PMII yang Saya Kenal
Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia atau
biasa disingkat PMII, merupakan organisasi pergerakan yang dinaungi oleh mahasiswa, bergerak dengan semangat perjuangan. Pergerakan Mahasiswa Indonesia Islam
Indonesia sendiri lahir dengan berbagai lika-likunya yang akhirnya pada tanggal
17 April 1960 organisasi ini resmi terbentuk. Tetapi disini penulis tidak akan
berbicara mengenai sejarah lahirnya PMII karena itu terlalu simple dan sudah
tertulis dibanyak literatur yang ada.
Disini penulis akan berbicara PMII dari
sudut pandang seorang kader yang telah berproses di PMII. Bagi saya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
adalah organisasi kaderisasi.
Ketika
kita berbicara sebagai organisasi kaderisasi maka kita akan dibenturkan kepada
dua hal mutlak: seorang
kader dan yang mengkader. Dari mana ini cukup menjelaskan bahwa PMII adalah
organisasi yang berbasis massa, walaupun sejatinya dalam tujuan PMII tertulis
“terbentuknya pribadi muslim Indonesia” yang bermakna sejatinya PMII adalah
tempat untuk memenggembleng diri hingga nantinya akan siap untuk menghadapi
tantangan zaman, akan tetapi di PMI kita tidak hanya berproses sendirian atau
pun hanya menggembleng diri kita sendiri, kita akan bersama-sama
dalam proses, belajar dan menempa diri.
Maka dari itu dibutuhkannya seorang kader
sebagai manusia yang haus akan pertanyaan dan seorang yang mengkader yang kaya
akan pengalaman, jadi seseorang yang siap untuk berproses di PMII sebagai orang
yang mengkader misalnya di
tingkatan paling bawah yaitu rayon, seseorang itu
haruslah sudah memiliki pengalaman dan kecakapan yang luas sehingga nantinya
ketika dia berbicara didepan orang yang akan dia kader dia tidak akan kehabisan
kata-kata atau pun terkesan kata-kata yang dia pakai hanya kata-kata yang omong
kosong, seorang yang disebut mengkader tidak boleh terkesan hanya membodohi
ataupun mengagung-agungkan PMII tapi tanpa ada bukti nyata yang dapat
terealisasi.
Kemudian seorang kader, berbicara seorang
kader adalah manusia yang senantiasa akan belajar dan bertanya kepada
orang-orang yang memang pantas untuk dimintai jawaban, entah berdiskusi,
berdialog ataupun yang lainnya. Tempat awal untuk belajar dan menggembleng diri
adalah waktu kita menjadi kader karena ketika kita masih kader kita akan
mempunyai banyak waktu untuk banyak hal seperti membaca buku, berdiskusi sampai
nantinya kita juga turun aksi, itu adalah hal-hal yang wajib kita lakukan
ketika kita menjadi kader. Dari dua
sudut pandang diatas sepertinya cukup menjelaskan kenapa PMII adalah organisasi
yang berbasis kaderisasi, yang simpel nya adalah hari ini kita disiapkan
kemudian hari kita menyiapkan, itulah kaderisasi.
Rebutan Kader dengan Sebelah
Pada awal masuk perguruan tinggi biasanya
akan banyak sekali organisasi-organisasi yang ditawarkan oleh senior-senior, dalam
prakteknya pengenalan itu tidak dilakukan secara langsung ataupun secara ”bar-bar” tetapi
banyak sekali senior-senior yang menggunakan cara halus dengan pendekatan awal
ditargetkan adalah pada pendekatan emosional. Hampir semua senior dari
organisasi manapun selalu menggunakan cara yang sama di awal yaitu dengan
keramah-tamahan
mereka dan dengan kata-kata yang sangat halus dan berwibawa. Dan di sini peran
kader PMII yang siap mengkader akan sangat dikuras tenaganya dan pikirannya
untuk bagaimana mengatur strategi agar memenangkan perlombaan dalam mencari
anggota baru sebanyak-banyaknya.
