Ilustrasi caleg masuk rumah sakit jiwa oleh: Agustin

Dunia, oh dunia, sering menjadi sorotan para Guru dan Ustadz ketika memberikan pengajaran, baik di kelas maupun dalam majelis. Dunia memang terkenal sangat hijau. kenapa dibilang sangat hijau? Karena dunia sering digambarkan sebagai tempat yang sangat nikmat dan menggiurkan bagi para manusia yang mengejar kenikmatan dunia. Kenikmatan dunia memang sangat menggiurkan, terutama karena dengan mencapai kenikmatan tersebut, segala hal yang diinginkan di dunia ini dapat terwujud. Kenikmatan dunia dapat diidentifikasi dalam tiga kategori: Harta, Tahta dan Wanita. Salah satu cara untuk mencapai “tahta” adalah dengan menjadi pejabat publik, termasuk menjadi Anggota Calon Legislatif (Caleg) melalui Pemilu.

Pada tanggal 14 Februari 2024, Indonesia akan mengadakan Pemilihan Umum (Pemilu), di mana para Caleg akan bersaing untuk mendapatkan dukungan rakyat. Pemilu ini mencakup pemilihan Presiden, Wakil Presiden, Caleg Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Pusat, Caleg DPR Provinsi, Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Caleg daerah kota atau kabupaten.

Caleg akan berlomba-lomba dalam kampanye mereka, menawarkan berbagai janji kepada rakyat dengan harapan dapat terpilih. Namun, seringkali janji-janji ini hanya menjadi sarana untuk mencapai tujuan pribadi, tanpa memperhatikan tanggung jawab moral. Para Caleg akan mengalami celaka yang luar biasa apabila mereka menyepelekan janji, karena janji tersebut termasuk hutang yang akan ditagih dihari akhirat. Mereka kadang tidak sadar bahwa jabatan yang dikejar hanyalah sementara, bahkan sudah ditentukan dalam tenggat waktu hanya 5 tahun.

Banyak Caleg yang menggunakan segala cara untuk mendapatkan dukungan, dari bujuk rayu, visi misi, uang hingga fasilitas hidup. Bahkan diantaranya akan dijanjikan untuk mendapatkan jabatan. Fakta bahwa sejumlah besar uang dibutuhkan untuk mencalonkan diri dan terpilih dalam Pemilu menjadi sorotan. Bukan rahasia umum lagi, banyak Caleg yang menggelontorkan uang yang banyak untuk bisa menjadi Anggota legislatif ataupun pemimpin daerah. Bahkan dalam tayangan podcast di televisi dari narasumber pelaku bahwa untuk dapat menjadi Caleg DPR Pusat untuk bisa terpilih minimal harus menggelontorkan dana minimal 40 milyar. Uang tersebut digunakan untuk kampanye, dana partai, logistik, acara panggung hiburan, kader dan untuk memberikan uang pelicin bagi warga pemilihnya. Bahkan uang 40 Milyar tersebut belum jaminan bisa otomatis terpilih apabila saingan mereka juga menggelontorkan uang yang lebih di atas 40 Milyar.

Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah Caleg yang mengalami gangguan jiwa setelah Pemilu 2019. Terjadi lonjakan peningkatan signifikan daripada Pemilu 2014 sebelumnya. Pada Pemilu 2024 saat ini, jumlag Caleg yang ikut bertarung sebanyak 245.106 Caleg. Dimana Caleg yang terpilih hanya sebesar 10%, otomatis 90% Caleg harus menerima kenyataan untuk tidak bisa masuk dalam Legislatif. Hal ini mencerminkan tekanan psikologis yang dialami oleh para Caleg yang gagal, terutama karena ekspektasi yang tidak realistis dan ketidakmampuan untuk mengelola kegagalan.

Menurut saya, apabila Pemilu kita masih banyak yang memakai Politik Uang, maka sistem demokrasi di Indonesia tidak akan berjalan dengan baik. Bahkan apabila Calon legislatif terpilih menggunakan politik uang, maka hal pertama yang mereka pikirkan adalah bagaimana caranya supaya bisa “Balik Modal” atas uang yang telah mereka keluarkan. Untuk mencegah fenomena ini, perlu adanya perbaikan dalam sistem pemilu dan demokrasi. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menolak politik uang dan memilih pemimpin yang amanah, jujur, dan takut akhirat. Pemimpin yang amanah, jujur dan takut akan akhirat tidak akan berani serta tidak akan pernah terbersit sedikitpun untuk berbuat curang ataupun bermain politik uang. Mereka sadar bahwa mereka akan dihisab di akhirat kelak atas apa yang telah mereka perbuat.

