Dok. Google (pahamify.com)

Aku keluar dari rumah 
Berjalan disambut ramah
Oleh garis cakrawala pagi yang memerah
Disoraki oleh panggilan illahi
Usaha membangunkan yang tertidur lelah

Kuberjalan sambil menikmati suasana
Nikmat yang kurasa seketika pecah
Oleh suara hentak kaki yang menyentak
Seruan timah panas yang melayang ke angkasa
Memekik gendang telinga yang sakit tapi tak sedikit pun berdarah

Tarikan lengan besar menarik 
Jeritan melengking memekik
Ancaman keras membisik

Lenganku dikunci 
Leherku didorong kebawah kaki
Kakiku diseret dan dibebani
Kami digiring bak koloni

Para manusia gagah 
Berbaris di atas tanah
Keluargaku diseret 
Dipaksa melihat ke bawah

Kaki kami ditekuk paksa dan berlutut
Telinga kami diancam untuk menurut
Atas klaim  tanah air yang direbut

Kami hanya bisa bungkam
Ditelan ketakutan yang mencengkam
Kami hanya diam
Ditodong senjata dan peredam

pipa hitam dengan lengkungan indah
Menempel di belakang kepala kami yang mengadah
Tangan ketakutan menganggukkan kepala ke atas dan ke bawah 
Panggilan alam kubur memanggil melalui arwah

Manusia gagah yang kami kira pelindung
Memaksa kami
Menahan kami
Mengikat kami
Mengancam kami

Manusia gagah kami... 
Menolong kami dari kedamaian
Menolong alam kami dari kelestarian
Menolong kami untuk keluar dari rumah dan bekerja dialam modern

Manusia gagah kami
Yang pernah menyinari
Dan memberi kehangatan disanubari
Berubah menjadi manusia api
Yang bersinar menerangi
Menyambar alam kami
Dan kehangatan yang kami nikmati
Berubah menjadi panas yang menghampiri
Yang membakar hati, pikiran dan nurani kami 

Ampuni kami ... 
Dan kembalilah menjadi manusia gagah kami

Kembalilah para manusia gagah
Lupakanlah 
Surat perintah dari tuan tanah
Yang memegang kuasa dan hidup mewah
Lihatlah kebawah
Wahai para manusia gagah
Kami hidup dan memakan sawah

Tapi kenapa wahai para manusia gagah
Perut kami engkau belah
Jeroan kami engkau pecah
Wahai manusia gagah
Tolong kembalilah ke penikmat sawah

Penulis : Sahabat Pacet