Kader PMI tidak boleh kalah start
dengan kader organisasi lain, strategi dan implementasi harus dilakukan sejak
dari dini. Misalnya
sejak pertama kali mahasiswa dinyatakan diterima dijalur pendaftaran yang
pertama seperti SPAN-PTKIN.
Dari situ kader PMI harus sudah siap untuk berkiprah dalam mencari anggota
barunya.
Banyak
hal yang dapat dilakukan di sini seperti masuk ke dalam organisasi intra yang
mana itu nantinya mereka menaungi data dari mahasiswa-mahasiswa yang telah
diterima kemudian kader PMI masuk untuk mencari data tersebut dan memfollup
data tersebut. Strategi itu biasanya disebut sebagai perekrutan awal mahasiswa
baru, disitu kader PMII harus menyiapkan siapa saja yang nantinya akan menjadi
ujung tombak untuk melakukan pertarungan tersebut, orang-orang yang dipilih
sebagai ujung tombak ini haruslah orang yang memiliki kecakapan yang bagus,
pemahaman PMII yang sangat
bisa diandalkan, kemudian orang yang berwibawa atau mempunyai nama.
Nah disinilah hal yang perlu diperhatikan
juga yaitu setiap kader PMII yang akan merekrut anggota baru dia juga harus
pintar dalam membentengi dirinya selain memberikan PMII, karena nantinya yang
pertama kali akan terlihat oleh mahasiswa baru adalah pribadinya ketika kader
PMII adalah kader yang cakap kemudian berwawasan luas dan ketika berbicara
dapat mengakibatkan banyak orang maka
akan banyak siswa baru yang akan suka melihatnya dan akan mencari tahu asal dia
seperti itu dari mana. Tetapi kembali lagi akan timbul pertanyaan bagaimana
kita menyiapkan ruang untuk kader kita yang akan mencari anggota baru supaya
calon anggota baru tersebut dapat melihat kehebatan kader kita?
Dialektik Majelis Kopi
Seperti yang sudah dijelaskan di awal
bahwa organisasi PMII adalah organisasi yang bergerak dalam bidang kaderisasi, maka
dari itu ada beberapa Teknik
kaderisasi
yang bisa dilakukan dalam PMII, ada kaderisasi formal, kaderisasi non formal
dan kaderisasi informal. Dalam kaderisasi formal dan non formal itu adalah
bukan sesuatu hal yang rumit karena itu adalah hasil dari kita mencari anggota
baru yang nantinya akan kita mapabakan ataupun akan kita ikutkan ke sekolah
sekolah non formal PMII. Di sini yang menjadi tantangan adalah kaderisasi
informal atau di sini penulis lebih suka menyebutnya sebagai majelis kopi.
Walaupun
sebenarnya Carissa sifat informal tidak hanya terpaku pada majelis kopi, tetapi
lebih dari itu banyak sekali kaderisasi informal yang dapat kita lakukan
seperti katakanlah bermain futsal, aksi, main PS dan lain sebagainya. Tetapi
bagi penulis hal yang paling asik untuk penanaman ideologi adalah majelis kopi,
di warung warung kopi kita tidak hanya memperkuat hubungan emosional kita
dengan calon anggota baru tetapi juga di sana kita akan berbicara mengenai
ideologi-ideologi yang dapat kita sampaikan ke mahasiswa baru atau calon
anggota baru yang notabenya mereka adalah nol, dalam pemahaman ilmu
tentang perguruan tinggi nah di sana pun kita tidak boleh melulu soal mengenai PMII, PMII, dan PMII tetapi juga
kita harus menjelaskan mereka tentang banyak hal yg berkaitan dengan perguruan
tinggi karena mahasiswa baru pasti suka akan penjelasan tentang perguruan
tinggi, tentang mata kuliah yang sulit, tantangan dalam dunia perkuliahan, dan
sebagainya.
