambil menaruh daun yang terkena hama tersebut ke tanah 

"Arun, penyakit karat daun sebenarnya penangannya mudah, kita tidak perlu terlalu dibuat pusing dan harus mengeluarkan uang buat membeli pestisida kimia untuk mengusirnya. Arun tahu nama jamur yang mengakibatkan karat daun?" lanjut Lasmadi sembari menunjuk daun.

"Belum tahu pak" ungkap Arunika.

"Jamur ini bernama Hemileia vastatrix, jamur ini hanya akan hidup pada daun yang masih hidup. secara tidak langsung, jika kita memetiknya sama halnya kita membuang jamur tersebut" ungkap Lasmadi sambil menatap wajah Arunika.

"kita. Bapak, Arun dan jamur ini sama-sama makhluk yang tercipta dari Maha Pencipta, jadi Bapak dan Arun tidak punya kuasa untuk mengambil nyawa jamur tersebut, dengan membiarkan dia hidup terlebih dahulu pada daun tersebut hingga akhirnya mengering sama halnya kita memberikan kesempatan untuk hidup pada jamur tersebut dan memberikan sepenuhnya nyawanya kepada Tuhan" lanjut Lasmadi.

"Tapi pak, kemarin Arun melihat tetangga kita sedang menyemproti daun kopi, waktu Arum tanya biar apa, jawabnya supaya hama cepat mati dan tidak tumbuh lagi." Sanggah Arun terhadap pernyataan bapaknya.

"Biarkan orang lain melakukan apa yang ia lakukan, kita hanya bisa mengingatkan bahwa itu perilaku yang tidak benar" tanggapan pak Lasmadi.

"Bagaimana jika kita sudah mengingatkan tapi dia tetap melanjutkannya?" tanya Arunika.

"Biarkan saja, jangan dimusuhi atau dihujat, memang dia punya kewajiban untuk saling menjaga sesama makhluk, tapi di sisi lain dia juga punya hak untuk menentukan apa yang ia pilih, terkait merugikan atau tidaknya terhadap makhluk lain biar menjadi urusannya dengan makhluk tersebut dan Maha Pencipta" jawab Lasmadi.

"Menyelisik ucapan bapak, Arun teringat dengan kalimat alterum non laedere, yang berarti tidak untuk melukai orang lain. Lebih dari itu, kita juga tidak boleh melukai makhluk lain selain manusia," sahut Arunika.
 
"Nah, bapak sepakat dengan ucapan Arun" ungkap pak lasmadi.
 
"jika kita sebagai manusia memiliki hak yang melekat sejak lahir dan kewajiban yang mengiringi dan bisa dijadikan pisau analisis dalam setiap tindakan, maka harusnya tidak ada yang terluka, karena kita sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang sama" ucap Arunika sambil melihat daun kopi yang di tanah.
 
Oleh : Pena Nestapa