Ilustrasi nilai religiusitas dalam lingkup ekonomi modern oleh: Pacet

 

Religiusitas Islami dalam budaya dan kultur negara Indonesia telah mendarah daging. Banyak hal yang menandai fenomena tersebut seperti majelis, kelompok, dan organisasi agama yang berkembang secara signifikan. Hal itu karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Berdasarkan data tahun 2021 Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) dalam satudata.kemenag.go.id, setidaknya 273,8 juta warga atau sekitar 84% penduduk Indonesia beragama Islam. MABDA, The Royal Islamic Studies Center, melaporkan dalam “The Muslim 500” edisi 2022 bahwa 231,06 juta penduduk Indonesia beragama Islam, dan menempatkannya menjadi negara Islam terbesar Asia. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) juga mencatatkan adanya kenaikan 61 masjid di regional Yogyakarta dan 143 masjid di Jawa Tengah.

            Religiusitas sendiri merupakan sebuah konsep fungsional yang memiliki keterhubungan sebab-akibat dengan spiritualitas masing-masing individu. Pada dasarnya, religiusitas akan membentuk spiritualitas yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai kebajikan agama dalam diri manusia, baik secara moral dan norma-norma kehidupan. Religiusitas sendiri akan selalu ada dan mewarnai elemen sosial dan kehidupan bermasyarakat dalam segala aspeknya. Dapat disimpulkan bahwa religiusitas ialah tingkat atau level kualitas keimanan agama seseorang yang tercermin dari berbagai aspek seperti keyakinan, pengalaman, dan tingkah laku individual dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

            Religiusitas dalam pandangan psikologi dan agama sama-sama menjadi pedoman yang menuntun individu menuju jalan yang benar dan dapat merepresentasikan nilai-nilai ajaran agama Islam ke dalam sikap atau perilaku di kehidupan sosial pada kesehariannya. Nyaris semua aktivitas harian, baik sikap maupun perilaku, berkaitan dengan moral dan etika yang mana keduanya memiliki hubungan sebab-akibat pada kualitas spiritual seseorang.

Religiusitas lebih mengarah pada kualitas penghayatan dan sikap hidup seseorang berdasarkan nilai-nilai keagamaan yang diyakininya. Dalam Islam, religiusitas bukan hanya perihal melakukan ibadah sehari-hari, melainkan juga hal-hal berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kontak seorang hamba dengan Pencipta-Nya. Perilaku tersebut merupakan wujud dari kepribadian seseorang yang menunjukkan level atau tingkatan dari religiusitas individu terkait. Kesimpulannya semakin tinggi religiusitas seseorang maka akan semakin baik pula tindakan dan perilaku orang tersebut. Begitu pula sebaliknya. Tentunya hal itu membawa nilai positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Seorang muslim yang taat seharusnya mampu mewujudkan nilai-nilai religiusitas dan spiritual yang ada dalam diri mereka. Sejatinya mereka juga harus berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan (Islam) yang mengacu pada kitab suci Al-Qur’an dan Hadis, juga pada syariat agama dan adat istidat. Islam juga memerintahkan umat Islam untuk berkelakuan murah hati, simpatik, sopan dan jujur dalam segala urusan duniawi dalam muamalahnya. Dengan begitu, karakteristik berbisnis yang dijalankan akan mengandung dan menunjung tinggi religiusitas dan nilai agama.

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator kesuksesan dan keberhasilan perekonomian. Perekonomian Indonesia sendiri mengalami pertumbuhan melalui peningkatan pendapatan masyarakat. Badan Pusat Statistik menerangkan, pada tahun 2022 perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,31 persen, lebih besar dari tahun 2021 yang hanya mencapai 3,70 persen berdasarkan PDB per kapita tahunan. Namun, seharusnya kesuksesan tersebut diikuti dengan perbaikan pada indikator-indikator yang lain.

Nilai religiusitas juga harus berdampak pada seluruh aktivitas ekonomi. Nilai religiusitas harus mewarnai kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi ekonomi. Bahkan nilai religiusitas tersebut seharusnya menyebabkan kegiatan ekonomi semakin bermanfaat bagi banyak orang. Seperti nilai religiusitas menyebabkan pertumbuhan produksi, konsumsi dan distribusi ekonomi. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi tersebut menyebabkan peningkatan jumlah UMKM, pengurangan pengangguran, kestabilan harga, kelestarian lingkungan, dan penurunan kriminalitas. 

Aspek religiusitas dalam dinamika ekonomi jika ditarik dalam khazanah keislaman memiliki korelasi dengan nilai-nilai kebajikan dan moral kemanusiaan. Maka, secara tidak langsung pengamalan religiusitas dapat menyebabkan perubahan positif pada peningkatan jumlah UMKM, pengurangan pengangguran, ketidakstabilan harga, kelestarian lingkungan, dan penurunan kriminalitas. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai kebajikan dan moral kemanusiaan sangat selaras dengan dimensi dari religiusitas dan relevan dalam pengembangan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Selain itu, dalam aspek religi, agama memiliki peran penting dalam membantu individu dengan menjadikannya sebagai tempat kembali dan berlindung dari segala bentuk kesengsaraan dan kesulitan, sekaligus menjadi motivasi dan pendorong dalam membangun kekuatan batin dan hubungan antara hamba dengan Penciptanya. Maka, adalah benar bahwa religiusitas berpengaruh pada kegiatan ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan nilai dan norma agama yang dianut oleh masyarakat dan pelaku bisnis menjadi acuan bagi mereka dalam bersikap dan berperilaku.

Sesungguhnya, tujuan utama dalam dinamika ekonomi menurut pandangan Islam adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat, yaitu kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat yang terbilang layak. Selain itu, dinamika ekonomi Islam juga berorientasi pada realitas tujuan manusia dalam mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Melalui Ayat Suci Al-Qur’an, Allah SWT. telah berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 97, bahwa sesungguhnya Allah SWT. telah menjamin bagi mereka orang-orang yang mengerjakan amal shaleh (kebajikan dan sikap terpuji) baik laki-laki maupun perempuan kehidupan yang berkah dan rizki yang halalan toyyiban.  

Perkembangan dan pertumbuhan sektor ekonomi dalam konteks muamalah sosial di bidang bisnis juga tak akan lepas dari nilai-nilai religi dan spiritual yang dianut dan telah tertanam dalam diri para pelaku usaha bisnis ekonomi. Hal ini juga harus diimbangi dan didukung oleh kultur dan budaya dari masyarakat dan lingkungan setempat. Maka sebagai pelaku bisnis dan perekonomian yang menganut agama Islam, hendaknya menunjukkan kualitas dari religiusitas masing-masing. Selain itu, hubungan dengan Sang Pencipta akan selalu tak terpisahkan dan memiliki hubungan yang inheren dalam kegiatan sosial apapun.

 Penulis: Muhammad Al Fatih

Editor: Agustin