Setelah banyak warung kopi, setelah banyak siswa baru
yang kita ajak makan nama
kita pun akan dikenal kita juga sudah dapat mendapatkan kontak mahasiswa baru
yang banyak dan mereka mahasiswa baru juga menyimpan kontakmu disitulah ruang
yang tepat untuk memulai membranding diri kalian sedemikian rupa supaya
bagaimanapun caranya masih baru itu akan tertarik untuk mengulik tentang diri
kalian.
Sebagai
seorang kader PMII yang akan mengkader tentu saja harus benar-benar
memperhatikan apa-apa saja yang dia katakan atau apa-apa saja yang dia
perlihatkan kepada calon anggota baru karena itu akan sangat berpengaruh pada
perekrutanmu.
Pemanfaatan majelis kopi nantinya juga
akan dapat dilakukan untuk berdiskusi berdiskusi tentang apa saja jadi jangan
sampai warung-warung kopi itu hanya dimanfaatkan untuk ngopi yang tidak jelas
tanpa tujuan dan hanya menghabiskan uang, harus ada sesuatu yang menjadi
pembahasan harus ada sesuatu hal yang menjadi penjelasan yang nantinya akan
mengarahkan mahasiswa baru itu ke PMII.
Diaspora Kader Menggunakan Intra
Bukan hal yang janggal ataupun tabu ketika
kita mengatakan organisasi intra untuk pengaturan ataupun diaspora kader PMII karena
salah satu tempat untuk menggembleng diri kita ataupun mengimplementasikan
ilmu-ilmu yang sudah kita dapat di PMII adalah di organisasi intra. Tetapi
tentu saja omong kosong ketika hanya memikirkan diaspora kader menggunakan
indra tetapi kita tidak memikirkan juga bagaimana kita akan menggembleng kader
kita di PMII itu sendiri, pengurus rayon dalam hal ini kita berbicara pada
tataran yang paling bawah yaitu rayon. Pengurus rayon harus mempersiapkan
program kerja yang mana itu akan menunjang intelektualitas anggota baru, skill
anggota baru dan pemahaman anggota baru. Contoh yang paling sederhana adalah
pengurus rayon membuat sebuah pelatihan MC. Nah, setelah kita
melaksanakan pelatihan tersebut tentu saja kita butuh ruang implementasi dari
pelatihan tersebut dan jawabannya adalah organisasi intra.
Organisasi intra ketika membuat sebuah
acara mereka pastinya akan membutuhkan paling minimal adalah seorang MC. Peran kader PMII juga
berbasis di Intra
untuk mendelegasikan anggota barunya untuk mengimplementasikan ilmu yang telah
didapat dalam praktek yang nyata. Pengurus rayon juga harus menyiapkan sebuah
hal yang itu nantinya akan mendorong anggota baru untuk memiliki nalar yang
kritis karena awal dari nalar yang kritis akan berakibat baik untuk berjalannya
proses kedepan. Karena berbicara PMII hal yang konkret yang kita dapat gaungkan
adalah kadernya yang mempunyai pemikiran tajam dan yang harus akan literasi. Dan
ketika kader PMII dapat mengisi acara-acara dalam organisasi intra dan ternyata
dilihat oleh banyak orang,
disitu nama PMII akan semakin dipandang baik ketika kadernya memiliki bakat yang
cukup luar biasa yang dapat dibanggakan. itu adalah salah satu ruang untuk
menunjukkan bahwa kader PMII bukanlah
kader yang omong kosong.
