Ilustrasi pendidikan moral: pixabay |
Pmiigusdur.com- Sistem
pendidikan Indonesia kerap menjadi sorotan publik. Baik media cetak maupun
media elektronik tidak henti-hentinya menyuarakan sistem pendidikan di
Indonesia. Sayangnya, berita yang disampaikan tidak selalu menggembirakan. Maraknya
berbagai kejadian tidak baik oleh para pelajar – seperti terlibat kasus
narkoba, pergaulan bebas, pelecehan, tawuran, hingga pembunuhan – seakan
menjadi cerminan dari sistem pendidikan yang ada.
Penyebabnya pun beragam, di
antaranya adalah kurangnya kontrol dari orang tua dan dari pihak sekolah. Mungkin
hal tersebutlah yang juga menjadi salah satu pertimbangan bagi sistem
pendidikan di negara kita. Berdasarkan kasus-kasus di atas, pendidikan karakter
menjadi hal yang lebih diunggulkan
Pendidikan karakter mengajarkan
kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang membantu peserta didik untuk hidup
dan bekerja sama dengan keluarga, masyarakat, dan negara serta membantu mereka
membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Karena karakter tidak
terbentuk secara instan, melainkan harus dilatih dan dibiasakan. Karakter
adalah sifat yang dibawa oleh setiap individu, setiap orang memiliki karakter yang
berbeda tentunya.
Berbincang mengenai karakter,
istilah ini lebih mengarah pada moral dan budi pekerti seseorang. Karakter
seorang dapat terbentuk sejak dini, hal ini dikarenakan faktor genetik orang
tua. Selain itu, lingkungan sekitar juga turut mempengaruhi. Proses pembentukan
karakter – baik disadari atau tidak – akan berpengaruh pada tiap individu. Semua
tergantung pada lingkungan dan siapa yang mengawasinya (baca: mendidik) setiap
harinya.
Bagi mahasiswa, pendidikan karakter
dapat Ia kenal melalui universitas yang dilaluinya. Namun, terkadang
universitas hanya dijadikan sebagai sarana transfer knowledge semata.
Padahal sebagai lembaga pendidikan tertinggi, seharusnya mampu meningkatkan moral
para mahasiswanya. Pasalnya, kepandaian di bidang pendidikan saja belumlah
cukup, jika tak diimbangi dengan moral dan karakter yang luhur. Sehingga saat terjun
di masyarakat, mahasiswa tidak dianggap buruk dan universitas yang
ditinggalkanpun tetap harum di mata masyarakat.
Seperti yang kita ketahui, zaman
sekarang banyak sekali fenomena orang pandai tetapi malah menyalahgunakan
kepandaiannya. Orang jawa menyebutnya “pinter tapi keblinger”. Kejadian semacam
ini dapat kita lihat pada pejabat yang korupsi, hakim yang mau disuap, kiai
yang memanfaatkan kepintarannya untuk berbisnis meramal, ataupun kejadian
lainnya. Itulah sebabnya, mengapa perlu ditekankan pendidikan karakter bagi
mahasiswa.
Karakter yang dibutuhkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah karakter bangsa yang
demokratis, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), mampu menghargai
dan taat hukum. Namun pada kenyataannya, yang terjadi justru sebaliknya.
Berbagai konflik seperti kekerasan dan pembunuhan muncul di mana-mana, praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme tidak kalah semakin berkembang, serta kesantuan
sosial dan politik semakin memudar pada berbagai tataran kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Selain mahasiswa, di kalangan
pelajar dekadensi moral ini tidak boleh diabaikan. Perilaku-perilaku, moral dan
hukum dari yang ringan sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh pelajar
dan mahasiswa. Mencontek pada saat ujian atau kebiasaan buruk lainnya masih
dilakukan. Parahnya, ada juga institusi yang merekayasa kelulusan siswanya. Hal
ini menunjukkan degradasi moral telah merambah di ranah pendidik. Jika moral pendidik
seperti itu, bagaimana dengan siswanya?
Kondisi-kondisi seperti itu, tentu saja menggelisahkan semua komponen bangsa. Menurut presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono pembangunan karakter sangat perlu. Seperti yang dikatakannya saat peringatan Dharma Shanti Hari Nyepi 2010, "pembangunan karakter sangat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan masyarakat yang baik (good society) serta masyarakat idaman seperti ini dapat kita wujudkan manakala manusia-manusia Indonesia merupakan manusia yang berakhlak baik, manusia yang bermoral, dan beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik."
Belajar dari berbagai kasus yang telah
terjadi, hendaknya kita perlu mencari jalan terbaik guna membangun dan
mengembangkan karakter manusia. Karena hal ini bukan hanya menjadi tanggung
jawab negara, tetapi seluruh elemen yang ada. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan yakni melalui pendidikan. Hal itu dikarenakan pendidikan memiliki
peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia termasuk potensi
mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat
menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik
menjadi baik. Namun, kita juga harus pintar-pintar memilih sekolah ataupun
kuliah yang mampu menjamin kebutuhan moral.
Ki Hajar Dewantara dengan tegas
menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan pertumbuhannya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter ), pikiran (intelek), dan tubuh anak.
Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter
yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter bagi setiap orang,
khususnya bagi mahasiswa dan pelajar.
Namun, perlu diingat bahwa
pendidikan bukan hanya kita dapat di bangku sekolah atapun bangku perkuliahan.
Maka dari itu, sebagai orang tua yang setiap hari berkumpul, bertemu dan mampu memantau
lebih lama daripada sekolah, hendaknya dapat mengarahkan dengan baik agar
terbangun karakter dan moral yang baik pula.
Penulis: Agustin Fajariah Asih
Editor: Fathur
0 Komentar