Bahkan di dunia nyata banyak contoh Para anggota DPR yang korupsi kemudian ketika meninggal banyak keganjilan, seperti ketika pemakaman tiba – tiba terjadi hujan badai yang membuat mayat tersebut sulit dikuburkan. Tentunya hal ini harus membuat kita menjadi lebih waspada dan hati – hati dalam melangkah karena apa yang kita perbuat di dunia akan dihisab di akhirat serta dimintai pertanggungjawaban meskipun hanya sebesar biji Zaroh.

Bagi yang sudah terlanjur melakukan hal yang fasik dan curang, tentunya hal pertama yang harus dilakukan adalah segera melakukan taubatan nasuha kepada Allah SWT. dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dengan taubatan nasuha yang benar, akan membuat hidup kita menjadi lebih tenang serta berkah dalam melangkah ke depan.

Dosen prodi PGSD Unisri Surakarta, Elinda Rizkasari dalam teori Pendidikannya menyampaikan bahwa penyebab utama terjadinya gangguan jiwa pada Caleg yang gagal adalah mereka sudah terjangkit penyakit mental, dimana psikis mereka terganggu dalam hal beradaptasi terhadap stimulus dari luar yang berlebihan. Dimana penyebab dari penyakit mental ini akan muncul secara tiba – tiba seperti dalam teori Neo Freud. Masalah ini memang tidak bisa diprediksi sebelumnya, karena penyebab utamanya adalah daya tahan diri yang rapuh pada seorang individu.

Elinda Rizkasari memberikan teori bahwa gangguan yang terjadi pada Caleg yang gagal, kemudian mengalami gangguan jiwa terjadi karena masalah pada konsep diri mereka. Masalah Konsep diri terjadi dikarenakan terjadi gejolak antara cita – cita dan harapan manusia yang tidak sesuai dengan realita kenyataan yang terjadi. Terutama pada manusia yang memiliki daya tahan yang rapuh, manusia tersebut tidak akan mempunyai koping adaptasi yang baik ketika masalah yang besar muncul pada dirinya secara tiba - tiba.

Dalam teori yang dikemukan oleh Elinda Rizkasari mengemukakan bahwa stres pasca pemilu tahunan terutama pada Pemilu 2024 besok tidak selalu bisa diprediksi kisaran jumlah penderitanya. Hal ini dikarenakan seperti fenomena gunung es, dimana nampak pada permukaan atas baik – baik saja, tetapi dibawahnya sudah siap untuk meledak. Apabila dianalogikan pada sebuah penyakit maka seperti bencana alam yang yang bisa datang tiba – tiba serta dalam skala yang besar.

Menurut saya, dalam Teori hasil penelitian yang saya lakukan tentang Pemilu 2024 bahwa untuk mengantisipasi terjadinya fenomena kasus Caleg stres dalam skala besar, maka diperlukan persiapan sebelum Pemilu. Para Calon Legislatif diwajibkan mengikuti pembekalan mental, baik dari segi pembekalan psikologis juga pembekalan rohani dalam bidang agama. Ketika seseorang mempunyai landasan agama yang kuat, maka mereka akan menghindari praktek curang serta memiliki psikologis yang baik dalam menghadapi masalah, sehingga dengan persiapan mental yang baik akan mengurangi resiko ledakan Caleg stres ketika gagal dalam pemilu tahun 2024. *Red

Penting untuk diingat bahwa jabatan politik hanyalah sementara, dan janji-janji kampanye yang tidak ditepati dapat berujung pada konsekuensi moral di akhirat. Oleh karena itu, para pemimpin harus mempertimbangkan tanggung jawab moral mereka dan menghindari praktek curang serta politik uang. Selain itu, pembekalan mental dan spiritual bagi para Calon Legislatif sebelum Pemilu dapat membantu mengurangi risiko gangguan jiwa akibat tekanan dan kegagalan.


Penulis : Prima Trisna Aji (Dosen Spesialis Medikal Bedah Lincoln College University Malaysia)


Editor: Agustin