Kemudian tentang intelektualitas, kita
ambil contoh dari mahasiswa Fakultas Tarbiyah yang notabenenya adalah seorang
guru, pengurus rayon harus membuat suatu instrumen ataupun program yang dapat
mengarahkan kadernya untuk turun langsung di masyarakat, karena kader PMII ini
berasal dari Fakultas Tarbiyah maka kita akan turun ke masyarakat sebagai
seorang pengajar. Kader PMI harus dapat mengambil hati masyarakat dengan
turunan di masyarakat secara nyata. Misalnya saja kader punya keinginan mencari suatu
daerah yang memang atau terbelakang atau banyak anak-anak yang kurang mendapat
pendidikan. Nah, disitulah peran dari
kader PMII untuk memberikan pengajaran pada anak-anak yang kurang beruntung
tersebut, dan disitu kita akan menunjukkan kepada masyarakat bahwa sekali lagi
kader PMII bukanlah kader yang omong kosong.
Contoh yang lainnya adalah kader PMII di
fakultas Syariah bisa saja kader dari Syariah melakukan pendampingan hukum
kepada masyarakat yang membutuhkan dengan bekerjasama dengan LBH ataupun
lembaga bantuan hukum lainnya. Yang intinya adalah kader PMI harus dapat
memanfaatkan apa yang menjadi kajiannya untuk terjun langsung dan membantu
masyarakat yang memang membutuhkan. Kemudian juga makna pergerakan di PMII
harus tetap dijaga dan dilestarikan bagaimanapun caranya, sebagai contoh adalah
ketika ada isu lokal maupun nasional kader PMI harus menjadi garda terdepan untuk menggerakkan yang pertama adalah kajian
tentang isu yang sedang beredar mungkin kita harus menjadi Garda terdepan untuk
memimpin masyarakat melawan ataupun memperjuangkan isu tersebut dengan aksi
misalnya atau dengan instrumen yang lain. Dengan hal-hal tersebut pastinya akan
semakin berkembang entah di masyarakat atau di perguruan tinggi.
Pemimpin yang Mempersiapkan Pemimpin
Selanjutnya
Ada sebuah anggapan bahwa sebelum kamu
berproses 1000 hari di PMII maka kamu tidak akan mengetahui apapun tentang
PMII, maknanya adalah ketika kita berproses di bakmi ini akan ada masanya kita
menjadi anggota baru kemudian menjadi kader dan kemudian menjadi pengurus,
Pengurus Rayon misalnya. Disini kita akan memaksimalkan waktu 1000 hari
tersebut 300 hari yang pertama kita akan mempersiapkan diri kita dengan
berbagai pemahaman di PMII, 300 hari berikutnya kita akan masih mempersiapkan
diri tentang intelektualitas kita dan juga kita akan memulai memikirkan
bagaimana untuk mencari anggota baru lagi, dan 300 hari yang terakhir kita akan
benar-benar berdiri sebagai pengurus rayon yang akan bertanggung jawab untuk
merekrut sekaligus menggembleng intelektualitas anggota baru kita.
Sebagai pengurus rayon tidak boleh hanya
terpaku dalam program kerjanya kalau hanya untuk menetaskan tanggung jawabnya
tetapi pengurus lain harus lebih dari itu, pengurus main harus benar-benar
memikirkan program kerjanya dan melaksanakannya dan harus sukses untuk
menunjang intelektualitas anggota baru. Pengurus lain harus mempersiapkan kan
anggota baru ya untuk nantinya dia akan berdiri menggantikanmu dan akan mempersiapkan anggota
baru lagi yang ada di masa yang akan datang, dari perkataan tersebut kami
terkesan seperti paradoks tetapi memang itulah organisasi kaderisasi. Setidaknya
seperti itulah strategi pengembangan PMII dalam dunia perkuliahan intinya
adalah sebagai PMII jangan pernah membiarkan asa gerakan yang mati dan
literasinya tidak abadi. Tanamkan nilai-nilai ideologi dalam PMII dan ajarkan
kader PMII untuk selalu peduli dan mengkritisi maka PMII tidak akan pernah
mati.
Penulis : Tommy. S
0 Komentar